Another Heart

By dayutaaa

22.1K 2.1K 256

(Fanon) A Sasuhina Fanfiction Ketika Perang Dunia Shinobi berakhir, desa menyambut dirinya kembali. Sasuke ti... More

0
Sesal
Bertemu Lagi
Akatsuki
Musuh
Rencana
Ingatan
Sebuah Jebakan
Ikutlah Bersamaku
Suasana Baru
Rasa Penasaran
Rahasia
Calon
Pelajaran Untukmu
Mengapa Harus Aku?
Jadilah Milikku

Hari yang Buruk

1K 130 30
By dayutaaa

Rasanya, perjalanan yang mereka lakukan seharian ini seakan sia-sia begitu saja. Kembali dengan tangan kosong dan kehabisan chakra. Tapi nyawa mereka lebih berharga daripada Hachibi. Lebih baik melindungi apa yang bisa mereka lindungi terlebih dahulu.

Sasuke tahu, ia tidak perlu repot memikirkan bagaimana caranya memulihkan kembali chakra yang telah terkuras. Karena Karin ada bersama mereka.

Setelah sejam berlalu, empat orang shinobi itu sampai di sebuah penginapan yang tidak asing. Tempat yang sama dua belas jam yang lalu mereka kunjungi untuk sarapan pagi bersama.

"Permisi, apakah masih ada kamar kosong?" Karin menghampiri meja tamu. Masih dalam kondisi membopong Sasuke. Ia melirik sejenak pria disampingnya.

"Tiga kamar masih tersedia, nona."

Seorang wanita cantik berambut pendek memberikan senyum terbaiknya untuk tamu terakhir yang datang.

Karin berpikir sejenak, "Ah begitu rupanya. Bisa kah kami memesannya?"

"Tentu nona, dua kamar masing-masing untuk satu orang. Dan satu kamar untuk dua orang."

Sebenarnya mereka ingin memesan empat kamar. Setidaknya untuk malam ini saja, mereka bisa istirahat dengan tenang. "Baiklah."

"Kau tahu kan, Suigetsu?" mengabaikan wajah protes yang Suigetsu layangkan. "Kalian berdua satu kamar."

Matanya melirik malas Karin. "Baiklah."

"Kamarnya berada di lantai dua nona." sebuah laci yang berisi banyak kunci pintu dibuka dengan perlahan. "Kamar nomor 10 dan 12 untuk satu orang dan kamar nomor 2 untuk dua orang."

Karin mengangguk, kemudian mengambil kunci di atas meja itu. Mereka berjalan dengan hati-hati menaiki anak tangga.

"Aku akan antar Sasuke ke kamarnya."

Mereka berjalan ke arah yang berlawanan. Karin menuju arah kanan tangga di mana kamar Sasuke dan dirinya berada. Sedangkan Suigetsu menuju kamar mereka yang berada di ujung lorong kiri.

"Jangan macam-macam pada Sasuke." Suigetsu menatap tajam Karin dari jauh. Ia khawatir pada Sasuke, apalagi jika hanya berduaan dengan Karin. Sasuke dalam kondisi yang lemah sekarang. Disaat sehat saja Karin selalu menggodanya, apalagi jika sedang tidak berdaya seperti ini.

Senyuman kemenangan terlukis di wajah Karin. Tak mau menjawab perkataan Suigetsu, cukup dengan bahasa tubuh. Seakan-akan memberitahu bahwa Sasuke-miliknya-malam ini.

Bulu kuduk Suigetsu merinding. Teman satu timnya itu memang mengerikan.

Ceklek...

Sebuah kamar, tidak besar dan juga tidak kecil. Namun sepertinya cukup nyaman untuk ditinggali.

"Karin."

Ranjang berdenyit ketika pria Uchiha itu duduk dengan tenang.

Tidak ada yang lebih membahagiakan selain berduaan saja dengan orang yang dicintai.

Suara Sasuke yang memanggil namanya dengan nada perintah. Mata onyx yang tajam seakan memohon―sembuhkan aku. Ah, sepertinya malam ini akan menjadi malam yagn indah.

Karin menarik lengan baju kanannya ke atas, memperlihatkan kulit putih pucat yang terdapat sebuah garis lingkar putus-putus.

Karin adalah sumber cakra terbaik yang Sasuke punya saat ini. Seperti biasa, disaat seperti ini ia sangat berguna.

"Gigitlah." Karin menyodorkan lengan kanannya mendekat ke wajah Sasuke.

"Akhhh!"

Sensasi gigitan dari bibir Sasuke benar-benar membuatnya terbang.

Ia menggigit bibir, menahan desahan yang hampir keluar dari mulutnya.

Karin merasa hawa disekitar tubuhnya sedikit gerah. Ia tidak bisa berpikir jernih. Beribu kupu-kupu seperti berterbangan diperutnya. Tangan kiri yang bebas tidak memegang apapun, bergerak dengan sendirinya menuju resleting atas baju ninjanya. Panas, suhu tubuhnya meningkat. Dengan perlahan ia menurunkan resleting itu, sedikit saja. Melonggarkan baju bagian atasnya. Berharap suhu tubuh yang tinggi itu dapat berkurang.

Jurus penyembuhan ini benar-benar memudahkannya. Sasuke bersyukur ninja percobaan Orochimaru yang ia bawa dalam perjalanan adalah Karin.

Sasuke merasakan chakra yang masuk ke tubuhnya. Dua menit berlalu, masih tetap dalam posisi menggigit lengan Karin. Ia harus menyedot sebanyak mungkin chakra yang Karin punya karena waktu mereka untuk pemulihan hanya sedikit.

Sedangkan Karin ia tidak berbicara sedikit pun. Masih menikmati sensasi gigitan Sasuke.

Bagaimana rasanya jika gigitan itu berpindah tempat, misal di lehernya?

Wanita berkacamata itu meruntukki dirinya sendiri. Harusnya tadi ia menyodorkan lehernya saja. Semua bagian tubuhnya dapat digigit. Mengapa harus lengan? Ahhhh bodoh sekali dirinya.

Sasuke melepaskan gigitannya.

"Terima kasih."

Karin harus merelakan kebahagiaannya yang berakhir.

"Kau boleh pergi." ucapnya melanjutkan. Sasuke bangkit dari tempat tidur. Menaruh pedang kusanagi di pojok kamar. Kakinya mulai kembali bertenaga kembali. Chakra Karin telah memenuhi seluruh tubuhnya.

"Kamar ku ada disebelah kamarmu. Jika perlu sesuatu jangan segan untuk mengetuknya." senyumnya begitu lebar. Sepertinya Sasuke berhasil menjadi miliknya malam ini.

Wanita itu pun keluar dari kamar Sasuke.

...

...

...

"Juugo, kau yakin tidak butuh cakra dari karin?"

Suigetsu menatap teman satu timnya yang terbaring di atas tempat tidur. Fisik Juugo terlalu kuat, bahkan ia kadang merasa iri dengan tubuh temannya itu.

Bersatu dengan alam adalah jurus yang tidak mudah, dan tidak semua klan bisa melakukannya. Sama halnya seperti klan Hozuki yang memiliki kekuatan untuk mengendalikan salah satu dari tujuh pedang legendaris Kirigakure.

"Cakra ku pulih sangat cepat. Justru kau yang harus khawatirkan diri mu."

Alis Suigetsu berkerut, "Aku hanya menggunakan sedikit cakraku." diremehkan adalah hal yang sudah biasa Suigetsu alami.

"Ah, benarkah. Maafkan aku." Juugo begitu sulit untuk menahan kata-kata yang keluar dari mulutnya.

"Aku haus. Kau mau minum apa?" tanya Suigetsu bangkit dari duduknya.

"Air putih saja." jawab Juugo dengan singkat.

"Baiklah."

Satu, dua, tiga...

Suigetsu menghitung banyaknya kamar yang ada di penginapan, sambil berjalan di lorong menuju mesin minuman. Banyak wanita cantik mondar-mandir menuruni dan menaikki tangga sambil membawa sebuah nampan berisi piring makan. Perutnya berbunyi melihat makanan yang sepertinya enak di atas piring itu. Benar, mereka terakhir kali makan saat pagi tadi. Wajar saja jika ia lapar.

Tidak hanya dirinya yang lapar, tiga temannya itu juga pasti merasakan hal yang sama.

Suigetsu melewati mesin minuman. Ia harus melihat keadaan Sasuke terlebih dahulu.

"Sasuke, bagaimana keadaanmu?" tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Pria berambut perak itu masuk kamar Sasuke.

"Bisa kah kau mengetuknya dulu?" angguk Suigetsu mengerti. Ia sedang tidak ingin berdebat.

"Sasuke, aku ingin pesan makanan dibawah. Apa kau juga mau kupesankan?"

Suigetsu melotot menjelajahi bagian atas tubuh Sasuke yang tidak dilindungi oleh sehelai benang pun.

Uh, perut yang sixpack itu pasti bisa membuat semua wanita yang melihatnya pingsan.

Ide yang bagus.

Lagipula perutnya saat ini memang 'sedikit' lapar.

"Hn."

Jika kata itu keluar dari mulut Sasuke, Suigetsu tidak perlu bersusah payah untuk bertanya lagi.

"Seperti biasa, kan?" tanyanya singkat. Dia sudah cukup lama bersama Sasuke. Kebiasaan dan makanan yang Sasuke suka pun Suigetsu tahu.

Sasuke mengangguk pelan.

Yang penting, jauhkan Sasuke dari makanan manis.

"Baiklah aku pergi."

Setelah keluar dari kamar Sasuke. Ia pasti akan melewati kamar wanita berkacamata itu. Dengan melihat wajahnya saja bisa membuat suasana hatinya memburuk. Sikap Karin tadi masih membuatnya jengkel.

Jadi, ia tidak akan singgah di kamarnya. Tidak peduli wanita berambut merah itu kelaparan.

...

...

'Lama sekali.' ujarnya bertanya-tanya dalam hati. Jika menunggu sampai Suigetsu kembali, mungkin saja dirinya akan mati kehausan.

Lagipula, mesin minuman itu tidak jauh dari kamar mereka. Juugo keluar dari kamar dengan pakaian sederhana, baju kaos cokelat dan celana panjang hitam. Sekalian mengecek apa yang sedang dilakukan temannya itu.

Tidak ada.

Juugo memperhatikan sekelilingnya, pria berambut perak dengan bola mata ungu itu tidak terlihat sama sekali. Kemana dia?

Di ujung lorong sebelah kanan, ia hanya melihat seorang wanita sedang berjalan menuju ke arahnya. Rambut ungu gelap yang tergerai bergoyang mengikuti irama langkahnya. Juugo tahu wanita itu.

Pelayanan cantik yang tidak henti-hentinya diceritakan oleh Suigetsu.

Mengingat malam yang sudah semakin larut, mau kemana wanita itu?

Sepertinya penampilannya ada yang sedikit berbeda.

Wanita itu tidak sadar. Mungkin saja ia tidak terlalu mengingat Juugo.

Juugo memalingkan pandangannya kembali ke arah mesin minuman. Cukup dua koin yang ia butuhkan untuk mendapatkan air mineral.

Disamping itu, Juugo merasa wanita pelayan itu semakin dekat menuju ke arahnya. Hanya ada dua kemungkinan, dia ingin membeli minum juga...atau pergi ke lantai bawah. Tapi sekali lagi, ia tidak peduli.

Wanita itu menuruni anak tangga dengan pelan-pelan. Juugo bisa mendengar samar-samar langkah kaki kecilnya.

"Kauuuu!"

Juugo tahu suara siapa itu.

Hinata tidak pernah menyangka malam ini ia akan mengalami kesialan untuk kedua kalinya.

"Kita bertemu lagi, Hinata-san."

Hinata mematung ditempat.

"Kau mau kemana?" lanjutnya bertanya. Ia hanya tidak mengerti jalan pikiran wanita di depannya ini, mau kemana dengan pakaian serapi itu malam-malam begini.

"A-aku..." berpikir keras untuk mencari alasan yang logis. 'Ayolah'
Hinata mengomel dalam hati. Kenapa disaat seperti ini otaknya menjadi bodoh?

Tangan Hinata meremas ujung jaket yang ia pakai.

"A-aku..." sambil mengalihkan pandangannya ke arah yang lain, tidak mau memandang mata Suigetsu. Ia masih berusaha mencari alasan.

Demi dewa, mata byakugannya menemukan sosok Anna yang terlihat keluar dari dapur koki.

"Aku se-sedang ingin keluar bersama Anna-san." sambil mengedikkan kepalanya ke seorang wanita.

Suigetsu menoleh ke bawah mengikuti arah pandang Hinata. 'Oh' ternyata keluar bersama seorang wanita.

Malam ini Suigetsu sadar penampilan Hinata sedikit berbeda.

Suigetsu memicingkan matanya, menduga-duga apakah matanya melihat dengan benar. "Kau memakai lensa kontak?" tanyanya.

Tamatlah riwayatmu Hinata.

Hinata baru sadar, ia tidak memakai lensa kontak untuk menutupi mata byakugannya.

Hinata menyunggingkan senyum gelisah.

"I-iya, aku sedang ingin memakainya." yang benar saja, ia tidak bisa menahan kegugupannya.

'Ku mohon, kami-sama.' doanya dalam hati.

Semoga Suigetsu tidak menyadari bahwa mata ini adalah byakugan.

Angguk pria itu berusaha mengerti. "Ah begitu rupanya, kau terlihat sangat cantik malam ini. Aku kira kau akan berkencan dengan seseorang."

Berkencan apanya? Ia tidak pernah terpikirkan hal seperti itu.

Berarti, Sasuke ada di sini juga.

HInata tahu ia harus kembali ke kamar segera mungkin.

"A-aku meninggalkan sesuatu di kamar." dari tadi Hinata sadar ia betul-betul sibuk dengan pikirannya sendiri.

Alis Suigetsu terangkat mendengar alasan Hinata. "Ya, hati-hati dijalan Hinata-san."

Wanita ini sepertinya terburu-buru. Ia tidak bisa menahan Hinata terlalu lama.

Tak apa, ia sudah cukup senang karena bisa bertemu dengan wanita ini lagi.

Hinata menundukkan kepalanya, kemudian berbalik membelakangi Suigetsu. Ingin sekali ia berlari secepat kilat. Wajahnya terlalu merah menahan malu.

Blamm!!

Sudah dua kali Hinata membanting pintu kamarnya hari ini.

Argggg! Ia frustasi.

Mengapa mereka harus menginap disini. Hinata merasa seperti masuk ke dalam sarang harimau.

Wajahnya memerah, bercampur dengan rasa malu dan juga kesal. Dimana kamar Sasuke?

Kalau begini caranya, ia semakin sulit untuk bergerak bebas.

Tubuhnya tidak bisa terus menerus menekan chakra yang ia miliki.

"Byakugan!"

Hinata harus mencari kamar Sasuke. Ia hanya perlu menghindar.

Oh.

Sepertinya...

kami-sama sedang marah padanya.

Tidak mungkin.

Dengan mata byakugannya, Hinata menangkap sosok pria yang sedang berdiri di sebuah kamar. Tubuhnya penuh dengan cakra ungu. Hinata sudah pasti tahu siapa pria ini.

Dan sialnya, kamar pria itu berada tepat di seberang kamarnya.

'Mati lah kau, Hinata.'

...

...

...

Padahal baru saja tadi malam Hinata berharap hari ini adalah hari yang menyenangkan. Ia sudah berencana untuk menjalaninya dengan penuh semangat. Sebelum ia berpisah dengan Anna, Nenek Miyu, dan yang lainnya.

Sayang, sepertinya semesta tidak mendukungnya.

Ia tidak ingin bertemu dengan Sasuke lagi. Namun takdir seakan ingin mempertemukan mereka. Hinata tidak bisa berkata-kata, seorang Uchiha Sasuke berada di dekatnya sekarang, tepatnya di seberang kamarnya.

Hinata yakin, Sasuke dan teman-temannya akan turun ke lantai bawah pagi ini.

Dan Hinata harus menyiapkan mentalnya karena hari ini ia masih harus bekerja sebagai pelayan.

Wanita Hyuuga itu melihat pantulan wajahnya di cermin. Dilihatnya, lensa hitam yang ia pakai mirip sekali dengan warna bola mata Sasuke. Belum lagi warna rambut mereka yang sedikit mirip.

Uchiha...

Hinata?

Hinata menahan tawa karena jalan pikirannya yang tak terduga. Apa-apaan itu...

Sekarang ada hal lain yang lebih penting yang harus ia pikirkan.

Uchiha Sasuke

Ia benar-benar harus menghindar dari orang ini.

Hinata meraih gagang pintu kamarnya. Ia tahu ini masih terlalu pagi sekali. Sebisa mungkin ia tidak ingin berpapasan dengan Sasuke di lorong penginapan. Memikirkannya saja membuatnya merinding.

Sedangkan seorang pria dengan wajah yang seperti baru saja bangun tidur muncul di balik pintu kamar.

Wajah bantalnya masih tidak bisa mengalahkan ketampanan sebuah karya tuhan yang luar biasa.

Mata obsidiannya bertemu dengan sepasang mata hitam yang mirip dengannya.

"Se-selamat pagi, tu-tuan." wanita itu membungkuk rendah. Sasuke menjelajahi penampilannya tanpa berkedip.

"Hn."

Ia tahu wanita ini adalah pelayan yang kemarin melihatnya seperti melihat seorang hantu.

Wanita itu tidak bergeming sedikit pun. Lagi-lagi ia melotot dan memasang wajah aneh.

Semenakutkan itukah dirinya?

Sasuke mengernyitkan alisnya. Wanita aneh seperti ini mengapa bisa membuat Suigetsu tergila-gila?

Ia pergi meninggalkan wanita itu tanpa berbicara sedikit pun.

Ketika mata mereka bertemu kembali, Hinata hanya bisa terpaku. Ia tahu, hari ini akan terjadi banyak hal gila yang mungkin saja dapat membuat jantungnya berhenti berdetak.

...

Another Heart

...

...

Sudah tujuh chapter dan belum ada romance Sasuhina-nya. Maafkan aku ya mina-san T-T Aku harap kalian engga bosan.

Pokoknya, terima kasih buat kalian karena sudah mampir di sini untuk memberikan vote dan komen
















Continue Reading

You'll Also Like

6.3M 175K 81
WARNING ⚠ (21+) πŸ”ž Seorang adik yg ingin menyelamatkan kakaknya dari kematian akibat ulah Antagonis Area Dewasa πŸ”ž (21+) Bijak Dalam Membaca
1.8M 8.8K 13
Hts dengan om-om? bukan hanya sekedar chatan pada malam hari, namun mereka sampai tinggal bersama tanpa ada hubungan yang jelas. πŸ”›πŸ” my storys by m...
8.1M 375K 60
Serina, seorang gadis cantik yang sangat suka dengan pakaian seksi baru lulus sekolah dan akan menjadi aktris terkenal harus pupus karena meninggal o...
2.6M 30.6K 37
GUYSSS VOTE DONGG 😭😭😭 cerita ini versi cool boy yang panjang ya guysss Be wise lapak 21+ Gavin Wijaya adalah seseorang yang sangat tertutup, ora...