song: Do I Wanna Know? - by Arctic Monkeys<3
———
2 bulan kemudian...
Rutinitas pagiku tidak pernah berubah sejak aku pindah ke sebuah flat kecil yang kutinggali bersama Kim Yuri.
Selesai membersihkan diri, aku memasuki kamar yang kucintai dan menjatuhkan diriku di ranjang.
Sifku baru saja berakhir, aku melakukan sif sejak pukul 10 malam dan selesai pukul 7 pagi tadi.
Sekarang adalah hari sabtu.
Biasanya aku akan menghibur diri dengan menonton film kartun kesayanganku atau sekedar pergi ke pantai dan melihat sunset.
Namun aku sedang tidak berada dalam mood untuk menghibur diri.
Hari ini aku melakukan aktivitas yang sering kulakukan beberapa bulan belakangan ini. Yaitu mengunjungi apartemen Sehun.
Aku segera bersiap, keluar dari flat tempat kutinggal dan berjalan menuju halte daerah ini.
Aku duduk dihalte dengan tatapan kosong menatap jalanan. Pikiranku berlarian kemana-mana.
Sudah 2 bulan lebih aku tidak mendengar kabar apapun dari Sehun. Ia tidak menghubungiku atau sekedar menuliskan surat dan menempelnya di pintu kulkas miliknya seperti yang biasa ia lakukan.
Aku mengunjungi apartemennya 3 hari setelah aku menghabiskan malam di rumahnya saat itu, karena ia sama sekali tidak mengirimkan pesan apapun padaku selama 3 hari berturut-turut dan hasilnya aku tidak menemukan Sehun. Berhubung aku mengetahui kode akses untuk masuk ke apartemen miliknya, aku memilih untuk mengecek langsung ke dalam.
Aku mencari jejaknya ke setiap sudut apartemen dan tidak menemukan petunjuk apapun.
Aku sempat panik karena ia tidak mengirimkan pesan apapun dan tidak menghubungiku sama sekali.
Namun kemudian aku mengetahui dari tempat ia bekerja bahwa ia mengambil cuti untuk jangka waktu yang tidak pasti membuatku sedikit kecewa karena Sehun sama sekali tidak berpamitan padaku.
Rasanya seperti dicampakkan namun lebih buruk lagi dari itu.
2 bulan tanpa Sehun sama sekali tidak berjalan baik bagiku. Aku merindukan sosoknya yang menyebalkan itu. Merindukan ocehan tidak masuk akal namun berhasil mengisi hari-hariku yang hampa. Merindukan lelucon menyebalkannya namun tidak pernah gagal membuatku tersenyum. Merindukan sosok happy virusnya itu, yang hanya dengan melihatnya tersenyum membuat hari-hariku menjadi sedikit menggairahkan.
Aku kembali mengecek ponselku dan tidak ada tanda-tanda pesan dari Sehun lagi seperti biasanya belakangan ini. Biasanya ponselku penuh akan notifikasi pesan basa-basi dari Sehun.
Namun kali ini tidak ada lagi.
Aku menarik napas panjang dan membuangnya kasar. Kembali menyalahkan Sehun di kepalaku.
Bagaimana bisa dia tega meninggalkanku seperti ini?
Ia bahkan tidak berpamitan atau berkabar.
Apa ia sengaja? Atau mungkin ia merasa marah karena insiden itu? Benar, mungkin saja ia marah padaku karena aku selalu menyusahkannya dan memaksanya berada di situasi yang membuatnya menjadi melakukan sex denganku. Ia mungkin merasa aku sudah melewati batas karenanya ia pergi meninggalkanku.
Ah dasar gila! Tahu begitu aku tidak akan pernah minum atau mabuk dirumahnya lagi.
Seharusnya aku tahu bahwa usia kami sudah bukan anak-anak lagi. Dan jarak kami seharusnya sudah bisa kubatasi dengan baik berhubung kami sudah dewasa. Aku terlalu kekanakan dengan mabuk-mabukan dirumahnya. Ah sial! aku tidak pernah membuat keputusan dengan benar. Ia pasti muak denganku. Aku yang selalu bergantung dan mengandalkannya itu pasti merepotkannya.
Aku memukul kepalaku, mengumpati diriku sendiri dalam hati.
Aku berdoa kepada Tuhan agar Sehun bisa mengubah pikirannya tidak meninggalkanku. Aku akan—ah tidak aku pasti akan melakukan sebisaku untuk mempertahankan Sehun disisiku.
Karena itu kumohon Tuhan kembalikan Sehun padaku.
"Shin Taeri?" seseorang tiba-tiba menepuk pundakku.
Aku berbalik dengan antusias, berharap orang itu adalah Sehun.
Namun ekspektasiku mengecewakanku.
Bukannya Sehun, aku malah bertemu pandang dengan Han Zico, mantan pacarku.
Si salah satu dalang yang menjerumuskanku pada keputusan bodoh yang kubuat malam itu.
Kulihat ia menggaruk tengkuknya canggung, "Hai."
Ia menyapaku dengan senyum manis tanpa berdosanya itu.
Aku malah menatapnya tajam tidak membalas sapaannya itu.
Kalau bisa aku sangat ingin menendang wajahnya sekarang. Aku heran kenapa dahulu aku sangat mendambakan senyum manis sok polosnya itu.
Aku benar-benar dibutakan oleh cinta.
"Ada apa?" tanyaku.
"Kau akan berangkat kerja kan? ingin kuantar?"
Aku memutar bola mataku malas, menandakan bahwa perkataannya sama sekali tidak menjawab pertanyaanku. Lagipula ada apa ia tiba-tiba mendatangiku seperti ini? Bukannya ia seharusnya sudah bahagia dengan istri barunya dan sedang menantikan anak 'haram' pertama mereka itu?
"Tidak perlu, katakan saja apa yang kau butuhkan." jawabku menolak tawarannya.
Ia terdiam, terlihat bingung memilah-milah ratusan kata pembuka bicaranya yang mungkin saat ini sedang memenuhi pikirannya. Otaknya berpaksa berpikir dengan cepat, ditambah aku yang mengintimidasinya dengan tatapan tajamku. Tidak membiarkannya masuk ke hatiku dengan mudah lagi seperti dulu.
"Taeri-ya, maafkan aku." Ia menundukkan kepalanya, menunjukkan ekspresi menyesalnya mencoba membuatku luluh lagi dengannya.
"Aku menyadari kesalahanku, aku merenunginya dengan baik belakangan ini. Tidak seharusnya aku melakukan hal yang membuatmu kecewa seperti itu. Namun aku bersyukur berkat insiden itu aku menjadi menyadari betapa aku mencintaimu Shin Taeri. Aku hanya menginginkanmu. Kumohon kembali padaku."
Wah sial apa-apaan ini? Ia sedang memerankan peran iblis apalagi dihadapanku? Setelah membuatku patah hati dan kacau bahkan membuatku terlibat insiden yang membuatku menjadi kehilangan sahabat baikku satu-satunya ia malah dengan santainya mengajakku untuk kembali padanya? Dibanding merenungi kesalahannya, kupikir ia malah mencoba menyangkal kesalahannya padaku. Jika ia merenunginya ia tidak akan datang dengan cara seperti ini. Ia harusnya tahu bahwa maaf tidak akan bisa dengan mudah membuatku kembali padanya.
Ia hanya memikirkan dirinya sendiri.
Persetan dasar manusia egois!
Aku pasti sudah gila pernah jatuh hati selama 2 tahun padanya.
"Kau gila? setelah mengkhianatiku dan pergi begitu saja sekarang kau kembali dan dengan mudahnya mengajakku untuk kembali padamu? Kau pasti berpikir bahwa aku target yang mudah kan?" Aku meluapkan emosiku padanya.
Ia benar-benar merusak hariku. Aku saat ini sedang berada di suasana hati yang sangat buruk. Dan ia memperburuknya dengan kedatangannya yang sudah tidak aku harapkan lagi. Bahkan aku berharap tidak pernah bertemu dengannya lagi.
Han Zico menarik tanganku dan menggenggamnya.
"Kumohon Taeri-ya, aku tidak bisa hidup tanpamu."
Ia memohon dengan nada memelas menjijikkannya.
"Lalu bagaimana dengan wanita itu? kau tidak akan bertanggung jawab dengan kehamilannya?"
Hah sial ia membuatku mengungkit jalang itu.
"Tidak usah peduli dengannya. Ia hanya penipu. Ia sengaja menjebakku dengan mengajakku bercinta di malam ia dicampakkan oleh pacarnya sendiri yang telah menghamilinya agar seseorang bisa bertanggung jawab akan dirinya dan bayinya. Sial,aku tertipu." jelas Han Zico yang membuatku terguncang.
Jadi aku dicampakkan oleh Han Zico demi seorang wanita penipu? Aku benar-benar merasa terhina dan mau gila rasanya. Dan apa-apaan setelah mengetahui fakta itu Han Zico segera mengajakku kembali? Ia tidak benar-benar berpikir bahwa aku akan menyambut ajakannya itu dengan baik kan? Jika iya, maka ia pasti adalah manusia paling brengsek yang pernah kutemui. Aku tidak mungkin dengan mudah menerimanya setelah semua yang kualami dan rasakan.
Sialan kau Han Zico.
"Kau pikir aku akan dengan mudah mengatakan iya? hah sial kau pikir aku menjalani hari dengan mudah belakangan ini setelah putus denganmu? Kau menghianatiku dibelakangku dengan bercinta bersama wanita lain, dan memilih mencampakkanku demi wanita itu yang malah menipumu. Dan kau kembali padaku dengan mudahnya, kau tidak berpikir aku akan menerimamu kembali kan?"
Aku menepis tangannya kasar. Menolak tubuhnya menjauh. Namun ia kembali mendekat dan menggenggam tanganku kuat. Aku mencoba melepaskan genggamannya namun tidak berhasil.
"Taeri-ya aku minta maaf, aku menyesal. Aku tidak akan mengulanginya lagi. Aku janji. Ah lagipula kita impas kan? kau juga bercinta dengan Sehun di malam kita putus. Jangan terlalu berlebihan, kau juga paham rasanya saat tidak sengaja lepas kendali dan membuat kesalahan kan?"
Orang ini melucu. Aku bahkan sampai tidak bisa berkata-kata oleh bicaranya yang sangat rendahan itu. Rasanya rahangku mulai sakit karena terlalu kuat mengetatkan gigiku, menahan seluruh emosiku yang akan keluar.
Aku benar-benar sangat ingin melayangkan tinjuku pada wajahnya. Ia berhasil membuatku tersadar bahwa keputusanku benar untuk menolak kembali bersamanya.
Aku mengumpulkan seluruh tenagaku pada tanganku dan menolak tubuhnya dengan keras. Ia tergerak mundur beberapa langkah oleh kekuatan dorongku.
Aku mengepalkan tinjuku bersiap untuk memukul wajahnya jika ia berani mendekatiku lagi.
"Impas? kau pikir kau dan aku sama? Aku bukan tipe rendahan sepertimu yang melakukannya dibelakang pacar sendiri. Dan juga aku mampu mengendalikan diriku dengan baik tidak sepertimu. Jangan sembarangan salah menafsirkan sex yang kulakukan bersama Sehun adalah kesalahan. Dibanding itu bukannya kau harus membersihkan dirimu yang kotor itu dahulu sebelum menemuiku? aku merasa jijik tiap melihatmu. Enyah sana sialan." Aku mengarahkan jari tengahku padanya dan berbalik meninggalkan dirinya yang terus memanggil namaku.
Beruntung bus yang ingin kutumpangi sudah datang hingga aku bisa dengan segera melarikan diri darinya.
Aku memegangi dadaku merasakan degup jantungku yang ritmenya menjadi tidak karuan akibat pertarungan tadi.
Aku tidak pernah menyangka diriku akan menjadi seberani ini pda Zico. Biasanya aku hanya seekor anjing penurut dihadapannya. Namun kali ini aku bisa lebih berani. Entah kenapa perkataannya yang menyinggung soal Sehun memancing sesuatu dalam diriku yang tidak kuketahui apa.
Dan aku sendiri tidak mengetahui maksud dari perkataanku bahwa sex yang kulakukan bersama Sehun bukanlah kesalahan. Aku bersumpah kata-kata itu keluar begitu saja.
Namun anehnya jauh dalam hatiku aku sama sekali tidak menyangkalnya.
Sepertinya aku sendiri menyetujui bahwa kejadian malam itu bukanlah kesalahan.
———
Girl in denial stage😏
anw enjoy hehew.