너의 Fake Love (Season ONE COMP...

By aiice8_san

4K 501 70

Tetaplah tipu aku dengan peranmu. Lindungi aku dari kebenaran yang tidak ingin kudengar ataupun kulihat. Tutu... More

Prologue
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Writing Academy
Chapter 7
Chapter 8
Apology
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23 - Season One END

Chapter 11

81 15 4
By aiice8_san

Prev Chapter

Suara Taehyung tiba-tiba terngiang, membuat gadis cantik itu menunjukkan ekspresi curiganya pada laki-laki yang saat ini sudah menatapnya.

'Apakah itu kau, Kim Tae Hyung?'

Chapter 11

...

_Price for the gift_

...

"Setiap hadiah yang kau terima, sudah memiliki harga. "

...


Kurebahkan tubuhku di atas kasur sambil menatap langit-langit yang  kelabu, hanya dengan bantuan sinar rembulan yang menembus tirai putih kamarku.

Aku merenung memikirkan suasana sekolah yang hari ini terasa benar-benar asing. Tatapan benci, caci maki, dan panggilan sepulang sekolah tidak terjadi padaku. Belum lagi sapaan dari murid dan guru disertai senyuman yang sama sekali tidak terlihat canggung, yang membuatku merasa canggung.

Aneh, sangat aneh.

"Ini, Baekhyun hyeong memintaku menyerahkannya padamu."

Teringat kembali perkataan Taehyung sesaat setelah ia mengantarku sampai di depan gerbang rumah, yang membuatku segera menarik sebuah benda persegi panjang keluar dari dalam tas.

Tidak begitu tebal, namun cukup sulit untuk digenggam dengan satu tangan. Layarnya gelap, sekitarnya juga terbungkus lapisan karet dan plastik yang di cat ungu bermotif bunga lavender.

Mengapa Baekhyun oppa sampai memberikan ponsel ini padaku ya?

Dia mungkin khawatir tapi sebelumnya dia tidak pernah menyinggung soal ponsel, malahan, Taehyung yang kemarin bertanya.

"Iya, ayah Taehyung kan ketua komite pendidikan sekaligus pemilik sekolah ini. Jadi siapa lagi yang bisa mengeluarkan murid sebanyak itu kalau tidak perintah dari ayah Taehyung?"

Taehyung, tadinya aku ingin bertanya soal kemungkinan dirinya yang berada di balik semua keasingan yang aku terima hari ini. Tapi, entah mengapa kubungkam mulutku sepanjang jalan. Dia, tampak sedikit menakutkan.

Tapi ayah Taehyung berarti ayah Baekhyun oppa juga, kan? Bagaimana jika oppa lah yang menyelesaikan semuanya untukku? Aku ingat dia tampak sangat marah soal pembully-an yang aku alami.

Katuk!

Suara notifikasi dari benda itu membuatku terkejut. Ku baca tulisan yang tertera pada layar yang menyala.

Taehyung

Sudah tidur, Jisoo-yah?

Kujatuhkan lenganku bersamaan dengan benda itu. Tidak ada keinginan dari diriku untuk membalasnya, karena aku lebih memilih memikirkan keadaanku yang membingungkan.

Tiba-tiba mendapati semua orang seolah peduli denganku, itu lucu dan tidak masuk akal. Dan satu lagi,

"Park Chae Young ...."

Aku sungguh yakin mendengar suaranya yang meminta maaf waktu itu. Apa arti permintaan maafnya adalah karena foto itu?

"Aarghh!"

Terlalu banyak teka-teki dalam pikiranku. Baekhyun oppa, Taehyung dan Park Chae Young, aku yakin mereka memiliki jawabannya.

Semakin larut aku ke dalam labirin penuh pertanyaan ini, semakin pudar pandanganku dan perlahan segalanya menjadi gelap.

***

Pagi hari ini juga masih sama seperti kemarin, aku yang berjalan sepanjang lorong bahkan sedang disapa beberapa siswa bak idola.

"Jisoo-yah!" panggilan cukup keras membuatku mengalihkan pandangan, menatap siswa yang dengan senyum lebarnya mendekat.

"Kenapa kau tidak membalas pesanku?" eluhnya.

"Aku ketiduran," bohongku.

Dia hanya mengangguk, memaklumi lalu berjalan menyusuri koridor bersamaku. Ku lirik sekilas wajahnya yang tampak ceria seperti biasa, lalu berpikir apa aku coba saja bertanya padanya tentang kemarin?

"Jisoo-yah, pulang sekolah aku mau bicara denganmu, bisa kan?"

Aku menelan ludah karena suara yang tertahan, "Em ...."

Kami berpisah di depan kelasku, dan saat itu juga, para gadis mengelilingiku, bukan untuk mendorongku jatuh tapi untuk menjadi pendengar mereka. Siapapun yang melihat pasti berpikir bahawa kami adalah lima sahabat yang selalu bersama, padahal baru kemarin mereka membuka suaranya untukku.

Mengesalkan jika ingat mereka yang tak acuh akan kehadiranku, yang mengunjingku bahkan saat aku tepat berada di depan mereka, dan yang membiarkanku mendapat perlakuan kasar dari yang lain. Tapi di sisi lain, ada perasaan lega dalam diriku.

Aku mungkin merasa canggung tapi tidak lagi ada perasaan takut, aku mungkin merasa ragu, tapi tidak harus lagi melihat luka lebam di tubuhku. Mejaku bersih, begitupun dengan seragamku. Sebenarnya, perubahan ini tidak terlalu buruk.

Oleh karena itu, aku harus tau, siapa yang membuat keadaan ini terjadi, dan apa alasannya.

***

Langkahku ringan menuju gerbang sekolah yang sudah dilewati banyak siswa untuk keluar. Disana aku melihat Taehyung yang bersandar sambil menundukkan kepalanya, bermain ponsel.

Entah bagaimana dia bisa sadar akan kehadiranku yang mendekat, kepalanya terangkat menatapku, lalu tersenyum tipis.

"Kau tadi tidak ikut kelas olahraga, kan?" tanyanya setelah kita sudah hampir separuh jalan, yang hanya kujawab dengan anggukan.

"Bagus, kau kan masih sakit," imbuhnya.

Aku tak mengatakan apapun, hanya membiarkan suara angin malam berhembus. Saat itu kulirik wajahnya, tak seperti biasa, kudapati cahaya redup yang menghiasi.

Apa karena sudah larut jadi dia terlihat lelah?

"Jisoo-yah, pulang sekolah aku mau bicara denganmu, bisa kan?"

Dan itu, biasanya dia tinggal bicara saja, kan? Kenapa harus ada izin seperti itu? Dan lagi, kapan dia akan berbicara tentang hal yang ingin dia bicarakan?

Waah, sejak kapan aku menjadi peduli seperti ini? Mengejutkan sekali. Ini tidak seperti aku benar-benar sudah bisa menerima dia menjadi temanku. Tapi, sejak kapan aku mulai terbiasa dan tidak terganggu dengan kehadirannya?

"Woah, anginnya sejuk ...," sebelum ku sadari, Taehyung sudah berada dua langkah di depanku, tangannya dilipat diatas pegangan jembatan yang biasa kami lalui, sambil memejamkan mata menikmati udara dingin.

"Ini enak sekali, coba deh, Jisoo-yah!"

Aku memperhatikan wajah dengan bola mata tertutup itu, lalu memposisikan diriku disampingnya, menirunya.

Sejenak suara laut yang berdesir mengalahkan suara laju kendaraan. Setiap helaian angin yang menyapu lembut rambutku memang terasa menenangkan.

"Gimana, enakkan?" aku membuka bola mataku dan menjawab, "Iya," tanpa menoleh ke arahnya.

"Kau tau? Dulu, sebelum aku pindah ke sekolah yang sekarang, aku juga sering ke sini, untuk menenangkan diriku."

Aku memandangnya yang memandang jauh lautan. Nada suaranya terdengar lembut dan tenang.

"Di sekolahku yang dulu, aku selalu menempatkan ayahku dalam masalah dan itu selalu membuatku mendapat bentakan atau pukulan."

Sangat mengejutkan, aku kira Taehyung sangat dicintai keluarganya seperti bagaimana aku melihat perlakuan Baekhyun oppa kepadanya.

Ah ... aku jadi ingat.  Apa itu alasan kenapa dia babak belur waktu pertama kali bertemu disini?

"Aku akan ke sini untuk berteriak atau sekedar diam sampai lonjakan emosiku turun. Bahkan ada saat-saatnya aku ingin terjun dari sini tapi itu selalu gagal."

Aku diam, berusaha menutupi ketidak dugaan yang baru saja aku dengar.

"Itu karena dia ... yang selalu datang untuk menyelamatkanku ...."

Dia?

"Dia datang memarahiku, menangisiku dan memohon padaku, seolah dia tidak akan bisa hidup tanpa diriku ...."

Aku menunggu kelanjutan dari kata-katanya, tapi sepertinya ia enggan untuk melanjutkan,"Taehyung-ah?"

Taehyung seolah terbangun dari lamunannya lalu menoleh, dia diam, menatapku cukup lama sampai akhirnya mengalihkan pandangan.

"Ah benar, tadi pagi ada sesuatu yang ingin aku bicarakan, kan?"

"Hem."

Dia benar tidak melanjutkan yang tadi?

"Apa Baekhyun hyeong pernah bercerita tentang saudara angkat kami padamu?"

Aku memiringkan sedikit kepalaku, "Irene eonni?"

Taehyung sesaat terlihat menahan suaranya baru melanjutkan, "Benar ...."

"Ada apa memangnya?"

"Dia ... akan menikah minggu ini."

Aku menghalangi mulutku dengan kedua tanganku, "Benarkah?" Taehyung mengangguk pelan.

Padahal belum pernah bertemu dengannya tapi entah mengapa aku merasa ikut senang untuknya, "Waah, selamat ya, untuk Irene eonni ...."

Berbeda denganku, Taehyung tampak serius dan tidak merespon ucapanku tadi, "Kau kenapa?"

Laki-laki itu menggelengkan kepala pelan sambil tersenyum tipis, "Tidak apa-apa, daripada itu, mengapa kau tidak mengucapkannya secara langsung, Jisoo-yah?"

"Apa maksudmu?"

Taehyung terlihat merogoh sesuatu dari dalam ranselnya, lalu mengeluarkan dan menampilkan kertas undangan elegan yang tertutup rapi bernuansa ungu dengan namaku tertera di atasnya.

"Tunggu ini artinya ...,"

"Benar. Apa kau mau datang menyampaikan ucapanmu padanya bersamaku, Jisoo-yah?"

"Hah?"

___

너의 Fake Love

___

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

10.6K 904 35
Dunia baik baik saja Tapi tidak dengan duniaku... Memiliki wajah yang serupa dengan pembunuh adalah salah ku. "Kau boleh membenciku, memaki ku atau m...
33.6K 207 7
Semua karyaku (oneshoot) yang bisa dibaca di karyakarsa @Savoryphi mulai dari 20 kakoin atau 2000 rupiah.
5.6K 1K 28
Menceritakan dua wanita kembar. Yang memiliki sifat yang bertolak belakang. Kim Sooya memiliki sifat lemah lembut, pintar, baik, sopan, lugu. Berban...
307K 31.5K 56
Menyesal! Haechan menyesal memaksakan kehendaknya untuk bersama dengan Mark Lee, harga yang harus ia bayar untuk memperjuangkan pria itu begitu mahal...