Putri duduk di depan televisi sembari menonton berita. Kalau Asa tengah bekerja di dalam kamar. Awan masih dirumah Jinan, Asa sudah menyuruh Jinan mengantarkan nya kesini, tapi Jinan bilang akan mengantar Awan jam tiga sore. Jadilah hanya mereka berdua di rumah.
Sedang asik menonton berita, Bel pintu berbunyi. Putri mengambil jilbab yang langsung pakai, lalu memakainya. Setelah itu dia membuka pintu rumah.
"Halo selamat pagi menjelang siang mbak, saya dari perusahaan motor dan mobil, mengantarkan motor ninja dan motor scoppy di depan," Kata orang tersebut.
"Motor? Bentar mas, saya tanya suami saya dulu ya," Mas-mas itu mengangguk.
"KAK ASA! ADA SELLER MOTOR DATANG!" Teriak Putri. Mas-mas itu tersenyum dengan tertekan mendengar teriakan Putri yang nyaring.
"Ngomong-ngomong mas, motornya atas nama siapa?" Tanya Putri pada mas-mas seller motor tersebut.
"Yang scoppy atas nama Putri Azzahra, kalau yang ninja atas nama Asahirul Jamil. Yang pesan satu orang, bapak Asahirul. Apa benar ini rumah nya?" Putri mengangguk.
"Tunggu suam---"
"Sudah datang pak?" Mas-mas itu mengangguk. Asa datang dengan rambut yang masih basah, sepertinya dia baru selesai mandi. Dan parahnya, dia langsung merangkul Putri.
"Sudah, silahkan di tanda-tanganin ya, motor nya akan kami turun 'kan sekarang," Asa melepas rangkulan nya pada Putri, lalu menandatangani kertas penerima itu. Setelah itu, mas-mas itu langsung pergi dan menurun 'kan motor itu bersama rekan nya. Asa dan Putri hanya melihat dari pintu.
"Kak Asa beliin aku motor?" Asa menoleh, lalu mengangguk.
"Jangan numpang terus, bisa pakai motor kan?"
"Iya bisa, kak."
"Apa?"
"Kenapa gak beli motor biasa? Malah beli motor ninja," Asa diam, "lebih suka aja," Jawab Asa setelahnya.
Beberapa menit menunggu, akhirnya kedua motor tersebut sudah turun, tapi belum masuk ke bagasi.
Mas-mas itu kembali menghampiri Asa dan Putri, ia menyerahkan kedua kunci.
"Itu kunci nya pak,"
"Ok, terimakasih."
Mas-mas itu mengangguk, lalu pergi dari sana bersama rekan-rekan nya. Asa mendekat kearah motor nya, lalu menyalakan. Asa berniat memasukkan motor nya ke dalam bagasi.
Putri menutupi pipi nya yang terasa panas dengan kedua tangan nya. Ia menatap Asa yang mau menyalakan motor ninja nya, dengan penampilan yang berdamage bagi Putri. Rambut masih setengah basah, kaos putih, jeans dan celana jeans.
"Put, mau nyoba motor baru gak? Sekalian beli kado nikah buat Jaka."
"Hm ... Boleh deh, tapi kak Asa keringin rambut dulu, nanti bau. Aku juga mau mandi," Setelah mengucapkan hal itu, Asa terlihat mengangguk menyetujui perintah Putri.
Putri masuk kedalam rumah untuk mandi, sedangkan Asa memasukkan kedua motor itu kedalam bagasi.
Asa mengeringkan rambut nya, Putri masih mandi di dalam kamar mandi. Karena memang Wanita lebih banyak proses nya dalam hal mandi, jadi Asa menunggu sekitar setengah jam saat Putri mandi.
"Kok gak keluar-keluar?" Tanya Asa yang keheranan sambil menatap ke pintu kamar mandi.
Tiba-tiba ponsel nya berdering, panggilan tersebut dari salah satu patner pembuat lagu, yaitu Danny.
"Halo Dan, ada apa?"
"Gue udah selesai ngerjain soundtrack buat lagu nya, lo kesini deh buat chek, sistem lagi eror, jadi gue gak bisa ngirim lewat file,"
"Ok, gue kesana," Tepat saat Asa menatikan panggilan nya, Putri sudah keluar dari kamar mandi lengkap dengan hijab berwarna hijau.
"Pake jilbab?"
"Iya, mau coba istiqomah, gimana?" Asa mengangguk.
"Bagus. Ayo kalau gitu," Putri mengambil tas slempang nya dan dompet yang bersamaan dengan ponsel. Setelah itu, dia mengikuti Asa dari belakang.
Di perjalanan, mereka sama-sama diam. Tidak ada yang membuka pembicaraan, hingga mereka sampai di tempat tujuan.
"Kak, ini dimana?"
"Kantor aku," Asa membuka, lalu menaruh helm nya ke motor, lalu berjalan. Putri mengikuti Asa dari belakang.
Jujur dia sedikit terpesona dengan kantor nya Asa, walau terlihat kecil dan simple, tapi kantor ini memiliki banyak tanaman yang membuat sekitar kantor ini tidak sesak, dan malah membuat kantor ini segar.
Saat masuk ke dalam kantor, mereka di sambut ramah oleh resepsionis nya.
"Selamat pagi pak Ash,"
"Pagi," Jawab Asa dengan singkat.
"Kok dia manggil nya Ash, bukan Asa?" Tanya Putri pada Asa.
"Nama samaran, kalau bikin karya pasti ada nama samaran nya," Putri mengangguk paham, ia mengeluarkan ponsel nya, lalu mengetik nama Ash di situs pencarian.
Dia cukup kaget, kelima lagu yang akhir-akhir ini sering dia dengar adalah salah satu karya milik suami nya sendiri.
"Kamu ... Yang bikin lagu after meet you?" Asa diam dan tidak berniat menjawab pertanyaan Putri. Tapi Putri yakin, pasti memang suami nya lah yang membuat lagu tersebut.
"Bukan ya? Aku pengen ketemu dia padahal. Kalau kak Asa kenal, aku pengen ketemuan dong sama dia," Kata Putri yang sengaja ingin memancing Asa.
"Orang nya sibuk."
"Oh gitu, besok deh pas dia gak sibuk, tapi kenal 'kan?" Asa mengangguk. Ternyata, jawaban Asa jauh dari perkiraan Putri. Putri kira, Asa akan jatuh pada perangkap nya, tapi ternyata tidak.
Mereka masuk kedalam lift, dan diam-diaman. Putri yang sudah sibuk membalas chat, dan Asa yang diam sembari melirik-lirik kecil kearah Putri.
Pintu lift terbuka, Putri menaruh ponselnya kedalam saku. Lalu keluar dari lift di susul oleh Asa dari belakang.
"Kak, mau kearah mana?"
"Situ," Asa menunjuk pintu bertuliskan PD ash room's. Putri yang sudah di beritahu tempat nya langsung bergerak kesana.
"Assalamu'alaikum," Salam Putri ketika membuka pintu ruangan tersebut. Seorang pria dengan rambut biru kehijauan itu membalas salam Putri dengan senyuman genit nya.
"Halo cantik," Asa berjalan di depan Putri. Ia menarik tangan Putri masuk kedalam dan memberikan tatapan tajam nya pada Danny, pria berambut biru kehijauan tersebut.
"Lupa istri nya bos. Tumben Sa, bawa bini kesini, mau pamer apa gimana nih?" Asa tidak mengubris ucapan Danny, dan malah menyuruh Putri untuk duduk.
"Put, duduk di sofa paling besar itu."
Putri duduk disana sesuai perintah Asa, dan setelah itu Putri di cuekin. Karena Asa dan Danny yang sibuk membahas tentang lagu baru.
"Demo nya udah ada?" Danny mengangguk, "ada. Gue setel ya," Danny bergerak menuju speaker disana, lalu menyambungkan lagu nya pada speaker.
Putri mendengarkan demo dari lagu itu berdecak kagum. Lagu nya sebagus ini, dan juga suara Danny yang lembut.
"Stop. Bagian ini kurang pas, lirik nya di ganti ke bahasa inggris," Danny mengangguk setelah mendengarkan saran dari Asa.
"Lagu lo gimana Sa?" Tanya Danny.
"Tidak untuk di rilis."
"Oh okay, btw Bini lo kasian tuh gak ngapa-ngapain, begong dari tadi."
"Lo merhatiin?"
"Nggak Sa, ya Tuhan gak boleh sarkas begitu."
Asa menatap Danny dengan datar, "kalau gitu udah nggak ada lagi kan? Gue mau beli kado," Danny mengangguk.
"Selesai Sa, thanks buat masukan nya. Minggu depan gue rundingin sama team. Have fun kalian berdua!"
"Ok. Put, ayo pergi," Putri bangun dari posisi duduknya lalu pamit sebentar pada Danny.
Selesai berpamitan, barulah Putri mengikuti Asa dari belakang.
"Kak, kita mau kemana lagi? Astaghfirullah," Asa diam tiba-tiba, membuat Putri yang sedang bermisuh menabrak punggung Asa.
"YaAllah, kak. Berhenti bilang-bilang kek. "
"Cerewet, ayo cepet," Asa menggenggam tangan kanan Putri, lalu membawa nya keluar dari gedung ini menuju mall. Di perjalan menuju mall, Putri diam dan seperti biasa Asa pun begitu. Putri masih shock dengan keadaan tadi.
"Kita beli hadiah buat Jaka sama calon nya," Putri mengangguk.