Hidden Marriage 2 (Frans-Mimi...

By hanyeoreum_30

6.5K 1.1K 84

"Kenapa dikunci segala sih kamarnya?! Gue kan mau istirahat didalam!" ucap Gina ketus. "Maaf kak. Kakak isti... More

Blurb
Cast
01
02
03
04
05 (*)
06
07
09
10
11
12
13
14

08

389 76 3
By hanyeoreum_30

Derttt... Dertttt...

Frans merogoh saku celananya. Dahinya mengerenyit melihat nomor asing menghubunginya. Sambil berjalan menuju ruang meeting, ia mengangkat teleponnya.

"Assalammualaikum."

"Waalaikumsalam. Frans ini Tante Meli, Ibunya Tami."

"Oh iya Tante. Apa kabar?" Frans basa basi.

"Alhamdulillah sehat, Frans. Kamu sendiri bagaimana kabarnya nak?"

"Sehat juga, alhamdulillah. Oh iya Tante, ada perlu apa?"

"Ini Frans. Soal Tami." Frans merasa jantungnya langsung berdebar kencang. "Kenapa Tami, Tante?"

"Kamu tahu Tami kemana? Tante udah beberapa hari ini ngga telponan sama dia. Kemarin ditelpon kok ngga aktif nomornya. Lagi sibuk banget ya dia disana?"

"Astagfirullah. Maafin Frans, Tante. Aku lupa kabarin Tante kalau ponselnya Tami rusak saat lagi peninjauan dilapangan. Frans mau ngabarin Tante biar ngga khawatir tapi keburu lupa. Maaf Tante."

"Oalah. Pantesan susah dihubungi. Tapi Taminya baik-baik saja kan, Frans?!" Pertanyaan itu membuat Frans tercekat. Frans menjawabnya dengan perasaan tak menentu.

"Ya sudah. Titip Tami ya Frans."

"Pa... Pasti Tante."

Tanpa sengaja Frans melihat Tami yang bertemu dengan Keenan. Meski dari jauh tapi Frans melihat wajah Tami yang kelelahan.

"Tami suka lupa sama makan. Jadi, tolong perhatikan urusan makannya. Itu anak kalau sibuk suka lupa untuk makan. Makanya maagnya selalu kambuh."

Frans terdiam mendengarkan ucapan ibu mertuanya tanpa mengalihkan pandangannya dari Tami yang tengah mengobrol dengan Keenan. Saat hendak menghampiri Tami, Meli keburu memutus sambungan teleponnya dan Tami sudah pergi menjauh.

Keenan menghardik Frans yang menghampirinya. "Wah... Elu tega bener ya. Gara gara elu gue ngga enak minta bini lo jauh jauh anterin berkas meeting padahal lagi sakit!"

"Hah? Sakit?!"

"Iya, sakit. Mukanya aja keliatan pucat. Anjir gue merasa bersalah banget tahu. Tahu gitu gue yang ambil sendiri ke rumah."

"Nih, berkas yang lo minta. Dan kunci kamar lu juga." Keenan menyerahkan berkas yang diantar Tami dan juga kunci kamarnya.

"Kok kunci kamar gue dibawa juga?"

"Meneketehe." Keenan segera menuju ruang rapat diikuti Frans.

Sementara itu, Tami pulang ke Mess sewaktu ia belum menikah dengan Frans. Tami beruntung karena Risa ada didalam. Saat Risa membuka pintu kamarnya, Tami langsung memeluknya erat sambil menangis tersedu-sedu.

"Eh eh... ini kenapa datang datang mewek sih!" Risa panik karena Tami tiba-tiba menangis. Ia membawa temannya untuk duduk dikarpet ditengah ruangan.

"Kenapa Mi? Ada apa? Elo lagi berantem sama Frans?" Tami menggelengkan kepalanya. "Terus, kenapa?"

Sambil terisak Tami menceritakan apa yang sudah terjadi kepadanya dan Frans. Risa tidak bisa berkata-kata mendengar cerita temannya itu. Ia hanya mampu memeluk tubuh Tami yang bergetar.

"Sabar ya Mi. Jujur gue ngga tahu harus berkata apa. Tapi gue kesel sama Pak Frans. Bisa bisanya dia tidurin elo tapi teriakin nama wanita lain!" Ucapnya geremet.

"Gue tahu dia lagi mabok, tapi kenapa rasanya tetap sakit."

"Sabar ya Mi. Gue cuma bisa bantu menguatkan elo aja. Gue juga ngga tahu harus gimana."

"Gpp Ris. Gue cuma butuh temen untuk cerita."

"Kapan aja elo bisa cerita apapun sama gue, Mi. Gue bakalan disini buat lo."

"Thanks, Ris." Kedua wanita itu berpelukan. Saking lelahnya menangis, Tami sampai tertidur. Risa menarik selimut untuk menutupi tubuh lelah Tami.

***

Seharian rapat dikantor membuat Frans tidak fokus. Pikirannya tertuju kepada Tami yang terlihat pucat. Segera setelah rapat selesai, Frans buru-buru pulang ke rumah. Ia ingin memastikan bahwa Tami baik-baik saja.

Sebelum pulang, Frans mampir untuk membeli makan malam di warung padang. Ini kali pertamanya Frans membelikan sesuatu untuk Tami. Dengan perasaan yang tak menentu, Frans tancap gas untuk tiba dikediamannya.

"Sayaaang," seru Gina saat pintu terbuka.

Gina memeluknya dengan erat. Frans membeku ditempat. Ia terkejut melihat tunangannya berada disana tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

"Kamu terkejut ya aku datang, Beib."

Frans mengangguk. "Ka... Kapan kamu datang? Kok ngga kasih aku kabar? Terus dari mana kamu tahu aku pindah kesini?" Frans memberondongnya dengan banyak pertanyaan. Gina tertawa.

"Yes, i did it! Aku tahu kamu bakalan terkejut."

"Jawab pertanyaan aku!"

"Sabar dong sayang. Satu satu tanyanya."

Frans menatapnya tajam. "Oke oke. Yang pertama aku sengaja datang kesini karena kangen kamu. Aku ambil cuti seminggu di Rumah Sakit. Jadi, selama seminggu kedepan kita bisa bareng-bareng. Yang kedua, aku tahu dari temen kantor kamu pas ketemu di mess. Katanya kamu pindah kesini. So, here i am."

"Kenapa ngga kasih kabar dulu?! Lagian kamu datang di waktu aku lagi sibuk sibuknya kerja. Jadi, percuma kamu datang karena aku ngga bisa temenin kamu jalan!"

Frans berjalan masuk kedalam rumahnya. Gina mengekori dibelakang. Ia meletakkan dua bungkus nasi padang diatas meja makan. Kepalanya celingukan mencari keberadaan Tami. Apakah Tami sudah bertemu Gina sebelumnya? Pikirnya.

"Kalau aku kasih kabar, kamu ngga akan setuju aku datang. Iya kan."

"Bukan ngga setuju, tapi setidaknya aku ada waktu buat ngajak kamu jalan-jalan."

"Aku udah disini sayang. Jadi, kamu yang ambil libur buat temenin aku jalan."

"Ngga bisa. Kerjaan aku lagi banyak."

"Kerjaan kamu mana pernah bisa longgar. Lagi pulang ke Bandung aja kamu sibuk. Kadang sampai ngga ada waktu berduaan sama aku."

Pertengkaran kecil terjadi diantara mereka. Frans menghela nafasnya. Ia mencoba mengalah untuk tidak memperpanjang masalah. Lagi lagi ia celingak celinguk mencari keberadaan Tami.

"Kamu kenapa sih yank? Daritadi celingak celinguk terus. Nyariin siapa sih? Jangan bilang kamu nyariin si Tami!" Ucap Gina ketus.

"Iya. Kemana dia? Kok ngga kelihatan?"

"Ngapain kamu nyariin dia?"

"Tadi siang aku dapat telepon dari mamanya. Ada pesan yang harus aku sampaikan ke dia. Makanya aku tanya."

"Aku ngga suka ya kamu deket deket si Tami!"

"Loh kenapa?"

"Ya ngga suka aja. Oh iya, jangan sekali sekali kamu ijinin dia mandi di rumah kamu! Aku ngga suka!"

"Ya ya ya terserah!" Jawab Frans masa bodoh. Ia melangkahkan kakinya menuju kamar. Membuka kunci kamar lalu masuk kedalam sana.

"Sayang, nasi padangnya aku makan ya," teriak Gina kencang. Frans tidak menjawab. Matanya menatap kamarnya yang sudah rapi. Sprei baru sudah terpasang ditempatnya. Tidak ada lagi noda darah bekas pertempurannya semalam.

Bahkan tercium aroma wangi dari parfum ruangan yang terletak diatas meja. Frans terduduk lemas di tepi ranjang. Seharusnya ia senang melihat tunangannya datang berkunjung, tapi entah mengapa ia justru semakin gamang. Gina datang diwaktu yang tidak tepat.

Frans beranjak dari duduknya. Membuka lemari pakaian, mengambil pakaian ganti lalu membersihkan tubuhnya yang lelah. Guyuran air dingin sedikit meredakan rasa lelah ditubuhnya. Dua puluh menit berlalu, Frans keluar dari kamar mandi. Ia mendapati ponselnya berdering.

Saat ia mengangkat teleponnya, tubuhnya membeku. "Oke. Gue kesana sekarang!"

***

To Be Continue

Continue Reading

You'll Also Like

4.1M 60K 33
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
1.1M 161K 51
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
2.7M 41.2K 52
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
6.7M 343K 60
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...