𝙿𝚎𝚛𝚗𝚊𝚑 𝚐𝚊𝚔 𝚜𝚒𝚑 𝚗𝚐𝚎𝚛𝚊𝚜𝚊
𝙰𝚍𝚊 𝚜𝚎𝚜𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚗𝚐𝚊𝚕𝚒𝚑𝚒𝚗 𝚙𝚞𝚜𝚊𝚝 𝚍𝚞𝚗𝚒𝚊 𝚔𝚊𝚖𝚞?
_________________
"Iya pak maaf! " dengan cepat Jungwon berdiri lalu membungkukkan badannya berkali-kali.
"Sekarang kau memiliki teman sebangku. Baik baiklah dengannya, " Pak Jaehan menatap Jungwon dengan serius.
"Tenttu ppak, " Jungwon masih berdiri gelagap takut dengan Pak Jaehan.
Mungkin Jungwon tak menyadari kehadiran Anay karena takut dengan Pak Jaehan.
Anay terus menatap Jungwon, memastikan dia adalah Jungwon yang dikenalnya.
Sunoo menatap Jungwon tak percaya, "apa dia tidak sadar?. "
Pak Jaehan menepuk pundak Anay, "Jungwon sering membuat masalah, tolong bantu dia juga ya Anai. "
"Anay? " Jungwon menolehkan wajahnya.
Seketika mulutnya terbuka. Mata mereka akhirnya saling silih kontak. Ekspresi ekstrim dari keduanya terpancar, seolah-olah seseorang yang begitu spesial dan penting sedang menemuinya.
Otak mereka sama-sama lambat. Terlalu tidak percaya untuk memahami situasi ini.
Meski pada akhirnya akhirnya buyar oleh sorakan murid murid kelas.
"SARNGHEOYOO GOMAWO YOO~~ " kelas menjadi semakin heboh dengan teriakan Dongpyo.
Pak Jaehan hanya bisa geleng-geleng menyerah dengan anak muridnya. Sementara Jungwon dan Anay saling membuang muka.
"DONGPYO! " Pak Jaehan menjewer telinga Dongpyo dengan keren.
Keren? Iya, Pak Jaehan nya ganteng soalnya.
"Aaaduhh ppak sakit ppak, " ringis Dongpyo kesakitan.
"Punya murid gini amat, " Pak Jaehan membuang nafasnya kesal.
"Buka bukunya, " titah dirinya.
Anay berhati-hati bertanya pada Jungwon, "bolehkan gue duduk? "
Refleks Jungwon langsung menggeser tempat duduk untuk mempersilakan Anay duduk.
"Yalah. Duduk cepetan, " titah Jungwon.
"Makasih, " Anay memamerkan senyum hangat nya untuk Jungwon seorang.
"Yya? Hha, " Jungwon tertawa canggung.
Anay merapikan beberapa bukunya, itu memang hal biasa, yang tak biasa adalah Jungwon yang masih menatapnya tak percaya.
Anay menolehkan pandangannya, "apa liat gue? "
"Hah? Cantik! " Jungwon tersentak kaget, jadi ia mengatakan apapun yang ada dipikirkan nya.
Wajah Anay memerah, memukul pelan kepala Jungwon. Jungwon hanya membalasnya dengan tawa canggung, seolah ia masih belum menerima kenyataan bahwa ia akan menjadi teman sebangku anay.
"Kalo ini bukan mimpi, berarti gue bakal lebih mudah buat jagain dia. "
____________________
Istirahat
Kantin
Dua menu makanan tersaji didepan keduanya. Anay melirik Jungwon sekilas sementara Jungwon membalas dengan mengamati wajahnya.
Pembalasan yang tak adil.
Sadar sedang diperhatikan, Anay menatap kearah Jungwon.
"Ngapain lo? " tegur Anay.
"Gak apa, hehe, " Jungwon terkekeh.
Sejujurnya Anay begitu senang, tapi ia tak dapat eye-to-eye dengan pria yang bernama Jungwon itu.
"Hahhh, " Jungwon berdiri, menggeser kursinya, "Sunoo! "
Sunoo yang sedang melahap nasi di mulutnya mengangkat kepalanya.
"Punya obat cacing ga? " sindir Jungwon.
"Heh! Gue emang hemat bicara nying, " timpal Anay.
"Halah hemat dari hongkong?! Lu waktu di hospital tuh, ngebacot mulu kerjaannya, " ejek Jungwon tak terima.
"Emang lu kagak?! " gerutu Anay ikut tak terima.
"Iya, " jawab Jungwon santai.
Rasanya otak Anay memberi sinyal kepada tangan agar memukul manusia yang disebelahnya itu. Tapi, hati nurani melarangnya.
"Kuburan atau rumah sakit?! " tanya Anay dengan nada tinggi.
"Noodle, " balas Jungwon.
"Gelo."
Jungwon terkekeh, matanya masih tetap setia memandang Anay.
Anay yang sedikit risih menodongkan kepalanya tanda tak suka. Jungwon malah tersenyum, matanya sedikit menyipit akibat senyumannya. Lesung pipi nya terlihat kian dalam, menambah kemanisan yang berada dalam diri Jungwon.
Anay mengangkat alisnya sebelah. Melihat Jungwon yang tersenyum manis, tanpa disadari bibirnya terangkat keatas. Menciptakan sebuah senyuman hangat yang sederhana.
Jungwon semakin tersenyum, hatinya bahagia. Ahh tidak, jika dideskripsikan lebih ini terlalu gila untuk disebut bahagia.
Bagaimana bisa orang yang tak lama ditemui bisa membuat nya sebegitu bahagia begini? Aneh?
Namun itulah perasaan Jungwon. Ketika dadanya ikut merasakan sensasi debaran yang diluar nalar kecepatannya, hatinya ikut berkicau kesenangan.
Tanpa disadari, mereka saling menatap cukup lama. Hal ini membuat Sunoo yang disampingnya ingin menyadarkan mereka.
"EKHEM! "
Mata mereka berdua menatap sinis Sunoo, yang menyadari sedang ditatap malah tetap asik melahap makanan tanpa peduli apa yang terjadi.
"Kalau iri bilang, " ujar Jungwon menyeringai.
"Gak da yang iri, yang ada malu, " jawab Sunoo santai.
Jungwon akhirnya mulai fokus untuk makanannya. Sebenarnya hatinya terus meminta agar ia memandang Anay kembali, tapi otak menolak nya.
"Klean berdua jangan berargumen terus dah, pusing gua, " batin Jungwon.
"Jujur, gue masih gak nyangka bisa ketemu lo kayak gini lagi? Apa kita jodoh? "
Anay mengawasi Jungwon, "amit amit, "ungkapnya.
"Ko amit? Lo harusnya bangga kalo punya pacar spek gue, " ujar Jungwon dengan bangga.
"Jangan anay, jangan mau, " pungkas Sunoo dengan cepat.
Anay terkekeh, mengacungkan jempolnya untuk Sunoo.
Jungwon terdiam, tanpa merespon ia menyantap daging didepannya.
"Idih? Ngambek Won? "
"Ngga."
"Aelahhh anakk bundaa iniii.. Cucucucucu, " Anay memperlakukan Jungwon seperti anak kecil. Ia usap kepalanya berkali-kali, bahkan hingga menyapu lembut rambutnya. Matanya mengawasi mulut Jungwon yang melahap butiran nasi dan sepotong daging, senyumnya bahkan merekah tanpa disadari.
Jungwon diam tak berkutik. Membiarkan jemari indah Anay menyapu hangat helaian rambutnya.
Jangan ditanya soal jantung Jungwon. Percepatannya mungkin tak dapat dihitung berapa m/s² debarannya, jarinya mempengaruhi jantung Jungwon.
Hembusan nafas nya memberi gaya untuk tangannya, entah itu gaya tarikan atau gaya dorongan, namun Jungwon lebih memilih untuk menyebut nya gaya arus listrik.
Ya, hati Jungwon tersengat. Memanifestasikan telinganya yang merah.
I'll dive into you~
Keduanya sama-sama saling menyelam, terhanyut dalam pikiran masing-masing.
π
π
π
π
π
π
π
π
π
Special part
𝚃𝚘 𝚋𝚎 𝚌𝚘𝚗𝚝𝚒𝚗𝚢𝚞𝚎𝚍