Absen dulu dong yang nyasar ke sini gara-gara tiktok!!!
Jangan lupa kasih vote dan komen ya biar semangat up-nya
Denting bel menggema di setiap penjuru ruangan saat seorang pria muda baru saja memasuki ruangan itu.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya resepsionis yang ada di sana.
"Aku ingin Americano satu," jawab pria itu.
"Totalnya jadi empat puluh ribu ya, Kak."
Pria itu memberikan uang lembar lima puluh ribuan. "Mohon ditunggu, Kak."
Setelah pria itu mendapatkan apa yang diinginkannya, dia segera pergi ke sebuah tempat yang sering mereka sebut sebagai basecamp.
"Oii, lama banget lo!" seru pria dengan kulit putihnya.
"Sorry, mampir dulu tadi." Orang itu mengacungkan segelas americano yang beberapa saat lalu dia beli.
"Arga Adyatama, kapan lo bakal berhenti minum minuman pahit itu?" Satu orang lagi melayangkan protesnya.
"Dari mana lo tau ini pahit, Raka Mahendra?" Pria yang dipanggil Arga itu tak ingin kalah juga melontarkan sindirannya. Arga pergi duduk di samping Raka pada akhirnya.
"Terus aja kalian saling sebut nama masing-masing. Gue gak di anggap!" kesal pria dengan kulit putih.
"Ohhh cemburu lo? Ya udah sini-sini Geri Raifan." Raka mengulurkan tangannya hendak memeluk Geri. Namun, pria itu segera menepis tangan Raka sebelum Raka berhasil memeluknya.
"Geli anji*g."
"Dih kasar lo," ucap Raka sambil memeluk dirinya sendiri.
"Udah sih berisik kalian berdua." Arga mencoba melerai kedua sahabatnya.
"Abis gabut banget, Ga. Dari tadi diem mulu. Lo juga sih lama banget," lirih Raka memasang wajah melasnya.
"Gabut lo bilang? Tugas Pak Hendra udah lo kerjain? Tugas Bu Ida gimana? Oh tugas kelompok Pak Kurniawan apa kabar?" tanya Arga.
"Ahhh lo mah curang. Jangan serang gue kaya gitu."
"Ya lagian, lo kan udah tau gimana sifat dia, pake di pancing-pancing segala," timpal Geri.
Arga memang begitu, ingatan pria itu sangat kuat tapi tak pernah dia gunakan dengan benar. Tugasnya selalu Raka yang mengerjakan dengan imbalan bermain PS di rumahnya.
Arga sebenarnya pintar, hanya saja dia orang yang malas. "Gak lagi gue bilang gabut sama lo!" Raka memalingkan badannya membelakangi Geri dan Arga.
***
"Kiri kiri oper gue bego!!" Raka berteriak sangat kencang. Mereka saat ini berada di rumah Arga lebih tepatnya di kamar Arga.
"Bentar bangs*t!!" Geri tak kalah emosi. Tangan mereka sangat sibuk menekan berbagai tombol joystick.
Berbeda dengan Geri dan Raka yang bermain game di PS, saat ini Arga tengah berbaring di kasur kesayangannya dengan game ponsel di tangannya. Telinganya dia sumbat dengan earphon karena dia tahu akan seheboh apa temannya jika sudah bermain PS.
"Ger, gue cape. Ambil minum gih." Dengan santainya Raka menyuruh Geri membawakannya minuman.
"Ambil aja sendiri," tolak Geri. Mereka berdua berbaring di karpet bulu setelah selesai dengan permainannya.
"Anggap aja ini sebagai hukuman karena lo kalah." Raka masih belum menyerah.
"Dari awal juga gak ada peraturan yang kalah dikasih hukuman, bego!"
"Banyak bac*t lo! Cepet gue haus!"
Karena tak ingin banyak mendengar omelan Raka, akhirnya Geri turun ke dapur untuk mengambil minuman.
"Eh mau apa Bang?" Sosok perempuan cantik dengan bandana merah muda di kepalanya bertanya pada Geri.
"Mau ambil minum." Gadis itu adalah Diana Adyatama, adiknya Arga.
"Sekalian mau makanannya gak? Kalau mau nanti Ana anterin ke atas," tawar Ana.
"Boleh deh. Makasih ya," ucap Geri.
"Iya sama-sama." Geri kembali ke atas dengan dua buah gelas berisi air dingin di tangannya. Sisanya akan dia serahkan pada Diana.
Seperti yang telah dikatakan Diana tadi, saat ini gadis itu tengah berdiri di depan pintu kamar Abangnya. Diana mengetuk pintu itu sebelum kemudian membukanya setelah mendapat izin dari Abangnya.
"Sini gue bantu." Geri bangkit dari duduknya dan membawa toples yang tadinya dibawa Diana.
"Eh Ana, sini gabung," goda Raka. Diana sudah tak aneh lagi dengan kelakuan Raka. Gadis itu hanya terkekeh menanggapi Raka.
"Gak sana masuk kamar lo," tukas Arga dengan cepat. Bagaimanapun dia tak akan membiarkan adiknya tergoda oleh teman-temannya.
"Iya Bang."
"Galak banget sih lo jadi abang," sindir Raka.
"Diem lo!"
Seketika semuanya hening kembali ke kegiatan mereka masing-masing. Kamar Arga saat ini sudah tidak berbentuk, bantal berceceran di mana-mana, remahan makanan yang menempel di karpet dan barang-barang lainnya yang juga ikut berserakan.
Sebenarnya Arga sudah tak aneh, tapi setiap temannya ke sini keadaannya pasti selalu sama.
"Lo berdua, beresin lagi gue gak mau tau!!"
***
Tanpa mereka rencanakan, kedua teman Arga akhirnya menginap di rumahnnya. Hujan lebat tiba-tiba datang sehingga mereka merasa malas untuk pulang.
"Woy bangun lo kebo!" Arga menendang-nendang kecil kai Raka dan Geri. Pagi sudah datang dan mereka harus bersiap untuk pergi ke sekolah.
"Berisik!" Mereka berdua hanya menggeliatkan badannya dan kemudian mencari posisi nyaman untuk melanjutkan tidurnya.
"Oke jangan salahin gue kalau lo berdua kesiangan."Arga pergi untuk bersiap-siap sebelum turun sarapan.
"Piringnya dek tolong," ucap Mama Anita yang tak lain adalah Mama Arga.
Diana menyodorkan piring kepada Mamanya. "Panggil Abang kamu, kita sarapan bareng." Rutinitas mereka setiap pagi.
"Iya Ma."
"Abang?!" Diana mengetuk pintu sambil memanggil Abangnya. Panggilan pertama tak ada jawaban.
"Bang sarapan udah siap," ulang Ana.
"Iya bentar lagi," sahut Arga dari dalam.
Setelah mendapat jawaban, Ana kembali ke bawah disusul dengan Arga yang masih memasang dasinya.
"Kok sendiri, temannya mana Bang?" tanya Mama Anita.
"Masih tidur, Ma. Biarin aja, kesiangan baru tau rasa," kesalnya.
"Yaudah kita sarapan duluan, nanti Mama simpan di sini makanannya buat mereka sarapan."
Arga mengangguk paham. Entah teman-temannya akan bangun jam berapa sementara saat ini jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi.
"Argaaa!!!! Kenapa gak bangunin gue??!!!!" Sebuah teriakkan menggelegar terdengar dari lantai atas lebih tepatnnya di kamar Arga.
Raka bangun dan segera melihat jam di ponselnya. Matanya terbelalak ketika melihat sudah jam tujuh dan mereka belum mandi sama sekali.
"Gue duluan yang mandi," ucap Raka.
"Enggak. Gue duluan." Mereka berdua saling dorong untuk mendapatkan kamar mandi. Saat mereka tengah sibuk dengan kegiatan dorong-mendorongnya, Arga datang dan membanting keduanya dengan handuk.
"Kamar mandi gue gak cuma satu, Bego. Di bawah juga ada dua kamar madi!." Keduanya mematung saat mengingat jika temannya ini kaya raya.
"Eheheh, kalau gitu gue di bawah," ucap Raka kemudian memungut handuk yang beberapa saat lalu diberikan oleh Arga. Tak jauh berbeda dengan Raka, Geri juga mengambil handuk satunya kemudian masuk ke kamar mandi yang ada di kamar Arga
"Habis mandi sarapan di bawah," ucap Arga. Kemudian pria itu kembali ke bawah untuk melanjutkan sesi sarapannya yang tertunda.
"Dasar gila," desis Arga.
Vote vote vote