Ninja Kesiangan

By suwanto_36

109 13 0

Cerita ini bukan fanfic karangan author, melainkan novel yang di karang sama sang penulis utama series Ex-Aid... More

Incandescent #1
2
3
4
6
7
8

5

4 0 0
By suwanto_36

Dunia nyata. Tempat parkir koin.

Ketika aku kembali ke tempat sebelumnya, aku mengeluarkan smartphone yang sangat didekorasi dan melakukan sebuah panggilan telepon.

Panggilan telepon itu ditujukan kepada Wakil Direktur Jendral Sekretariat Kementrian Kesehatan, Hinata Kyotaro.

Wakil Dirjen Hinata! Ini aku! Poppy!

Aku mendengar suara yang sangat tenang dari telepon.

Poppy Pipopapo kah, ada apa?

Erm, Sekarang kami sedang dalam keadaan darurat jadi aku ingin bertanya sesuatu tentang Emu!

Tempo suara Wakil Dirjen Hinata mulai sedikit meningkat.

Apa sesuatu terjadi pada Emu?

Aku tidak punya waktu untuk memberitahu detailnya. Ne, dimana tempat Emu mengalami kecelakaan lalu lintas!?

Kecelakaan lalu lintas....?

Saat dia masih berusia 8 tahun! Anda mengoperasinya setelah itu kan!

Wakil Dirjen Hinata segera memberitahuku lokasi kecelakaan, mungkin karena dia sudah menebak situasinya.

Tempat itu berada tidak terlalu jauh dari tempatku berdiri sekarang.

Aku juga berpikir begitu. Tempat itu pasti dekat dengan rumah orang tua Emu.

Setelah mengucapkan terima kasih pada Wakil Dirjen Hinata dan menutup telepon, aku pergi ke atas bukit di depan tempat parkir koin ke jalan yang ramai.

Setelah sekitar lima menit di sepanjang jalan, aku pun tiba di tempat itu.

Jalan masuk yang dikelilingi oleh pepohonan dan rerumputan yang rimbun.

Aku kembali memakai Buggle Driver II di pinggangku dan bersiap-siap.

Hari itu. Waktu itu. Jika dia tidak mengalami kecelakaan, mungkin Emu tidak akan berpikir untuk menjadi seorang dokter.

Inilah hari dimana berubahnya nasib dari seorang anak laki-laki yang pernah bermimpi untuk menjadi seorang Pro Gamer.

Pasti ada suatu cerita penting bagi Emu yang tertidur di tempat ini.

Aku menahan jantungku yang berdebar kencang dengan kedua tangan.

Aku perlahan melangkah maju dengan kakiku yang sedikit gemetar, dan mendekati tempat yang ditakdirkan.

[MIGHTY NOVEL X! EVENT START!]

Suara sistem yang menandakan dimulainya sebuah <Event> bergema.

--Sudah kuduga, tebakanku pasti benar.

Aku tidak boleh gagal.

Tidak peduli cerita apa yang menantiku, jangan takut, pikirkan dengan baik-baik dan hati-hati.

Pilih opsi yang tepat dan menangkan permainannya.

Suasana sekitar mulai terdistorsi seperti mozaik.

Aku telah mengakses Game Area dari Mighty Novel X.

Ketika kusadari, pemandangan yang sama seperti sebeumnya melebar di depanku.

Satu-satunya perbedaan adalah—bahwa rintikan hujan mulai turun.

Hujan dingin seolah-olah meramalkan suatu tragedi yang akan datang.

Rintik hujan menghantam tanah dengan ritme yang tak beraturan.

Selain itu, suara mobil yang berjalan ditambahkan sebagai aksen yang tidak menyenangkan, menciptakan disonansi tak menyenangkan yang tak terlukiskan.

Ketika aku melihat ke belakang, seorang anak dengan payung kuning cerah berjalan ke arahku di ujung trotoar di sepanjang jalan yang baru saja kulewati.

T-shirt kuning dan celana pendek biru tua. Dia memakai sepatu bot biru.

Aku segera menghampirinya dan mendekati anak itu.

Emu-kun. Kita bertemu lagi.

Ketika dia mengangkat payungnya, Emu kecil hanya setinggi dadaku melihat keatas. Mungkin dia sedang dalam perjalanan ke sekolah, dia membawa sebuah tas ransel hitam di punggungnya.

Aku tidak memperhatikan ketika aku melihat Emu kecil duduk di meja belajar saat berada di rumahnya Emu. Ternyata dia sekecil ini....

--Tentu saja, dia masih berusia 8 tahun.

Kamu ngga bawa payung?

Emu kecil menghawatirkanku yang terkena air hujan.

Ternyata kau sudah sebaik ini sejak usia dini ya, Emu.

Kamu mau pergi ke sekolah?

.......Un.

Dia tampak kurang bersemangat.

Dia seperti orang yang berbeda dari saat dia menulis surat penggemar dan dengan senang hati membicarakan ide game.

Sebentar saja, kakak boleh berteduh di bawah payungmu?

.....Un.

Emu kecil mengangkat payungnya tinggi-tinggi.

Aku membungkuk sedikit dan bergabung dengan Emu kecil di bawah payung.

Aku membungkuk sedikit dan bergabung dengan Emu kecil di bawah payung

Tempat setinggi mata Emu kecil, aku melanjutkan percakapan.

Hujannya nyebelin ya...

Emang iya?

Kamu ngga benci sama Hujannya?

Ngga. Aku harap hujan selalu turun.

Tapi kenapa?

Kalau hujan turun lebat, sekolah akan libur.

......Kamu suka kalo sekolah libur?

Un.

Kenapa?

.........

Butuh beberapa saat bagi Emu kecil untuk menjawab.

Aku menatap Emu kecil dan menunggu agar tidak memaksakan jawaban.

.......Aku ngga terbiasa sama kelas.

Emu kecil saat ini baru berusia 8 tahun, jadi dia duduk di kelas tiga SD.

Bahkan jika ada perubahan jam kelas, harusnya dia punya banyak kenalan teman sekelas dari kelas satu. Kalau dia tidak terbiasa dengan kelas, apa alasannya...

Dan pada saat itulah.

Pemandangan ruang tamu rumah Emu kembali terpancar di pikiranku.

Ketika aku pergi kesana untuk kedua kalinya, sesuatu terasa aneh.

Ya, ruang tamu itu adalah ruang yang bersih dan tak berdebu.

Tidak peduli sebesar apa rasa cinta keluarga itu pada kebersihan, itu terlalu abnormal.

Tetapi rumah mana pun memiliki sedikit waktu untuk tinggal di ruang yang begitu bersih.

Itu seperti dia baru saja pindah rumah.

.....Apa itu karena kamu baru saja pindah ke kota ini? gumamku.

......Un.

Begitu, itu sebabnya kamu ngga akrab sama teman sekelas.

.....Un.

Tapi jangan khawatir, suatu saat kamu pasti bisa punya teman.

Mustahil. Pasti setelah ini aku bakal pindah lagi.

Eh, Apa maksudnya?

Papa ku sangat sibuk dengan pekerjaannya. Jadi dia sering dipindahkan.

Sering dipindahkan...

Tentu saja, dia juga bakal pindah rumah....

Begitu ya, meskipun akhirnya dia bisa akrab dengan teman sekelasnya, jika ayahnya kembali dipindahkan, dia juga akan ikut pindah sekolah.....

Jika itu terus berlanjut, dia pasti kesulitan membuat teman. Kasihan sekali...

Um.. kalo kakak salah minta maaf ya. Di antara ide game yang Emu-kun buat, ada pahlawan yang berwarna hijau dan oranye kan?

Un.

Soal itu, bukankah yang satu itu Emu-kun, dan yang satunya lagi adalah temanmu bukan?

Eh....

Emu kecil menatapku dengan tatapan yang mengatakan <Kenapa kamu tau?>

Karena aku menginginkan seorang teman yang bisa diajak bermain game....

Emu kecil menurunkan wajahnya.

Kemudian setetes air mengalir di pipinya yang putih bersih.

Aku bertanya-tanya apakah dia menangis sejenak.

Tetapi aku juga menyadari bahwa Emu kecil kebasahan terkena hujan karena dia membawa payungnya mendekat padaku agar tidak kehujanan.

Jadi aku tidak tau, apakah itu air hujan atau air mata yang mengalir di pipi anak ini.

Aku memegang tangan kecil Emu-kun yang memegang payung dengan kedua tangan. Aku mendorong payung sedikit ke belakang agar Emu-kun tidak kebasahan.

Dia benar..

Dia tidak punya teman. Jadi dia ingin seorang teman untuk diajak bermain bersama.

Dari keinginan itu, Parado terlahir.

Aku harus pergi ke sekolah....

Ah, Un.

Aku mundur selangkah dan keluar dari payung.

Emu kecil melewatiku dengan membawa payung dan pergi menyeberang ke ujung jalan.

Jangan pergi! Dari lubuk hatiku aku ingin berteriak seperti itu.

Karena setelah ini, Emu kecil akan......

Ini hanyalah sebuah cerita dalam sebuah game. Ini tidaklah nyata. Aku berkata pada diriku seperti itu.

Namun demikian, bahkan jika ini tidaklah nyata, aku tidak sanggup melihatnya.

Saat aku berbalik, aku mendengar suara Emu kecil yang kesakitan.

Aku yakin itu pasti karena dia menderita penyakit game. Dengan stres karena tidak punya teman.

Emu kecil dengan payung kuning cerah mengambil langkah di jalan.

Sementara sebuah mobil penumpang dengan klakson keras mulai mendekat.

Aku takut dan takut hingga aku terus meremas ujung rok ku dengan erat.

Lalu suara benturan yang kuat meraung.

Seorang pejalan kaki di sekitar yang menyaksikan segera berteriak " Ambulans!"

Aku yang tidak tahan hanya berdiri segera bergegas ke Emu kecil yang terbaring di jalanan.

Darah mengalir dari kepala kecilnya. Matanya tidak fokus.

Sudut dalam mataku menjadi panas, dan setes air mengalir di pipiku.

Aku telah terkena hujan sepanjang waktu, tapi ini bukan rintikan hujan.

Aku memeluk tubuh kecil Emu dengan kuat.

Dalam kecelakaan yang sebenarnya, sangatlah dilarang untuk menggerakkan pasien yang terluka parah tanpa pengetahuan penyelamatan. Tapi ini bukanlah kenyataan.

Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak memeluknya.

Tubuh Emu bergetar lemah.

Tubuh Emu bergetar lemah

......apakah aku ditakdirkan untuk jadi seperti ini?

eh....

Karena aku adalah manusia yang tidak diinginkan, jadi apa aku kena Game Over?

Saat itu, tubuh Emu yang gemetar mulai berhenti.

Berhenti bergerak seperi kotak musik yang berhenti berdering.

Aku menyadari bahwa aku sedang menghadapi sebuah titik balik Mighty Novel X.

Sebuah monitor hologram terproyeksikan di hadapanku, menampilkan tiga opsi.

<Ya> <Tidak> <dll>

Kejam. Ini terlalu kejam. Cerita semacam ini.....

Aku tidak perlu berpikir.....

Jawabanku adalah.....

Tidak.

Aku memeluk erat Emu yang masih diam.

Tidak.... Emu bukanlah manusia yang tidak diinginkan.... semua ini salah pria itu.

Kuroto yang melihat surat penggemar Emu.

Kuroto yang cemburu pada bakat Emu.

Dia mengirim sebuah game sebagai balasan dari surat penggemar.

Sebuah game dengan virus Bugster yang bersembunyi di dalamnya.

Emu terinfeksi karena bermain game itu.

Jika tidak, maka Emu tidak akan mengalami kecelakaan.

Jika dia tidak menderita penyakit game, Emu pasti tidak akan melompat ke tengah jalan.

Semua salahnya Kuroto!

Ini bukan salahnya Emu!

Semua ini adalah salahnya Kuroto!

Emu bukanlah manusia yang tidak diinginkan...!

Aku tidak bisa menghentikan air mata yang mengalir di mataku.

Pada saat itu, suara sistem yang mengumumkan hasil akhir bergema.

[GAME OVER]

Sebuah nada kejam menusuk telingaku dan aku terdiam.

Aku tidak tau dimana dan apa kesalahanku...

Aku hanya mengatakan yang sebenarnya.

Ketika ku perhatikan, sosok Emu kecil yang seharusnya berada dipelukanku telah menghilang.+

Suara hujan yang terdengar di telingaku telah menghilang.

Aku sekarang berdiri dalam kegelapan.

Mungkinkah ini adalah jebakan yang dibuat oleh Kuroto yang kejam?

Apakah Mighty Novel X adalah cerita bohong yang dibuat-buat oleh Kuroto?

Berbagai pikiran berkecamuk di benakku.

Tapi... sekarang.... aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

Di momen berikutnya, kesadaranku mulai menghilang.

Nasib seperti ini..... No Thank you..!

Dua hari telah berlalu sejak Poppy Pipopapo tidak dapat dihubungi lagi.

Aku seharusnya menghentikannya waktu itu bahkan jika aku perlu mencekiknya.

Kemarin, aku dihubungi oleh Wakil Dirjen Hinata.

Katanya, Poppy Pipopapo penasaran tentang dimana Dokter Anak mengalami kecelakaan lalu lintas ketika dia masih kecil.

Mungkin Poppy Pipopapo berpikir bahwa tempat itu adalah sebuah <Novel Spot> dan menantang sebuah <Event> Mighty Novel X.

Dia yang merupakan Bugster harusnya bisa mundur dalam keadaan darurat bahkan dalam menghadapi krisis yang serius.

Dari lubuk hatiku, aku membenci kesalahan penilaianku dua hari yang lalu, yang terlalu menaruh harapan tinggi.

Namun, meskipun aku menyesalinya sekarang, tidak akan ada yang berubah. Aku perlu merubah pola pikirku dan dengan tenang menganalisis apa yang harus kulakukan.

Ketika aku belajar di luar negeri di Amerika Serikat, aku mendapat sebuah pelajaran dari seorang profesor bedah di rumah sakit besar dengan teknologi medis terbaik di dunia.

<Musuh terbesar dalam suatu operasi adalah emosi pribadi.>

Emosi mengandung angka acak dan merupakan makhluk yang paling tidak logis.

Dalam kejadian yang tidak terduga bahwa situasi yang tak terduga bisa terjadi dalam operasi yang mengancam jiwa pasien, faktor yang tidak pasti disebut dengan emosi pribadi membuat ahli bedah kehilangan penilaiannya yang tenang dan dapat membuat kesalahan fatal. Untuk mencegah hal ini terjadi, perlu untuk mendapatkan kepercayaan diri yang teguh melalui pelatihan rutin setiap hari dan membuat persiapan yang cermat untuk mengatasi keadaan yang tidak terduga. Baik secara fisik maupun mental.

Alihkan perasaanmu.

Buang Emosi pribadimu.

Operasi belum selesai. Menyesal lah setelah semuanya selesai.

Dokter Besar, mereka berdua telah tiba.

Kata-kata si Pemeriksa Medis memutus pemikiranku.

Setelah aku berpaling, aku melihat Praktisi dan Gamer Wanita di kantor medis.

Praktisi mengenakan kaus V-neck hitam, celana tentara kamuflase, sepatu bot hitam. Kemudian dia mengenakan jas putih dan berdiri dengan penuh persiapan. Gamer Wanita memiliki aura kedewasaan, tetapi dia masih mengenakan pakaian warna-warni dengan warna primer dan rok mini.

Maaf membuatmu jauh-jauh kemari.

Setelah aku berkata seperti itu, Praktisi mendekatiku, lalu menggenggam kerah jasku.

Padahal sudah ada kau dan Lazer, tapi kenapa ini semua bisa terjadi!?

Taiga, ini bukan saatnya untuk saling berdebat.

Gamer Wanita mengatakan sebuah kebenaran.

Praktisi yang sepertinya tidak memiliki kata-kata untuk membantahnya, mulai melepaskan genggaman tangannya.

Aku mengatur kerah jas putih yang tidak teratur dan menjelaskan kejadian sejauh ini kepada mereka berdua. Berbagi semua informasi yang tersedia saat ini.

Ada kemungkinan bahwa Poppy Pipopapo mengalami kegagalan dalam proses penyelesaian Mighty Novel X dan dikorbankan. Pokoknya, bersiaplah untuk operasi kali ini berbeda dari sebelumnya.

Siapa takut. Praktisi melempar jawaban padaku.

Segera, Pemeriksa Medis memulai topik dan memasuki subjek utama.

Kalau begitu, karena orang yang penting sudah datang, ayo kita mulai konferensi dokternya. Nico-chan, bisa kau beritau kami apa yang kau ketahui tentang masa lalu Emu?

Oke, di saat setelah aku menerima telepon dari kalian, aku telah mengumpulkan beberapa informasi dari teman-teman Gamer lamaku sebelum datang kemari. Jujur, aku juga terkejut setelah mengetahuinya untuk pertama kali, tetapi sepertinya dia tinggal berdua bersama ayahnya ketika masih SMA. Segera setelah Emu lahir, Ibunya meninggal karena sakit.

Ibunya sudah tiada.... Pertama kali aku mendengarnya.

Ketika membicarakan topik keluarga, Dokter Anak memiliki sikap keruh, sepertinya dia memiliki lingkungan keluarga yang rumit.

Dia tidak merasakan hal itu seperti itu sampai sekarang.

Mengetahui fakta itu mungkin tidak berarti apa yang bisa kita lakukan.

Meskipun begitu. Dia terlalu segan.

Jika aku mengatakan ini padanya, dia mungkin akan membalas " Aku tidak ingin mendengar itu darimu, Hiiro-san."

Apakah kau terus menyembunyikan keluargamu di dalam hatimu sambil tertawa?

Apakah kau ingin mengatakan bahwa kau tidak membiarkan kami peduli?

......Itu adalah cara yang bagus untuk menyendiri.

Kau pikir aku akan mempedulikanmu?

Seperti apapun keadaanya, aku dan dirimu akan tetap aku dan dirimu.

Tidak lebih, tidak kurang.

.....Tunggu.

Di depan Dokter Anak yang seperti itu.... aku telah memamerkan silsilah keluargaku dengan membicarakannya dengan bangga.

Aku malu pada diriku sendiri. Aku merasa bersalah pada Dokter Anak.

Sudah kuduga.

Apa maksudmu, Lazer? Praktisi bertanya.

Bukan apa-apa, sebelumnya kita sempat membuat topik bicara tentang keluarga Emu, tetapi anehnya dia merasa gelisah. Kupikir ada sesuatu di balik sikapnya itu.

Setelah Pemeriksa medis berkata demikian, aku merasa telah kalah.

Pemeriksa Medis, apa kau sengaja membuat lelucon saat membicarakan keluargamu karena kau sudah memperkirakannya? Agar tidak menyinggung Dokter Anak.

Yah, karena itu bukan waktu yang bagus untuk membicarakannya.

Dasar, seperti biasa Pemeriksa Medis adalah orang yang cerdas. Selalu memperhatikan bagian depan dan belakang manusia dan berperilaku hati-hati.

Aku belum pernah bertemu orang sejeli pria ini, dia terbiasa mengamati dengan seksama mayat yang diam dan membaca pesan yang ditinggalkan untuk mengungkap penyebab kematiannya. Di mata si Pemeriksa Medis seperti itu, dia membaca punggung manusia yang hidup seperti memutar tangan seorang bayi.

Bagaimanapun kami tau bahwa Dokter Anak berkeluarga dua orang Ayah/Anak.

Fakta ini bisa menjadi petunjuk dalam penyelesaian Mighty Novel X.

Gamer Wanita kembali membagikan informasi yang dia dapatkan.

Lalu, mengenai Ayahnya Emu, dia bernama Hojo Kiyonaga. Aku tidak tau bagaimana kabarnya sekarang, tetapi saat Emu masih murid SMA, dia adalah pegawai dari perusahaan bernama [Medic Trick].

Medic Trick. Bukankah itu adalah produsen alat kesehatan terbesar di Jepang?"

Seperti yang kuharapkan dari Brave! Kau sangat detail! Gamer Wanita menggodaku.

Tentu saja. Sebagian besar alat medis rumah sakit kami seperti respirator dan mesin pencuci darah adalah buatan Medic Trick.

He~ Ternyata Ayahnya Emu bekerja di perusahaan yang membuat sesuatu yang hebat seperti itu!

Lebih lanjut, fakta-fakta yang terungkap dari laporan Gamer Wanita adalah sebagai berikut.

Ayahnya Dokter Anak itu berada di departemen pendembangan medis pada saat itu.

Karena pekerjaan Ayahnya, dia sering berpindah tempat tinggal dari satu tempat ke tempat lain.

Dia tidak memiliki teman akibat dia harus pindah sekolah berulang kali.

Makanan favoritnya adalah hamburger.

Mungkin itu disebabkan oleh keluarga ayah anaknya. Karena sejak kecil dia terus memakan makanan siap saji, makanan beku, atau bento dari supermarket, mungkin bisa makan burger di restoran adalah kesempatan yang terbaik. Sepertinya kebiasaan itu terus berlanjut hingga masa SMA.

Selain itu, dia memiliki kebiasaan sering tersandung dan terluka. Dia sangat suka kebersihan dan menggunakan laundry koin untuk mencuci pakaian, musik kesukaanya adalah techno pop, dan beberapa hal trivial tapi tetap kuingat.

Meski begitu, Ayah si Dokter Anak itu sangatlah mengejutkan. Departemen pengembangan medis adalah pemimpin dalam pengembangan alat medis mutakhir, dan merupakan pekerjaan penting untuk menjaga kehidupan masyarakat dari posisi yang berbeda dari kami para dokter. Mengingat berapa kali dia dipindahkan, mudah untuk membayangkan bahwa dia akan sibuk setiap hari.

Jika memang begitu.

Dokter Anak yang tinggal bersama Ayahnya seperti itu mungkin sering menghabiskan waktunya sendirian di rumah. Sangat masuk akal jika dia sangat menyukai game karena menghabiskan waktu untuk bermain sendirian di rumah. Itu mungkin terkait dengan keadaan di sekitarnya yang biasa menggunakan laundry koin.

Sedikit demi sedikit, latar belakang tentang Dokter Anak menjadi berkontur.

Aku tidak yakin apakah informasi tadi itu akan membantu jalannya operasi, tetapi yang terbaik adalah bersiap dengan baik. Untuk dapat menangani semua keadaan yang tidak terduga dalam operasi yang melibatkan hidup dan mati pasien.

Oke, itu saja untuk konferensi dokter kali ini, situasinya cukup mendesak. Jadi, operasi akan dilakukan secara bersamaan.

Dilakukan secara bersamaan? Brave, apa artinya itu? Gamer Wanita bertanya.

Seperti yang kalian semua tau, untuk menyelesaikan Mighty Novel X, kita perlu menyelesaikan <Novel Spot> yang tersebar di suatu tempat di kota ini satu per satu. Jika kita bertindak bersama, kita hanya akan kehilangan waktu operasi, ini adalah operasi terpisah. Kita berpencar, dan melakukan operasi di beberapa area secara bersamaan.

Boleh juga. Praktisi setuju.

Tapi yakin ngga apa-apa? Kalian berdua tidak berspesialisasi dalam pengobatan psikosomatis. Kata Pemeriksa Medis dengan ironis.

Hal yang sama juga berlaku untukmu. Ini bukan situasi yang tepat untuk pilih pilih.

Ketika kata-kata itu hampir keluar, Pemeriksa Medis membaca niatku dan berkata,

Yah, aku pun juga sama aja.

Siapa takut.

Aku akan menjadi dokter nomer satu di dunia. Aku sudah berjanji seperti itu pada Saki.

Memegang pisau bedah dalam melakukan operasi bukanlah satu-satunya kemampuanku.

Apapun penyakitnya, bagiku tidak masalah.

Selama di sana ada pasien, aku akan menyembuhkan mereka.

Aku kembali membulatkan tekadku menjadi sebuah kata-kata.

Dengan mengatakannya, aku akan mengikat diriku dengan kata-kata itu.

Ini bukan hanya ideal.

Ini bukanlah gertakan.

Say and Do.

Ucapkan dan bertindak, hanya itu saja.

Tidak ada yang tidak bisa aku potong.

--------------------------------------------------------------

Aku meninggalkan CR lebih awal dan mengambil taksi di depan Rumah Sakit Universitas Seito.

Tolong antar aku ke Rumah Sakit Pusat Shinkyo.

Sopir taksi tampaknya adalah seorang veteran sehingga begitu dia mendengar tujuannya, dia langsung mulai menjalankan mobil tanpa memeriksa rute terperinci.

Waktu sore hari kerja, seharusnya jalanan terasa lancar pada waktu ini, tetapi untuk beberapa alasan jalanan begitu ramai hari ini.

Kalau diingat-ingat, ini adalah hari yang diapit di antara hari libur.

Terlihat banyak mobil keluarga dalam perjalanan pulang dari liburan.

Namun, setiap saat, aku telah belajar bagaimana mempertahankan semangat normal ku.

Ini bukan hal yang baru. Ini karena aku telah menghadapi banyak operasi darurat yang bersaing tiap satu menit satu detik.

Pasien tidak akan menunggu, meskipun sedang mandi di rumah atau tidur, setelah aku menerima laporan akan keadaan darurat, aku akan segera mengatur jadwal dan bergegas ke Rumah Sakit Universitas Seito.

Aku jarang mengendarai kendaraan pribadi.

Karena ini untuk melakukan pelatihan visual ketika aku memperoleh informasi spesifik tentang kondisi pasien saat berada dalam perjalanan. Dengan pengelihatan visual yang sempurna waktu operasi akan dipersingkat secara drastis dan tidak akan memberi beban pada tubuh pasien.

Kali ini pun tidak terkecuali.

Aku akan memulai pelatihan visual seperti biasa.

Rumah Sakit Pusat Shinkyo yang aku tuju sekarang adalah tempat yang sangat penting.

Aku telah meminta Ayahku untuk mengumpulkan beberapa informasi terlebih dahulu. Wakil Dirjen Hinata dulu pernah bekerja sebagai Dokter Anak di Rumah Sakit Pusat Shinkyo.

Artinya, ini adalah rumah sakit dimana si Dokter Anak yang masih berusia delapan tahun pernah menjalani operasi darurat, dan suatu tempat yang sangat penting jika membicarakan masa lalunya.

Setelah nyawa Dokter Anak diselamatkan oleh Wakil Dirjen Hinata, dia mulai bercita-cita untuk menjadi seorang dokter. Pertemuan mereka di Rumah Sakit Pusat Shinkyo sudah pasti memiliki suatu cerita yang tertidur yang berhubungan dengan nasib Dokter Anak.

Aku mencoba untuk menebak karakteristik dari game Mighty Novel X.

Dokter Anak, lalu Poppy Pipopapo melakukan kesalahan dalam permainan dan terkena Game Over.

Tidak ada orang yang lebih pandai dari Dokter Anak dalam strategi permainan. Pasti ada alasan khusus kenapa seorang pria dengan bakat seperti itu tidak bisa menyelesaikannya.

Dokter Anak dan Poppy Pipopapo, satu-satunya kesamaan yang mereka miliki adalah bahwa mereka sangatlah ramah sehingga mereka cenderung terlibat terlalu dalam kepada pasien.

Jika saja, dalam penyelesaian Mighty Novel X, kepribadian yang ramah hanya akan menjadi penghalang....

Bagaimanapun, ini adalah game yang dibuat oleh Dan Kuroto.

Aku tidak perlu mengatakan bahwa selera gamenya sangatlah buruk.

Menipu dan mengalahkan manusia yang terlalu tenggelam dalam cerita. Tidak heran jika jebakan semacam itu akan dipersiapkan.

Untungnya atau sayangnya, aku selalu menjaga jarak tertentu dari Dokter Anak.

Benar. Itulah hubunganku dengannya.

Aku merasa nyaman pada hubungan kami yang tidak terlalu akrab.

Mengesampingkan urusan pribadi, hanya sebagai sesama rekan kerja.

Hanya membagikan beberapa persen dari kehidupanmu, dan beberapa persen dari kepercayaan satu sama lain.

Selebihnya hanyalah tambahan. Hanya beberapa persen yang kuat yang dibutuhkan.

Jika Mighty Novel X adalah kisah kehidupan Dokter Anak itu sendiri, aku dapat menganalisis secara objektif cerita apapun yang menantiku.

Tidak perlu tenggelam terlalu dalam.

Buanglah kesadaran untuk ingin menyelamatkan Dokter Anak.

Berpikirlah untuk menyelamatkan pasien yang ada di depanmu, tidak peduli siapapun itu. Rawat saja pasien yang ada di depan matamu dengan perawatan yang tepat. Hanya itu saja.

Monster terbesar dalam suatu operasi adalah emosi pribadiku.

Setelah aku membulatkan pengelihatan visualku dengan sempurna, taksi telah tiba di tujuan.

Rumah Sakit Pusat Shinkyo adalah rumah sakit besar yang mewakili distrik keempat Kota Seito, dan dalam skala yang setara dengan Rumah Sakit Universitas Seito di Jepang.

Ayahku sebelumnya sudah mengubungi Kepala Rumah Sakit Pusat Shinkyo.

Ketika aku memberikan namaku di resepsi, seorang petugas membimbingku ke tujuan.

Bangsal Anak, kamar 307.

Tempat tidurnya kosong.

Ini adalah kamar rumah sakit tempat Dokter Anak dirawat setelah menerima operasi yang dilakukan oleh Wakil Dirjen Hinata.

Setelah aku mengucapkan terima kasih dan berpisah, aku melangkah masuk ke kamar tersebut.

Lalu syarat partisipasi yang kudengar dari Poppy Pipopapo—memakai Gamer Driver di pinggangku.

[MIGHTY NOVEL X! EVENT START!]

Suara sistem permainan bergema entah dari mana.

Kamar perawatan mulai terdistorsi seperti mozaik.

Baiklah, waktunya memulai operasi.

--------------------------------------------------------------

Setelah kusadari, kini aku berada di dalam Game Area Mighty Novel X.

Pemandangan sekitar hampir sama seperti sebelumnya. Hanya saja, beberapa peralatan tambahan yang telah diganti dengan yang lebih tua lebih dari 20 tahun yang lalu.

Seorang anak laki-laki sedang berbaring tegak di tempat tidur dengan sudut sedikit terangkat.

Jarung infus dimasukan ke lengan kecilnya dan direkatkan.

Dia mengoperasikan konsol game dengan tangannya dan terlihat sangat asyik memainkannya.

Aku merasa bahwa wajah anak laki-laki itu memiliki aura dari Dokter Anak.

Jika dia mengalami kerusakan organ dalam karena kecelakaan lalu lintas, dia pasti mendapatkan operasi besar dengan waktu yang lama. Tak kusangka kau bisa bertahan dengan tubuh semungil itu, Dokter Anak. Maksudku.... Dokter Anak Junior.

Papa!?

Dokter Anak Junior yang menyadari keberadaanku, tiba-tiba berteriak ke arahku.

Aku menggelengkan kepalaku dan menyangkalnya.

Pada saat yang sama, aku merasakan suatu deja vu. Aku pernah mengalami situasi seperti ini sebelumnya.

Ya. Hoshi Madoka-chan, seorang pasien tumor otak yang berhasil kuselamatkan melalui operasi beberapa tahun yang lalu.

Pada saat itu juga, aku menjadi ayah Madoka-chan ketika terjebak di dalam dunia game VR. Tepatnya, dibuat untuk bermain peran Ayah.

--Jangan-jangan, aku perlu bermain menjadi seorang Ayah lagi?

Dokter Anak Junior menatapku.

Tidak, lebih tepatnya, menatap jas labku.

Waktunya pemeriksaan?

Begitu. Rupanya aku salah paham mengenai peran seorang ayah.

Syukurlah. Peran Ayah cukup sampai sini saja. Apalagi, jika lawan bermainku adalah Dokter Anak, ini akan menjadi lelucon yang konyol.

Pemeriksaan nanti akan dilakukan oleh Wakil Dirjen.....tidak,maksudku Kyotaro-sensei yang akan datang setelah ini. Sebelum itu, aku ingin menanyaimu sesuatu. Tolong beritau aku jika kau sudah selesai bermain.

Apa dia bingung jika orang asing tiba-tiba mengatakan itu padanya?

Apakah aku seharusnya memberikan penjelasan yang lebih tepat?

Tidak, meskipun aku memberitaunya apa dia akan paham dengan pemikiran dininya..

Sementara aku berpikir seperti itu, Dokter Anak Junior mematikan konsol game dan meletakkannya di meja samping.

Boleh.

Kau yakin? Bukannya kau baru di tengah permainan?

Aman. Aku sudah menyimpan datanya barusan.

Begitu ya.

Terdapat keheningan singkat.

Aku tidak datang untuk berbicara santai denganmu, jadi langsung saja masuk ke subjek utama.

Tadi, kau bilang <Papa>....

Aku merasa ekspresi muka Dokter Anak Junior menjadi sedikit lebih kuat.

Kulanjutkan kata-kataku sebelumnya tanpa ragu.

Apa kau menunggu Papamu untuk datang menjengukmu?

....Dia tidak akan datang.

Itu tidak mungkin. Papamu pasti mengkhawatirkanmu.

.....Dia hanya datang sekali.

Hanya sekali? Setelah itu, dia tidak pernah menjengukmu lagi?

.....Un.

Dokter Anak Junior menurunkan sudut mulutnya dan menjadi suram.

.....satu kali pun?

Kupikir itu adalah sifat kekanak-kanakannya, tetapi setelah aku mencoba mengambil satu langkah kedepan dan memperhatikannya, kali ini sudut mulutnya naik sedikit dan tersenyum cerah.

Un. Tapi ngga ada pilihan lain. Papaku orang yang sangat sibuk.

Ternyata memang anak ini sangat mirip dengan si Dokter Anak.

Tak kusangka, kau sudah sebaik ini sejak dirimu masih sekecil ini.

Merasa kesepian, kesal, menderita. Kau memikul semua beban itu seorang diri. Dan tersenyum seperti itu di hadapanku lagi?

Kenapa kau tidak mencurahkannya dengan lugas?

Apa yang sebenarnya kau takutkan?

Apakah kau berpikir bahwa menjadi sedikit egois adalah tindakan yang buruk?

Jika demikian, maka sifat penyendirimu itu sudah menjadi suatu penyakit.

Apalagi kau masih berusia delapan tahun. Kau berada di posisi yang tidak ada hubungannya dengan belenggu sosial atau urusan orang dewasa. Kau punya hak untuk mendorong diri untuk mematuhi keinginanmu.

Tapi aku masih punya game. Pak Dokter yang memberikannya padaku.

Pak Dokter.... Wakil Dirjen Hinata ya..

Bagi Dokter Anak, Game sepertinya adalah sesuatu yang tak tergantikan.

Kau yang sering menghabiskan waktu sendirian, Game adalah penunjang hatimu.

Dia bagaikan teman yang kau ajak bicara dan bermain bersama.

Game adalah sesuatu yang membuatmu terus tersenyum.

Aku merasa seperti melihat sekilas akar dari keyakinan yang Dokter Anak percayai sebagai seorang dokter.

Merawat tubuhnya saja belum dikatakan sebagai suatu pengobatan.

Seorang Pasien dapat dikatakan sembuh total hanya ketika dia kembali tersenyum dan pikirannya kembali sehat.

Pasien pertama yang diselamatkan oleh pola pikir semacam itu tidak lain adalah Dokter Anak itu sendiri.

Ketika aku mengetahui fakta itu, pandanganku terhadap Dokter Anak berubah 180 derajat.

Pemikiran semacam itu bukanlah sekedar teori ideal atau kata mutiara. Tapi adalah pelajaran yang dipetik dari pengalamannya sendiri.

Setiap kata-kata yang dilemparkan Dokter Anak kepadaku terbentang di kepalaku.

Saat itu, aku merasakan kehadiran di belakangku dan berbalik.

Itu adalah Hinata Kyotaro yang mengenakan jas putih. Dia memiliki penampilan yang tak kenal takut yang terasa muda dengan sedikit kerutan.

Hinata-sensei berjalan ke sisi Dokter Anak Junior tanpa mengedipkan matanya.

Emu. Bagaimana perasaanmu sekarang?

Hinata-sensei sama sekali tidak menyadari keberadaanku dan memulai pemeriksaan.

Meskipun aku mengenakan jas putih dan berada di kamar rumah sakit yang tidak ada hubungannya dengan tempat kerjaku, aku tidak bisa menganggapnya sepenuhnya No Touch.

Artinya seperti ini.

Karakter utama Mighty Novel X adalah Dokter Anak itu sendiri, sebagai pemain, aku hanya bisa berkomunikasi dengan sang karakter utama, Dokter Anak. Aku tidak bisa mengganggu karakter selain karakter utama. Itulah aturan main Mighty Novel X.

Setelah menyelesaikan pemeriksaan formal dan memastikan perawatan pascaoperasi normal, Hinata-sensei mulai membicarakan hal-hal aneh.

Emu. Ada satu hal yang ingin kutanyakan padamu. Ini bukanlah pertanyaan sebagai seorang manusia, bukan sebagai dokter.

....Apa?

....Di hari hujan saat kecelakaan lalu lintas, mengapa kamu berjalan di jalan itu?

Dokter Anak Junior melihat kebawah dengan canggung karena suatu alasan.

Untuk pergi dari rumahmu ke sekolah dasar, setelah kamu meninggalkan rumah, kamu perlu melewati sebuah lereng. Artinya jalan yang kamu lalui saat mengalami kecelakaan sangatlah berseberangan dengan jalan sekolah. Kalau memang tujuanmu adalah berputar balik, bukannya kamu akan terlambat sampai sekolah?

Pertama kali aku medengar soal itu.

Dokter Anak mengalami kecelakaan lalu lintas di jalan yang berseberangan dari jalan sekolah yang seharusnya.

Mengapa dia berjalan di jalan seperti itu.?

.....Aku tersesat.

.....Begitu ya, kamu baru saja pindah kemari dan tidak tau jalan.

.....Un.

Apa boleh buat. Jika dia baru saja pindah ke kota asing, wajar jika kau bisa tersesat meski memiliki sebuah peta.

Tapi ini tentang pergi ke sekolah setiap pagi. Apa dia membuat kesalahan sebanyak itu ketika akan memilih untuk menaiki lereng atau menuruni lereng sesaat setelah meninggalkan rumah?

Tentu saja, Dokter Anak memiliki sisi pendiam dan gelisah.

Meski berprofesi sebagai seorang dokter, ia kerap terluka oleh hal-hal sepele.

Dia sering bertabrakan dengan seseorang di sudut koridor rumah sakit, tersandung dan jatuh saat menuruni tangga. Dan yang paling parah adalah dia sering tersandung kakinya sendiri di jalanan bebas tanpa hambatan.

Jika dihitung lukanya seperti nyeri, memar, atau keseleo, tidak ada habisnya. Itu membuatku bertanya-tanya apakah ada cacat serius pada fungsi otak yang mengontrol efek keseringan olahraganya?

Seperti itulah dia. Tidak heran jika dia tersesat di rute yang salah saat ke sekolah.

Pada saat ini. Aku menyimpulkan itu dan tidak mempedulikannya.

Bahkan setelah Hinata-sensei menyelesaikan pemeriksaannya dan meninggalkan kamar perawatan, aku tetap berada di kamar.

Dokter Anak Junior kembali melanjutkan permainan di konsol handheldnya.

Perawatan pasca operasi tampaknya berjalan dengan baik meskipun dia mengalami kecelakaan diambang hidup dan mati.

Penanganan Hinata-sensei sangatlah sempurna dari sudut pandangku.

Operasi pasien anak kecil sangatlah sulit karena bidang bedah yang sangat sempit.

Selain itu, penyelamatan jiwa jika terjadi kecelakaan harus dilakukan dengan cepat dan tepat, tanpa ada waktu persiapan yang cukup. Beliau melakukannya dengan sangat cemerlang, apalagi jahitan perutnya. Perawatan yang hati-hati sangat diterapkan sehingga area yang terkena pisau bedah tidak terlihat.

Bagi pasien anak mendatang, memperhatikan penampilan mereka adalah bukti keterampilan yang dimiliki dari seorang ahli bedah.

Erm...

Dokter Anak Junior membuka mulutnya.

Aku bisa pulang kapan?

.......Seharusnya kau bisa meninggalkan rumah sakit dalam dua bulan. Berterima kasihlah pada Hinata-sensei. Tidak lah aneh jika kau rawat rumah sakit lebih dua kali lebih lama.

.....Tinggal dua bulan.

Itu adalah nada yang aneh. Seolah-olah dia tidak ingin meninggalkan rumah sakit.

Kalau kau sudah sembuh dan bisa meninggalkan rumah sakit, kau bisa pulang ke rumah dan dapat bertemu dengan ayahmu.

.....kalau aku terluka lagi, apa aku bisa dirawat disini lagi?

Kenapa kau berbicara seperti itu?

.....Karena, Dokter dan Suster disini semua sangatlah baik. Pekerjaan Ayah juga tidak terganggu.

Bagaimana dengan sekolahmu?

.....Aku tidak ingin berangkat ke sekolah. Aku juga tidak memiliki teman yang menjengukku. Meskipun ada, membosankan.

Aku kehilangan kata-kata.

Bagian dalam dadaku terasa sakit dan aku merasa seperti jantungku menegang.

Karena tidak ada kata bahwa aku tidak akan pergi ke sekolah di dalam kamus pikiranku.

Sejak aku berada di sekolah dasar, aku bukan tipe orang yang pada dasarnya memiliki teman yang banyak. Orang tuaku selalu memberitauku bahwa sekolah adalah tempat untuk menimba ilmu, dan aku mempercayainya tanpa meragukannya sedikit pun.

Tentu saja, aku memiliki jumlah interaksi minimum dengan teman sekelasku, dan aku tidak menyebabkan masalah saat berkelompok, tetapi awalnya, pentingnya menghadiri sekolah tidak pernah dipengaruhi oleh ada atau tidak adanya teman.... sebaliknya, mengincar prestasi, kehadiran yang sempurna, bahkan jika kau kena demam pembelajaran tetap berlanjut. Aku telah memutuskan untuk menjadi dokter, jadi aku juga menjabat sebagai Ketua OSIS untuk mendapatkan poin untuk pelaporan internal untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi.

Aku menerima begitu saja bahwa aku memiliki kehidupan sekolah seperti itu, dan tidak memiliki keraguan.

Apalagi Dokter Anak adalah dokter CR yang sama dengan diriku. Kita mendaftar di Fakultas Kedokteran Universitas Seito yang sama dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun demikian, aku tidak percaya bahwa diriku dan Dokter Anak memiliki masa kecil yang berlawanan. Aku paham jika ada banyak jenis manusia yang berbeda-beda, Tapi si Dokter Anak seenaknya berasumsi bahwa itu adalah jalan dari siswa yang berprestasi.

Tentu saja, aku tidak punya niatan untuk mendiskriminasikan pendidikanku.

Tapi aku tidak bisa menahannya. Berbeda denganku, si Dokter Anak yang selalu terlihat tersenyum memiliki latar belakang seperti itu....

Dokter Anak Junior tampak ingin mengatakan sesuatu.

Apa aku bisa menerima pemikiran anak ini?

Aku sedikit khawatir, dan dahiku sedikit berkeringat.

Aku sedikit khawatir, dan dahiku sedikit berkeringat

Ne.... Apa aku boleh dirawat disini selamanya....?

Itulah kata-kata terakhirnya.

Dokter Anak Junior terdiam seperti sebuah boneka uji praktik klinis.

Sebuah monitor hologram diproyeksikan di depanku menampilkan tiga opsi.

<Boleh> <Tidak boleh> <dll>

Jadi ini titik balik Mighty Novel X ya...

Aku tidak bisa menyembunyikan kekesalanku.

Apa yang sebenarnya dipikirkan oleh anak laki-laki yang murni, waras, dan pintar ini? Apa jenis jawaban yang dia inginkan? Aku bermaksud untuk mengasumsikan setiap situasi, tetapi sekarang aku mencoba untuk menantang diriku dalam keadaan yang benar-benar blak-blakan.

Jumlah keringat yang keluar dari dahiku meningkat dan membasahi bulu mataku. Ketika aku berkedip tanpa berpikir, keringat masuk ke mataku dan aku menahannya kuat. Sekarang, tidak ada perawat yang bisa menyeka keringatku hanya dengan satu instruksi. Aku harus selamat dari operasi ini sendirian.

Jantungku berdetak perlahan dan menjerit. Aku merasakan monster dilahirkan dalam diriku.

<Monster terbesar dalam operasi>

Saat itu, aku kembali sadar.

Itu benar. Aku telah kehilangan pandangan akan diriku sendiri dan melupakan apa yang penting. Jangan terlibat terlalu dalam, Tinggalkan kesadaran untuk menyelamatkan Dokter Anak, mulai sekarang berpikirlah untuk menyelamatkan pasien yang ada di depanmu, tidak peduli siapapun itu.

Rawat saja pasien yang ada di hadapanmu dengan perawatan yang tepat. Hanya itu saja.

Aku bermeditasi dan menghitung tiga detik dalam hati.

Semakin banyak operasi bersaing selama satu menit satu detik, maka semakin penting tiga detik ini.

Momen ketiadaan saat aku mengatur napas untuk mendapatkan kembali penilaian yang tenang.

Satu.... dua.... tiga.

<Boleh> <Tidak boleh> <dll>

Aku sudah memutuskan jawabanku.....

Tidak boleh. Sebagai seorang dokter, aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu.

Aku membuka mata dan mengucapkan kata-kata yang muncul di pikiranku dengan cara yang klerikal.

Ada pasien lain yang menderita penyakit. Tidak mungkin untuk menjaga pasien sembuh di kamar rumah sakit sepanjang waktu. Itu keputusan alami sebagai dokter.

Tapi kata-kataku barusan tidaklah cukup.

Aku kembali melanjutkan untuk menambah kata kata.

Tapi, kalau kau memang tidak ingin bersekolah maka kau tidak perlu berangkat ke sekolah. SD adalah pendidikan yang wajib, tapi ada beberapa siswa diluar sana yang tidak bersekolah. Bukan kau saja yang terkecuali.

Dokter Anak Junior bereaksi dengan kesal dan diam menatapku.

Aku tidak tahu apa arti keheningan itu.

Namun, aku tidak menyesali jawabanku.

Untuk pasien dengan penyakit mental dalam konseling psikologis, dorongan <Semangat!> terkadang bisa menjadi kontraproduktif.

Kasus dimana pasien merasa bahwa penyebab masalah mentalnya adalah <Karena aku tidak melakukan yang terbaik.> dan menganggap seolah-olah menyangkal segalanya.

Untuk pasien yang sudah melakukan yang terbaik, mereka dipaksa untuk berpikir <Apa yang harus aku lakukan lagi?> dan memberi tekanan berlebih pada mereka untuk mengejar ketertinggalan.

Kasus terburuknya, pasien mungkin menutup hatinya dengan mengatakan<Aku sudah tidak mengerti apa-apa lagi!>.

Aku tidak tahu bagaimana seorang dokter psikosomatis akan menanganinya, tetapi inilah jawaban yang aku berikan sekarang.+

Aku adalah dokter terbaik di dunia.

Tidak ada yang tidak bisa kupotong.

Aku kembali menyatakannya lagi di dalam hatiku.

Saat berikutnya, aku merasakan gendang telingaku bergetar.

Suara sistem yang ditujukan untuk menandakan akhir permainan diubah menjadi sinyal listrik dan di transmisikan ke korteks pendengaran otak besarku.

Aku pun menerima nasib dari permainan.

Bang! Sebuah tembakan menyebabkan gema di kepalaku memberikan rasa sakit yang tumpul.

Kurasa aku mempunyai ide tentang alasannya.

Jet lag adalah 10% penyebabnya. Ini karena dia baru saja kembali ke Jepang dari Amerika Serikat.

90% sisanya adalah suara Nico, yang terus mengoceh di sampingku sejak beberapa waktu yang lalu.

Setelah meninggalkan CR, kami menuju ke tujuan tertentu untuk menantang Mighty Novel X. Kami naik kereta bawah tanah ke stasiun terdekat di distrik 6 Kota Seito, dan berjalan sekitar 5 menit dari stasiun.

Wah sudah lama sekali~ jalan ini. Ah! Lihat lihat! Game Centernya udah di perbarui!

Nico bergegas ke Arcade Game Center di sepanjang jalan dan melihat ke dalam toko dengan tingkat ketegangan yang tinggi.

Aku sangat bodoh karena telah berpikir bahwa dia telah tumbuh dewasa. Justru sebaliknya, dia lebih berisik dari sebelumnya karena efek Amerikanisasi dalam kehidupan di luar negeri.

Kupikir aku bisa hidup sedikit lebih tenang tanpa Nico.

Semua dimulai dengan panggilan telepon ke Klinik Penyakit Game Hanaya, rumah sakit yang aku kelola.

Tepatnya pada jam 9 pagi. Mungkin aku menyadarinya setelah mendengar suaranya melalui telepon, tetapi setelah mengeluarkan dua atau tiga suara batuk, wanita di telepon itu berkata.

Taiga~, aku pilek~

Nadanya begitu jelas sehingga aku tidak bisa membayangkan ini adalah orang yang sedang sakit. Ini terasa seperti Prank Call.

Awalnya aku ingin mengabaikannya, tetapi sebagai dokter, aku tidak bisa membiarkannya.

Sambil menghela napas, aku bertanya.

Suhu demam?

37.5 derajat.

Jika kau makan dan tidur teratur, kau akan sembuh.

Hah? Bagaimana jika aku meninggal!?

Kalau kau punya nyali untuk cari masalah, maka tidak perlu khawatir.

Ah! Demamku meningkat! Ah aku tidak kuat lagi! Ini salahnya Taiga! Cepetan kesini! 30 menit!

Hah? Kau serius?

Kau sendiri yang bilang kan bahwa kemanapun aku pergi dokterku adalah Taiga! Alamatku ada tertulis di kartu pos yang ku kirim sebelumnya.

Nico menutup telepon secara sepihak tanpa menunggu responku.

Sebuah kartu pos tiba setelah dia meninggalkan rumah sakitku tiga tahun yang lalu.

Hanya alamat dan nama pengirim yang tertulis di kartu pos dengan gambar Patung Liberty tercetak diatasnya. Tidak ada pesan lain. Masih menjadi misteri apa maksud dari kartu pos itu, tetapi mungkin itu hanya untuk memberi tahu alamatnya.

Seperti biasa dia orang yang bernyali besar.

Aku tidak punya pilihan lain selain memeriksa pasporku, tapi sayangnya itu masih belum kadaluarsa. Awalnya kupikir paspor itu akan kedaluarsa setelah 5 tahun, tapi nyatanya tetap sah untuk 10 tahun.

Pada akhirnya, aku meninggalkan Klinik dengan pakaianku dan berada di atas Samudra Pasifik pada sore hari.

Untungnya, aku mendapat tempat duduk di dekat jendela di kelas ekonomi karena kebetulan tempat duduknya kosong.

Sudah beberapa tahun sejak terakhir kali aku naik pesawat....Ngomong-ngomong, aku juga duduk di dekat jendela saat itu.

Dulu aku pernah kehilangan lisensi dokterku dan tempatku di negara ini.

Bahkan jika kau memiliki bakat seorang dokter, bahkan jika kau memiliki semangat seorang dokter. Jika kau tidak memiliki lisensi, kau tidak dapat melakukan kegiatan medis di negara ini.

Aku menghabiskan sekitar dua tahun mencela diri sendiri setelah lisensi dokterku disita. Aku tidak ingat apa yang kulakukan waktu itu. Aku menjadi muak dengan diriku sendiri dan ingin pergi sejauh mungkin dari tempat ini untuk melupakan segalanya.

Aku mendapatkan Paspor aktif selama 10 tahun dan memulai perjalanan melintasi laut.

Kemanapun tujuannya bebas.

Tapi perjalanan itu tidak memberiku apa-apa.

Pada akhirnya, aku kembali ke jepang tanpa mencerna setengah dari jadwal yang di rencanakan.

Akhirnya, aku tetap tidak bisa berhenti menjadi dokter. Aku mulai bekerja sebagai dokter gelap untuk pasien yang mengalami cedera yang tidak bisa diobati secara terbuka.

Semua penghasilanku masuk ke saham kecuali untuk biaya hidup minimum.

Lagi pula, itu uang kotor. Aku tidak akan menyesal jika semua uang itu akan hilang.

Ironisnya, aku justru mendapatkan keuntungan yang membengkak.

Itu adalah cerita masa lalu, sekarang aku kembali mendapatkan lisensi sebagai Dokter Spesialis Penyakit Game.

Kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi pada kehidupan kita.

Hey! Kau mendengarkanku!? Hey!

Nico, yang ada di sebelahku menendang pantatku dengan sekuat tenaga.

Aduh, sakit cok!1

Salahnya daritadi bengong! Aku bertanya bagaimana caranya kita bisa masuk ke dalam situ!

Continue Reading

You'll Also Like

259K 41.1K 68
I Became A Virtuous Wife And Loving Mother In Another Cultivation World ##start from chapter 199 **I'm just translate this and I don't own anything**
55.1M 1.8M 66
Henley agrees to pretend to date millionaire Bennett Calloway for a fee, falling in love as she wonders - how is he involved in her brother's false c...
6.6M 179K 55
⭐️ ᴛʜᴇ ᴍᴏꜱᴛ ʀᴇᴀᴅ ꜱᴛᴀʀ ᴡᴀʀꜱ ꜰᴀɴꜰɪᴄᴛɪᴏɴ ᴏɴ ᴡᴀᴛᴛᴘᴀᴅ ⭐️ ʜɪɢʜᴇꜱᴛ ʀᴀɴᴋɪɴɢꜱ ꜱᴏ ꜰᴀʀ: #1 ɪɴ ꜱᴛᴀʀ ᴡᴀʀꜱ (2017) #1 ɪɴ ᴋʏʟᴏ (2021) #1 IN KYLOREN (2015-2022) #13...
558K 97.2K 17
Everything changed the day the King ordered me to seduce his son and bring him back to the Kingdom. He was my best friend. As per the order of things...