[Masih] Sekolah Tapi Menikah...

By V_Missv

52.7K 3.6K 50

Judul: [Masih] Sekolah Tapi Menikah Genre: Romantis Komedi Manis (16+) Status: Tamat (Sekuel dari 'Sekolah Ta... More

1. [Masih] Sekolah Tapi Menikah
2. Interogasi Hadiah
3. Identitas Status
4. Akibat Gosip
5. Jawaban Pertanyaan
6. Debaran Yang Masih Asing
7. Masih Ada
8. Bunga Perasaan
9. Efek Cinta
10. Di Balik Keremangan
11. Tawa Sepanjang Malam
12. Sedikit Keresahan
13. Seiring Waktu
14. Penuh Tawa
15. Tak Disadari
16. Yang Berbeda
17. Rasa Khawatir
18. Satu Dugaan
19. Kejutan Yang Membingungkan
20. Ceramah Memalukan
21. Penghakiman Yang Mendebarkan
22. Ledakan Malu
23. Akhir Tragedi
24. Suasana Awal
25. Hari Pertama
26. Liburan? Ehm ....
27. Memang Modus
28. Kencan Dadakan
29. Double Date 1
30. Double Date 2
31. Double Date 3
32. Bayangan Liburan
33. Sebelum Tidur
34. Akhir Pekan 1
35. Akhir Pekan 2
37. Rasa Nyaman
38. Antusiasme Yang Berbeda
39. Para Penggemar
40. Bukan Halu
41. Mood Swing
42. Sebab Akibat
43. Solusi Masalah
44. Memang Risiko
45. Tanpa Ditutup-Tutupi Lagi
46. Menjelang Hari
47. Sebelum Tidur
48. Spontanitas Tindakan
49. Keriuhan Ruang BK
50. Lupa Dunia
51. Fakta Yang Terbongkar
52. Terdesak Kenyataan
53. Uraian Cerita
54. Pilihan Yang Berat
55. Keputusan Yang Tepat
56. Hari Bahagia
57. Tentang Orang Tua dan Anak
58. Dalam Rencana
59. Tak Terelakkan
60. Nyaris Memang
61. Liburan
62. Permainan Liburan
63. Tentang Perjuangan
64. Jeda Perjalanan
65. Liburan Atau Bulan Madu
66. Malam Kedua
67. Mengukir Kebahagiaan
68. Bukan Sekolah Tapi Menikah

36. Akhir Pekan 3

529 44 1
By V_Missv

Noval yang sedang melayani seorang pembeli tampak mengerutkan dahinya ketika mendapati Tama dan Eshika turun dari lantai atas. Bukan karena fakta bahwa mereka menuruni anak tangga dengan begitu pelan yang membuat matanya sedikit menyipit. Melainkan karena ekspresi keduanya yang tampak berbeda.

"Val. Ukuran XL yang warna hitam ko---"

"Ssst!"

Noval dengan segera menepuk Edo yang menghampirinya. Cowok itu baru saja mengecek satu produk di gudang. Berniat mengabarkannya pada Noval, tapi rekannya itu justru menyuruhnya untuk berhenti bicara.

"Lihat deh Mas Tama sama ceweknya."

"Mana mana mana?"

Edo yang memang belum sempat berkenalan dengan Eshika tentu saja menjadi antusias. Sekarang, dua orang karyawan Tama itu seperti yang tengah mengabaikan pelanggan mereka. Ckckckck.

"Itu itu."

Noval menunjuk dengan penuh semangat. Pada Tama dan juga Eshika yang tampak berjalan dengan menundukkan wajahnya. Cewek itu terlihat mengulum senyum dengan dua pipi yang merona.

Tama yang kemudian melihat bahwa Noval dan Edo sedang memerhatikan mereka, langsung bersuara.

"Val, itu Mas-nya nggak kamu layani heh?"

Noval tersentak. Baru teringat. Buru-burulah ia berpaling. "Sorry sorry, Mas. Ini yang XL warna hitam---"

Noval melihat pada Edo. Dan rekannya itu menyambung perkataan Noval.

"Kosong, Mas. Ada yang ukuran XL tinggal warna abu-abu lagi."

Melihat hal itu Tama geleng-geleng kepala. Lantas ia menggamit tangan Eshika. Ingin mengajak cewek itu langsung pergi, tapi eh ... Edo keburu mencegat mereka. Dan pencegatan itu bukan pencegatan biasa. Karena jelas, Edo langsung mengulurkan tangan pada Eshika. Menawarkan perkenalan diri pada cewek itu.

"Edo, Mbak."

"Eh? Oh ...."

Eshika tergugu untuk beberapa saat sebelum pada akhirnya menyambut uluran tangan itu. Buru-buru tersenyum dan memberikan satu anggukan kecil seraya turut memperkenalkan dirinya.

"Eshika."

Tama yang melihat bahwa atmosfer di distro itu mulai menunjukkan perubahan, sontak meraih tangan Eshika tepat ketika jabat tangannya dengan Edo berakhir. Tak ingin mengambil risiko, cowok itu langsung berkata.

"Udah. Aku tinggal. Kalian yang baik-baik kerjanya."

Tidak menunggu balasan dari Noval maupun Edo, Tama langsung menarik Eshika. Berusaha untuk secepat mungkin meninggalkan tempat itu. Bahkan saking ingin cepatnya, Tama tidak sempat mengucapkan basa-basinya pada Wida. Hanya Eshika yang sempat memberikan satu senyuman pada kasir itu. Diikuti oleh seruan Wida, tentunya.

"Ntar mampir lagi, Mbak."

Ajaib sekali, ternyata Tama mendengar seruan itu walau jelas mereka sudah keluar dari toko itu. Sontak membuat Tama menggerutu seraya mengeluarkan kontak mobilnya.

"Aku nggak bakal deh ngajak kamu mampir lagi ke sini."

Eshika yang semula akan membuka pintu mobil, bengong. Tapi, ia melihat Tama sudah keburu masuk. Dan pada akhirnya cewek itu juga turut masuk. Nah, kemudian ia pun kembali mendengar gerutuan Tama.

"Pasti sekarang mereka bertiga lagi ngomongin kita."

Hal itu sontak membuat Eshika terkekeh geli. Tak menampik bahwa hal itu memang memiliki kemungkinan yang besar untuk bisa terjadi. Hihihihihi.

Melihat Eshika yang terkekeh, Tama hanya berdecak sekilas.

"Ck. Kamu malah ketawa," gerutu Tama lagi.

Mengubah kekehannya menjadi senyum, Eshika lantas membawa tubuhnya untuk mengarah pada Tama. Dan selagi Tama mulai mengemudikan mobil, Eshika justru melihat lekat-lekat pada cowok itu.

"Abis dari sini," kata Eshika kemudian memindahkan topik pembicaraan. "Kita mau ke mana, Tam?"

Terbukti sih, pertanyaan itu membuat gerutuan Tama menghilang. Alih-alih masih lanjut menggerutu, cowok itu justru berpaling. Tanpa abai dengan jalanan di depan, tentunya.

"Ehm ...," dehem Tama. "Kamu ada mau ke mana?"

Eshika tampak merenung sejenak. Berpikir. "Mau ke supermarket bentar?" tanyanya. "Mumpung kita lagi keluar. Belanja buat isi kulkas."

"Aaah ...."

Jari telunjuk Tama tampak mengetuk-ngetuk kemudi beberapa kali. Kepalanya pun mengangguk beberapa kali. Dan ia menjawab.

"Kayaknya ide yang bagus."

Maka pada akhirnya, Tama pun melajukan mobilnya menuju ke satu supermarket. Tidak terlalu besar, tapi tentu saja produk yang ditawarkan lebih dari cukup untuk memberikan pilihan bagi kedua orang remaja itu.

Keduanya masuk dengan bersisian. Sementara Tama mendorong troli, tampak Eshika yang melihat pada rak-rak berisi berbagai macam produk yang kebetulan mereka lalui.

"Kecap masih ada nggak sih, Tam?"

Tama tampak merenung. "Aku mana pernah memperhatikan yang kayak gituan coba, Esh."

"Ehm ... iya juga sih."

Dan karena itulah pada akhirnya Eshika tetap memilih untuk mengambil satu botol kecap. Daripada ragu dan ternyata kecap memang sudah habis kan? Kalaupun masih ada, itu bisa dianggap sebagai cadangan.

Setelah mengisi troli dengan kecap, aneka saos, dan juga sebotol minyak zaitun –rencanya sih Eshika mau buat salad sayuran-, mereka berdua pun beranjak menuju ke rak yang berbeda.

"Ntar malem buat bakwan yuk, Esh."

Suara Tama terdengar ketika mereka melewati aneka tepung goreng siap pakai. Ada beberapa jenis. Dari tepung goreng ayam, tepung goreng pisang, hingga tepung goreng bakwan.

Eshika menoleh. "Tumben kamu mau bakwan," katanya dengan melayangkan sorot menyelidik. "Nggak biasanya."

Bertahan pada troli, Tama tampak mengangkat bahunya sekilas. "Lagi pengen aja sih. Kayaknya udah lama juga aku nggak makan bakwan."

Eshika mengulurkan tangannya. Mengambil dua bungkus tepung goreng bakwan. Memasukkannya ke dalam troli.

"Padahal kamu ke kantin kan sering bareng Reki," kata Eshika seraya berjalan lagi. Melirik sekilas, tampak Tama yang tepat berada di sebelahnya. "Aku pikir kamu makan gorengan juga sama dia. Reki kan hobi banget tuh beli gorengan."

Tama mesem-mesem. "Sejujurnya terakhir kali aku makan gorengan itu pas aku disuruh ngabisin gorengan cabe rawit setan."

O oh!

Langkah kaki Eshika berhenti seketika. Pelan-pelan dan terkesan kaku, ia berpaling. Dan mendapati bagaimana Tama yang membesarkan mata pada dirinya.

"Heheheheheh," kekeh Eshika. "Sorry, Tam, sorry. Kan waktu itu aku lagi kesel."

"Ehm .... Kalau dipikir-pikir sekarang," lirih Tama pelan seraya mengusap ujung dagunya. "Kok aku berasa ada yang agak ganjil ya?"

Eshika mengerjapkan matanya dua kali dengan ekspresi polos. "Apanya yang ganjil?"

Meninggalkan sejenak troli belanjaan mereka, Tama beranjak sedikit. Menghampiri Eshika.

Tangan Tama tampak terlipat lapi dengan posisi bersedekap di depan dada. Matanya terlihat sedikit menyipit. Dan ada senyum dengan ekspresi penasaran terpampang di wajahnya yang tampan. Sedetik kemudian, Tama tampak sedikit membungkuk ke arah cewek itu. Mencoba mendapatkan posisi yang tepat agar matanya sejajar dengan milik cewek itu.

"Ehm ... bilang jujur ke aku deh, Esh," kata Tama kemudian dengan irama suara yang membuat Eshika menahan napasnya. "Tempo hari itu .... Gorengan granat itu .... Sebenarnya untuk pelampiasan kekesalan kamu atau untuk pelampiasan kemarahan kamu ..." Tama semakin memajukan wajahnya di depan Eshika. "... karena kamu yang cemburu?"

Rasa panas langsung membuat pipi Eshika seperti terbakar. Mata cewek itu membesar seketika. Tampak mulutnya bergerak seperti akan bicara. Tapi, di detik selanjutnya, cewek itu justru mengatupkan mulutnya rapat-rapat.

Tama langsung tersenyum. Melihat Eshika yang tak mampu menjawab pertanyaannya justru memberikan jawaban padanya secara tidak langsung.

Tangan Tama terulur. Memberikan satu cubitan ringan pada ujung hidung Eshika dan lalu bangkit menegapkan tubuhnya kembali.

"Udah," katanya santai. "Nggak usah dijawab."

Eshika cemberut, tapi dengan kesan malu-malu. Tangannya pun lantas mengusap ujung hidungnya yang baru dicubit Tama.

"Dasar."

Kali ini gantian Tama yang terkekeh. Cuek saja sih ia menyeletuk. "Apa mau dijawab? Kalau iya, ya ... nggak apa-apa juga sih."

Tapi, tentu saja Eshika tidak mau menjawab. Yang mana sebenarnya cewek itu pun juga tidak tau jawabannya. Apakah dulu itu ketika ia memaksa Tama menghabiskan gorengan cabai rawit setan itu gara-gara kesal lantaran merasa terganggu oleh para fans Tama atau justru sebaliknya? Memang seperti yang cowok itu katakan tadi? Bahwa sebenarnya Eshika cemburu? Sehingga pada akhirnya ia pun melampiaskannya pada Tama?

Ehm ....

Eshika tak yakin juga sih.

Tapi, ketika memikirkan itu, mendadak saja Eshika terpikir sesuatu yang lainnya. Itu adalah ketika ia membanting bakso di tempat sampah ketika melihat Tere yang memeluk Tama.

Hal itu membuat ia membeku. Mematung dengan dugaan menakutkan itu.

"Kenapa, Esh?"

Suara Tama membuyarkan lamunan Eshika. Membuat cewek itu mengangkat wajahnya. Melihat pada cowok itu dan buru-buru menggeleng.

Tapi, tentu saja Eshika berbohong. Karena bagaimanapun juga, hingga selesai mereka belanja, Eshika masih bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Mengerikan, tapi itu nyaris seperti satu kenyataan yang tak terbantahkan.

A-a-aku marah gara-gara cemburu?

Ya Tuhan.

Karena kalau mau Eshika pikir-pikir lagi, ia tidak pernah menjadi cewek yang suka marah. Berbeda jelas dengan sahabatnya Velly, Eshika cenderung lembut. Tapi, Eshika bahkan tidak mengira bahwa dirinya bisa membanting bakso di tempat sampah.

Maka ketika kemungkinan itu melintas di benaknya, mata Eshika memejam dengan amat dramatis. Merutuki dirinya sendiri.

Kamu benar-benar menakutkan kalau lagi cemburu, Esh.

*

Selepas pulang dari supermarket, Tama sih merasa ada yang agak berbeda dari Eshika. Ehm ... tidak tau apa, tapi nalurinya mengatakan itu. Mau bukti? Tuh lihat saja sekarang. Ketika mereka sedang membereskan barang-barang belanjaan mereka, Eshika diam saja. Ekspresi wajahnya tampak tidak begitu semangat seperti tadi. Bahkan Tama beberapa kali menangkap basah cewek itu yang menghela napas panjang berulang kali.

"Esh ...?"

Tepat ketika Eshika menutup pintu kulkas, Tama memanggil namanya. Cewek itu menoleh.

"Ya?"

Tama menghampiri Eshika. Meletakkan telapak tangannya di dahi dan bertanya.

"Kamu sakit? Kenapa mendadak lesu?"

Mengembuskan napas panjang, Eshika menggeleng. Dan ia berusaha tersenyum. "Nggak kok, Tam. Aku nggak sakit."

"Ehm ...." Tama angguk-angguk kepala. "Tapi, kalau kamu ngerasa nggak enak badan, istirahat aja."

"Iya ...."

Tapi, walau Eshika menjawab pertanyaan dengan patuh seperti itu, tetap saja rasa penasaran Tama tidak berkurang. Walau jelas, ia tidak akan mendesak Eshika. Khawatir justru akan semakin merusak mood cewek itu.

Ketika malam itu, beberapa saat setelah makan malam, Eshika tampak beranjak ke dapur. Tadi sore ia sudah menyiapkan wortel, kol, dan juga touge untuk memasak bakwan. Persis seperti yang Tama inginkan tadi. Dan itulah yang kemudian ia lakukan. Yaitu memasak bakwan.

Lantaran mereka yang hanya tinggal berdua, otomatis Eshika tidak memasak dalam porsi banyak. Secukupnya saja. Terutama karena jelas mereka sudah makan malam.

Tak lama kemudian, Eshika sudah menata setidaknya sepuluh potong bakwan di satu piring ceper. Tak lupa dengan menyiapkan saos sambal di satu mangkuk kecil. Pun dengan segelas air putih. Kesemuanya ia tata di atas nampan kayu.

Tiba di depan kamar Tama, Eshika langsung membuka pintu itu. Sontak membuat Tama kaget dan langsung menghampirinya.

"Loh, Esh?" Mata Tama mengerjap bingung. "Kamu masak bakwan?"

Eshika mengangguk. "Kan tadi kamu mau bakwan," jawabnya santai. "Tenang aja. Ini nggak pake cabe rawit setan loh."

Harusnya sih perkataan Eshika yang satu itu bisa membuat Tama geli, tapi tidak. Alih-alih geli, Tama justru mengerutkan dahi.

"Bukannya kamu lagi nggak enak badan? Nggak usah masak harusnya."

"Ehm ... nggak kok."

Eshika menggeleng seraya menyerahkan nampan itu pada Tama. Lalu mendadak saja ia dibuat bingung dengan senyum lebar Eshika yang mendadak saja muncul di wajahnya itu.

"Aku bukannya lesu atau nggak enak badan," katanya kemudian. "Cuma baru kepikiran sesuatu."

Mengambil alih nampan, Tama bertanya. "Apa?"

Eshika tampak menarik napas sejenak. "Waktu itu aku emang cemburu."

"Ya?" Tama mengerjap-ngerjapkan matanya. Bingung.

"Ehm ...," dehem Eshika. "Waktu aku masakin kamu gorengan granat itu ..., kayaknya aku emang cemburu. Dan aku ... ngebuang bakso di tempat sampah, itu juga gara-gara cemburu."

"Oh ... itu ...."

Dan di saat Tama bingung harus merespon kejujuran Eshika seperti apa, eh ... cewek itu kembali berkata.

"Jadi, jangan buat aku cemburu lagi ya?"

Tama melongo. Dan tak cukup membuat Tama melongo hanya dengan kata-kata, di detik selanjutnya tampak Eshika yang sedikit beranjak. Berpegang pada cowok itu dan menjinjitkan sedikit kakinya. Demi bisa melabuhkan satu ciuman tipis di pipinya.

"Aku nggak suka."

*

bersambung ....

Continue Reading

You'll Also Like

204K 20.2K 11
KUY HALUUU(๑¯◡¯๑) ‼️Hai semua, sebelumnya donat minta maaf banget karna udah hiatus berbulan-bulan, dan buat cerita JODOHKU POLGAN 2 sepertinya akan...
1.1M 69.7K 50
Aku hamil. Dua kata yang Nafisah ketik di ponselnya kemudian ia kirim ke nomer teman masa kecilnya. Tapi kenapa setelah itu keluarga dosennya malah...
2.2M 135K 45
"Di tempat ini, anggap kita bukan siapa-siapa. Jangan banyak tingkah." -Hilario Jarvis Zachary Jika Bumi ini adalah planet Mars, maka seluruh kepelik...
1.8M 179K 64
[TERSEDIA DI SHOPEE] 17+ CERITA INI MURNI KARYA SAYA SENDIRI❗ PLAGIAT HARAP MENJAUH❗ "jadi selama ini kalian bohong sama Naura?" "Kenapa, Om? Kenapa...