~ Bismillahirrahmanirrahim~
•
•
•
•
“ Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
(Q.S Al-Insyirah: 5-6)
🍁🍁🍁
"Lo tenang aja Zhi, kita pasti bakal bantu Shafi buat cari bukti kalo dia emang nggak bersalah"ucap Zaka, sudah sedari tadi dia berusaha menenangkan Zhiya yang tidak berhenti menangis. Andai saja tadi mereka bisa datang lebih cepat, mungkin dia masih bisa menahan Shafi agar tidak dibawa oleh para polisi.
Zhiya tadi sudah menceritakan semua masalah tadi pada sahabat suaminya itu, dengan sejelas-jelasnya
"Iya Zhi tenang aja, gak usah terlalu dipikirin. Shafi pasti baik-baik aja kok"sambung Fathan.
"Siapa si an**** yang udah fitnah si bos sampe segininya! gedeg bener gue ama tuh orang!"
"Gue yakin seribu persen,tuh orang emang udah ngerencanain ini semua!" Ervan menendang kursi yang berada disampingnya dengan kesal. Masalah yang kemarin aja belum selesai, sekarang sudah ada masalah lagi, Astaga! Ervan mengusap wajahnya kasar.
"Gue yakin orang itu bener-bener licik!" Zaka mengepalkan tangannya dengan kuat, bagaimana pun dia tidak terima sahabatnya di fitnah seperti ini.
Zhiya menghapus air matanya lalu mendongak menatap mereka, setelah menangis dia merasa perasaannya sedikit tenang, hanya sedikit.
"A-aku mau jenguk Shila ke rumah sakit, aku mau liat keadaan dia"ucap Zhiya, jujur Zhiya benar-benar khawatir dengan keadaan gadis itu. Mungkin nanti sepulang dari sana dia baru akan menemui Shafi.
Mereka berempat saling tatap lalu mengangguk " yaudah gih sana siap-siap, kita tunggu disini". Zhiya mengangguk lalu masuk kedalam rumahnya untuk bersiap-siap.
"Lo udah suruh orang buat nyeledikin ini kan Zak?" tanya Arvan, mode serius.
Zaka tersenyum miring "Tenang aja, gue gak akan mungkin tega biarin sahabat gue mendekam di penjara "
"Kasian si bos dijadiin kambing putih"
"Item bego!" Arvan dengan penuh dendam menoyor kepala kembaran sengkleknya itu.
"Anak an*****!"
Tidak lama kemudian Zhiya kembali muncul dengan pakaiannya yang sudah rapih.
"yuk kita berangkat "ajaknya yang diangguki mereka.
.
.
.
"Lo masuk duluan aja, kita masih ada urusan bentar" ucap Zaka begitu mereka sudah berada diparkiran rumah sakit tempat Shila dirawat.
Zhiya mengangguk dan langsung membuka pintu mobilnya, untuk turun dari dalam sana, "Yaudah aku duluan ya?" mereka berempat kompak mengangguk.
"Ati-ati bu bos!"
Tanpa berlama-lama lagi Zhiya langsung melangkahkan kakinya menuju ruang rawat Shila yang berada dilantai 2 kamar melati no.15. Mengapa dia bisa tahu? karena tadi Shira sudah memberitahunya lewat WhatsApp.
"Shira?" panggil Zhiya pada seorang gadis yang tengah duduk dikursi tunggu depan ruangan Shila seorang diri.
Shira menoleh "Zhiya?" ucapnya dan langsung menghambur pada pelukan perempuan itu.
Zhiya membalas pelukan Shira sambil mengelus punggung gadis itu dengan lembut.
"Hiks.. Sh-shila Zhi, S-shila hikss.. kecelakaan.." Shira kembali menumpahkan tangisnya yang sedari tadi dia tahan. Sungguh demi apapun Shira merasa sangat bersalah saat ini, andai tadi dia tidak meminta Shila untuk menunggu nya di cafe mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini.
"Ini gara-gara gue ,c-coba aja gue gak suruh Shila bu-buat nunggu di- hiks..cafe, pasti gak akan gini k-kejadiannya.."
"Shira udah jangan salahin diri kamu sendiri, ini semua udah takdir gak ada yang perlu disalahin disini" ucap Zhiya berusaha menenangkan.
Shira melepaskan pelukan mereka, lalu beralih menggenggam tangan Zhiya dengan erat, "G-gue juga minta maaf, k-karena Laskar udah salah paham dan malah laporin Shafi ke polisi. g-gue bener bener gak ta-
"Shttt, udah gak perlu dibahas. Aku yakin kok kalo Shafi nggak bersalah, Allah pasti bakal bantu buat mengungkap semua kebenarannya" ucap Zhiya yang juga berusaha meyakinkan diri. Ya Zhiya yakin suaminya memang tidak bersalah, Shafi tidak mungkin seperti itu, dia hanya di fitnah!
Shira tersenyum "Gue juga yakin Shafi bukan pelaku tabrak lari Shila, lo yang sabar ya. kita berdo'a aja supaya Shila bisa cepet sadar ,karena cuman Shila yang tau siapa orang yang udah nabrak dia dan pergi gitu aja tanpa tanggung jawab" ucap Shira
Zhiya tersenyum "Makasih ya Shira, kamu udah percaya kalo bukan Shafi pelakunya" tutur Zhiya sambil tersenyum.
"oh iya, keadaan Shila gimana kata dokter?" Lanjut Zhiya kembali bertanya.
Shira menghela nafasnya "Tadi dokter bilang kondisi Shila cukup parah dan keadaanya juga masih kritis"
"G-gue takut Shila gak bisa b-bangun lagi hiks.."
Zhiya mengusap bahu gadis itu dengan lembut, "Kamu jangan ngomong kaya gitu, aku yakin Shila kuat, dia pasti bisa lewatin masa kritisnya. Yang penting kita jangan pernah putus asa buat berdo'a yang terbaik untuk Shila, dan terus berharap yang terbaik untuk kesembuhan Shila. Serahin semuanya sama Allah, ya?" ucap Zhiya.
Shira tersenyum haru "Makasih ya udah mau jadi temen gue, gue seneng bisa ketemu dan kenal sama orang sebaik lo"Shira kembali berhamburan dalam pelukan Zhiya, memeluk gadis itu dengan seerat mungkin.
Zhiya tersenyum "Aku pengen liat keadaan Shila, boleh kan masuk kedalem?"
Shira mengangguk "Yuk" ajaknya menggandeng lengan Zhiya untuk masuk kedalam ruang rawat Shila. Namun langkah mereka berdua terhenti begitu mendengar ada seseorang yang memanggilnya.
"Zhiya, Shira!"
"Niken?" Shira mengernyit heran melihat kehadiran Niken disini.
Niken berdiri didepan mereka dengan nafas terengah-engah "Shira gimana keadaan Shila? d-dia baik-baik aja kan?" Tanya Niken sambil menetralkan nafasnya yang ngos-ngosan, akibat berlarian di koridor rumah sakit tadi.
Shira mengernyit "Lo kok bisa tau kalo shila kecelakaan?" Heran Shira, perasaan dia tidak ada memberi tahu siapa-siapa lagi selain keluarganya dan juga sahabatnya. Lalu dari mana gadis itu bisa tahu?
Niken terdiam sejenak sebelum menjawab,
"e-em it-itu, tadi gue di kasih tau sama ervan. Ya ervan!" ujar Niken.
Shira memicingkan matanya, "Ko-
"Udah-udah, yaudah yuk kita masuk"ajak Zhiya sembari menarik tangan mereka berdua, untuk masuk kedalam ruang rawat Shira.
🍁🍁🍁
"Lo tenang aja bos, kita bakal bantu lo buat cari bukti, kalo lo emang gak bersalah dan bukan pelaku tabrak lari itu!" ujar Arvan sambil menepuk pundak Shafi yang duduk dihadapannya.
Shafi tersenyum tipis "Thanks"
"Tapi tunggu deh, sebenernya gue daritadi terus kepikiran dan juga heran, kenapa bisa jaket lo itu tiba-tiba ada ditangan dia? aneh banget gak si?" Ujar Ervan menanyakan hal yang sedari tadi mengganjal di pikirannya.
Shafi menggedikan bahunya acuh.
"Seinget gue ,terakhir kali gue nyimpen jaket itu di loker sekolah"
"G****k!" Umpat Zaka, sambil menoyor kepala Shafi dengan kencang.
"Udah tau akhir-akhir ini lo lagi diincer orang, tapi lo malah bisa-bisanya teledor kaya gitu? bener-bener go****k tau gak!?" Ujar Zaka yang benar-benar kesal dengan kebegoan Shafi. Benar saja kan, orang itu memanfaatkannya untuk memfitnah Shafi seperti ini.
"Harap bersabar ini ulangan" Ervan yang berada disamping Zaka langsung tergerak untuk mengelus-elus bahu lelaki itu.
"Gue lupa" Ungkap Shafi datar.
Tiba-tiba seorang polisi datang menghampiri mereka dan memberi tahu bahwa Shafi harus kembali kedalam tahanan, membuat mereka mau tidak mau mengiyakan polisi tadi, tapi Arvan meminta agar polisi tadi memberikan mereka waktu 5 menit lagi untuk berbincang sebentar, dan polisi itu akhirnya menganggukkan kepalanya, mengijinkan.
Shafi menatap mereka semua satu persatu, lalu setelahnya dia menghembuskan nafasnya, "Gue nitip Zhiya, tolong jagain dia selama gue ditahan"
Fathan mengangguk "Lo gak usah mikirin itu, karena kita pasti bakal jagain Zhiya tanpa lo minta"
Shafi mengangguk " thanks"
Ervan mendekat pada Shafi lalu memeluk erat tubuh lelaki itu ,"Huaaa booss.. gue syedihh banget liat lo dipenjara"
Shafi mendorong kasar tubuh Ervan lalu menatap lelaki itu dengan tajam dan datar
"Najis!"
Ervan mencebik kesal "jahat lo bos ama gue!"
"Yaudah Fi, kita cabut ya.Lo baik-baik disini, kita usahain secepetnya bakal dapetin bukti itu" tutur Zaka sambil memeluk Shafi ala lelaki.
Shafi mengangguk lalu menatap mereka satu-persatu "Yaudah sana cabut!"
"Parah kita diusir sama si bos, yaudah yuk cabut. Kita balik ya bos"Pamit Ervan kembali memeluk Shafi dengan ala lelaki.
"hm"
Mereka bertos ria ala lelaki, sebelum akhirnya melenggang pergi meninggalkan shafi yang menatap mereka dengan penuh harap, berharap mereka bisa mendapat bukti secepatnya, dan dia bisa segera keluar dari sini.
Shafi menghembuskan nafasnya berat.
🍁🍁🍁
16:00 wib
Zhiya melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul empat sore, dia beranjak menghampiri Shira untuk berpamitan pulang, karena sehabis ini niatnya dia akan pergi kekantor polisi untuk bertemu dengan suaminya.
"Shira aku pulang dulu gak papa kan? nanti insya allah ,besok aku kesini lagi"ucap Zhiya.
Shira tersenyum dan menganggukkan kepalanya "Iya gak papa, makasih ya lo udah repot-repot jengukin Shila kesini, padahal kan harusnya l-
"Kamu ngomong apa sih? Shila itu sahabat aku, aku gak ngerasa repot kok jengukin Shila "
"Oh ya, daritadi aku gak liat papah sama mamah kamu, mereka dimana?"tanya Zhiya yang merasa penasaran karena tidak melihat kehadiran kedua orang tua Shira dan Shila sedari tadi.
"orang tua gue lagi ngurusin bisnisnya diluar kota, tapi tadi gue udah kasih kabar sama mereka dan katanya malem ini mereka pulang"
Zhiya mengangguk mengerti,"Yaudah aku pulang ya? kamu gak papa kan aku tinggal?"
"Gak papa, kan ada Niken juga yang temenin. iya kan?" ucap Shira sambil merangkul bahu Niken, membuat gadis yang sedari tadi melamun itu sedikit tersentak.
Niken yang hanya tersenyum canggung pada mereka "i-iya ,ada a-aku kok yang temenin" ujarnya.
Zhiya mengangguk lalu melenggang pergi setelah berpelukan singkat dengan mereka berdua.
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumussalam, hati-hati Zhi!"
Saat tengah berjalan di koridor rumah sakit, tiba-tiba saja ada orang yang memanggilnya, membuat Zhiya refleks menoleh dan menghentikan langkahnya begitu melihat Fathan yang tengah berlari menghampirinya, "Zhiya?"
"Fathan?"
"Lo mau balik?" tanya Fathan begitu sudah ada dihadapan Zhiya.
Zhiya mengangguk "i-iya, tapi sebelum pulang aku mau ketemu Shafi dulu sebentar "
"Ini udah sore Zhi, mending lo langsung pulang aja, jenguk Shafi nya besok lagi aja"
Zhiya menggeleng "Aku mau sek-
"Besok aja ,nanti biar gue yang anter lo kesana"
"Tap-
"Shafi juga pasti marah kalo lo kesana sekarang, mending sekarang lo pulang terus istirahat, gue janji besok anterin lo buat ketemu Shafi" tutur Fathan, yang seakan tidak ingin dibantah.
Zhiya terdiam sejenak, sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya terpaksa, ya sudahlah mau gimana lagi kan?
"yaudah deh"
Fathan mengangguk "Yaudah yuk gue anterin pulang" ucap Fathan yang langsung melenggang pergi.
Zhiya menghela nafasnya sebentar sebelum akhirnya mengikuti langkah Fathan.
.
.
.
Zhiya langsung merebahkan tubuhnya diatas kasur setelah selesai melaksanakan Shalat Isya tadi. Daritadi Zhiya terus memandangi sendu tempat sebelahnya yang biasa ditempati oleh Shafi.
"Shafi a-aku kangen"lirihnya.
"K-kamu baik-baik aja kan disana?"
"kamu disana lagi apa?"
Tok!
tok!
"punten non Zhiya ini teh bi santi" ucap Bi Santi .
"Masuk aja Bi, gak dikunci kok!"teriak Zhiya dari dalam kamar.
ceklek!
Bi santi membuka pintu kamar Zhiya, lalu melangkah masuk kedalam kamar sambil membawa sebuah nampan ditangannya, menghampiri Zhiya yang kini sedang duduk bersandar pada ranjang.
"Ini non bibi bawain non Zhiya makan malem, daritadi kan non Zhoya belum makan apa-apa. Bibi takut non teh sakit, dimakan ya non" tutur Bi Santi meletakkan nampan tadi diatas nakas. Ya, dari siang tadi belum ada makanan yang masuk satu pun kedalam perut Zhiya, rasanya dia tidak punya nafsu makan saat ini.
"Zhiya masih kenyang bi" Daritadi hanya itu yang diucapkan Zhiya, ketika Bi Santi menyuruhnya untuk makan.
"Non Zhiya teh daritadi belum makan apa-apa, gimana bisa kenyang atuh?"
Zhiya menghela nafasnya "Tapi Zhiya gak nafsu buat makan bi, Zhiya kepikiran Shafi terus" ujarnya sendu.
Bi santi mengelus bahu perempuan itu dengan lembut "Bibi teh tau apa yang lagi non Zhiya rasain sekarang, tapi non Zhiya juga tetep harus jaga pola makan, den Shafi juga pasti marah kalo tau non Zhiya teh telat makan kaya gini"
Zhiya menatap wanita paruh baya didepannya sambil tersenyum tipis, "Yaudah nanti Zhiya makan"ucapnya.
Bi Santi ikut tersenyum "Nah gitu atuh, yaudah bibi teh pamit lagi ya?" ujarnya
Zhiya mengangguk, "Makasih ya bi udah repot-repot bawain Zhiya makanan kesini"
"Iya nggak papa atuh, non Zhiya sama den Shafi teh udah bibi anggap kaya anak sendiri, jadi jangan sungkan-sungkan sama bibi, kalo ada apa-apa cerita aja bibi pasti dengerin"
Zhiya tersenyum "makasih banyak bi"
Bi santi ikut tersenyum "Yaudah bibi pamit ya, makanannya jangan lupa harus dihabisin"
"Siap"ucap Zhiya sambil hormat.
Bi santi terkekeh kecil lalu melenggang keluar dari kamar setelah berpamitan pada Zhiya. Zhiya menatap makanan didepannya tak nafsu, sungguh melihatnya saja sudah membuat Zhiya tidak selera, lagian bagaimana dia bisa makan dengan tenang, disaat Zhiya sendiri saja tidak tahu apakah Shafi sudah makan apa belum?
"Shafi, kamu udah makan belum?"
🍁🍁🍁
Shafi melipat kembali sajadah yang baru dipakainya untuk menunaikan Shalat Isya.
Dia menghela nafasnya berat sambil bergumam lirih ,"Sayang, aku kangen" Baru tidak bertemu beberapa jam saja dia sudah serindu ini dengan istri kecilnya itu, apalagi jika dia harus mendekam selamanya disini, Shafi tidak bisa membayangkan itu.
Tidak lama kemudian seorang polisi datang untuk mengantarkan makan malam pada tiap-tiap tahanan.
Shafi menghela nafasnya pelan lalu dengan malas mengambil jatah makanan untuknya, melihat makanan di depannya membuat selera makan Shafi menghilang, sungguh. Tapi mengapa orang-orang disini terlihat begitu lahap memakannya?
"Makan bro, jangan diliatin mulu"tutur salah seorang tahanan yang satu jeruji dengan Shafi.
Shafi terseyum tipis dan langsung melahap makanannya meskipun tidak terasa apapun, alias rasanya hambar.
'kangen istri'
🍁🍁🍁
•
•
•
•
gimana menurut kalian sama part ini?
komen dibawah ya👇
VOTE!!
Jangan lupa follow akun wp ku
syukron:)
jazakumullahu khairan💙
sehat selalu
dan tetap jadi anak baik🤗
luv yu< 3
Follow ig:@pena_haluku39
Banten, Kamis/17-03-2022
05:48 wib⛅
by:@cucunuraeni.