Drama Queen

By __bels

222K 17K 1.2K

Ketika menghadapi kenyataan cinta pertamanya tidak bisa didapatkan, Dimas Archelaus Kartanegara membuka hatin... More

Part 1 : Oh No!
Part 2 : Bingkai Foto
Part 3 : Pengaruh Buruk
Part 4 : Apartemen Brisia
Part 5 : Ruang Praktek Dimas
Part 6 : Tanggal Pernikahan
Part 7 : Rencana Terakhir
Part 8 : Apartemen Gue!
Part 9 : Night Robe
Part 10 : Masakan Istri
Part 11 : Belanja Bulanan
Part 12 : Wanita Manja (?)
Part 13 : Berusaha Tegar
Part 14 : Seminggu Sekali (21+)
Part 15 : Tujuan Kemarin Malam
Part 16 : Kehadiranmu
Part 17 : Kue Ulang Tahun
Part 18 : Secinta Itu
Part 19 : Overthinking
Part 20 : DArK
Part 21 : Mengikhlaskan
Part 22 : Kecewa
Part 23 : Sudah Sebulan
Part 24 : Belum Terlambat
SALAH UPDATE
Part 25 : Lupa Bikin Vlog
Part 27 : Tidak Sadar Pesona
Part 28 : First Love Yourself
Part 29 : Ulang Tahun Dimas
Part 30: Anak Feli
Part 31: Cemburu atau Menghilang?
Part 32: Ide Para Sepupu
Part 33: Rahasia Brisia
Part 34: Bom Waktu

Part 26 : Masih Cemburu

5K 317 2
By __bels

"Besok kita periksa ke dokter setelah jam makan siang, ya?"

Dimas masuk ke balik selimut di samping Brisia. Sebelumnya, dia sudah mengambil alih tugas mencuci piring dan membersihkan dapur. Bahkan Brisia sudah di suruh ke kamar lebih dulu untuk istirahat daripada menunggunya di dapur.

Tubuh Brisia masih lemah. Dimas takut kondisi wanita ini semakin memburuk jika tidak istirahat.

"Kamu sibuk?"

"Aku harus periksa pasien poliklinik pagi."

Brisia menurunkan ponselnya lalu memutar tubuh menatap Dimas. "Sayang, kamu nggak perlu nemenin aku periksa ke dokter kalau sibuk. Aku bisa periksa sendiri. Gak papa kok. Emangnya aku balita yang mau vaksin harus ditemenin."

Mata Dimas mengamati wajah Brisia yang tampak pucat. "Hmm.. Kayaknya aku bisa minta Feli periksa kamu lebih pagi sebelum-"

"Nggak mau!" Brisia langsung duduk menatap Dimas penuh penolakan.

"Loh, kenapa?" tanya Dimas bingung. Dia akhirnya ikut duduk di samping Brisia.

"Kamu kok nggak peka sih?"

"Nggak peka gimana? Aku kan udah pernah bilang. Aku bukan cenayang yang bisa nebak semua maksud kamu." Dimas berusaha menggunakan nada suara selembut mungkin. "Dari pada kita tebak-tebakkan, mending kamu bilang alasannya. Kenapa kamu nggak mau Feli yang jadi dokter kandungan kamu?"

Brisia mengepalkan tangannya kesal. "KARENA AKU CEMBURU!"

"Kamu pasti tahu orang hamil tuh nggak boleh dibikin stress. Aku nggak suka lihat kamu dekat-dekat sama Feli. Walaupun dia nggak mungkin suka sama kamu. Atau meskipun dia sudah punya suami. Tetap saja aku tahu kamu itu cinta mati sama dia. Kamu mau lihat aku cemburu dan sedih tiap kali kita periksa kandungan?"

Mata Brisia sudah berkaca-kaca menatap Dimas yang hanya tersenyum menatapnya. "Kamu senyum karena senang mau ketemu Feli, kan? Bisa nggak sih kamu pikirin perasaan aku sedikit aja?" Brisia mendekatkan ibu jadi dan telunjuknya di depan Dimas.

"Tahu kamu- uhuk- belum bisa move on dari dia aja -uhuk- udah bikin hati aku hancur. Apalagi -uhuk- harus lihat kamu ketemu-"

Dimas langsung memeluk Brisia sambil mengusap punggungnya pelan. "Iya, iya. Maaf karena aku lupa kalau kamu akan cemburu. Tapi tentang aku tersenyum senang karena mau ketemu Feli kamu salah."

Brisia menarik tubuhnya untuk menatap wajah Dimas. Nafasnya sudah mulai teratur kembali. "Terus kamu senyum kenapa?"

"Aku senang bisa dengar ocehan panjang kamu lagi." Dimas menggenggam kedua tangan Brisia. Mengusapnya dengan ibu jarinya lembut. "Feli memang wanita terlama yang pernah ada di hati aku. Tapi sekarang, aku nggak tahu nama dia masih ada atau nggak di hati aku. Karena jujur, sejak kamu hadir di hidup aku, nama kamu lebih sering berputar di otak aku. Anehnya lagi, aku selalu mewanti-wanti agar hati aku nggak terbuka untuk kamu."

Tangan Dimas terangkat merapikan rambut Brisia. "Sekarang aku udah janji akan bukan hati aku untuk kamu. Jangan cemburu nggak jelas lagi sama Feli. Karena aku akan melupakan dia dan jatuh cinta sama kamu. Oke?"

"Aku, hiks.."

"Hey, kenapa kamu malah nangis?" Dimas panik lalu menghapus air mata Brisia dengan punggung tangannya.

"Dimas, aku kayaknya belum siap sama sikap asli kamu yang manis banget ini." Brisia menabrak tubuh Dimas lalu memeluknya erat. Setelah itu, terdengar tawa renyah Dimas diiringi usapan lembut khas Dimas di kepalanya.

***

Brisia keluar dari ruang periksa dokter Devi sambil menatap gambar hitam putih di sebuah kertas putih licin. Karena Dimas masih sibuk di poliklinik, dia menawarkan diri untuk pergi periksa sendiri ke dokter kandungan yang berada di rumah yang sama dengan tempat bekerja suaminya.

Sebenarnya Dimas bersikeras agar Brisia ditemani Mamanya, tapi Brisia menolak. Dia ingin ini menjadi kejutan untuk keluarga besar mereka. Lagipula, ada Kia yang menunggunya di parkiran. Brisia juga belum bilang ke Kia tentang kehamilannya. Dia cuma bilang mau periksa karena kemarin muntah-muntah.

Ponsel Brisia berdering tepat saat dia menghempaskan diri di depan ruang periksa Dimas. Selesai dari menebus obat di apotek. Di koridor itu masih ada sekitar lima pasien jika Brisia amati. "Ya, halo."

"Masih lama lo? Udah mau tiga jam nih gue nunggu," balas Kia dari seberang sana. Brisia memang sengaja meminta suster untuk memberinya antrian terakhir karena dia akan menunggu Dimas pulang.

"Gue baru selesai." Brisia memasukkan hasil USG-nya dengan hati-hati kedalam tas.

"Lo gak kenapa-napa, kan?" tanya Kia khawatir.

"Ki, lo dengerin gue baek-baek ya. Lo orang kedua yang tahu ini."

"Anjir. Apaan? Gue jadi penasaran nih." Terdengar Kia mengubah posisi duduknya di seberang sana.

"Gue hamil," bisik Brisia.

"SUMPAH?!" teriak Kia begitu keras hingga gendang telinga Brisia serasa mau pecah.

"Iya. Dimas kasih testpack kemarin buat gue periksa dan hasilnya positif. Ini gue ke dokter buat pastiin."

"Ya ampun Brie. Congrats. Gue rasanya mau lari masuk ke dalam buat meluk lo. Sumpah deh." Dada Brisia menghangat mendengar ucapan Kia. Dia tahu, semua orang begitu menyayanginya. Setiap kali dia menerima rasa sayang dari orang-orang terdekatnya, dadanya akan menghangat.

"Gak perlu. Gue cuma minta lo bikin persiapan buat foto-foto nanti. Rencananya pulang ini gue mau foto-foto pegang testpack sama USG bareng Dimas."

"Kemarin lo rekam ekspresi Dimas pas tahu lo hamil?"

Brisia menghembuskan napas kesal. "Nah itu. Gue lupa."

"Yaelah. Lo tuh kayak nggak pernah nonton youtube deh. Semua selebgram dan artis tuh pasti bikin kayak gitu. Ya gagal deh trending."

Brisia mengerucutkan bibirnya. "Boro-boro gue rekam. Gue sendiri nggak lihat reaksinya Dimas. Orang gue juga tutup mata. Tau-tau dia udah meluk gue bilang gue hamil."

"Ya udah la ya. Udah kejadian juga. Kita bikin vlog waktu lo bilang ke keluarga besar kalian aja. Gue cukup tahu kok kalau suami lo pasti nggak bisa kalau disuruh ekting pura-pura terkejut lihat hasil testpack lo."

Brisia tertawa pelan. "Buat foto ini kayaknya bakal butuh usaha keras buat minta dia mau foto-foto entar."

"Lo yakin bisa bujuk suami lo buat foto-foto?"

"Ehm.." Brisia tampak berpikir. "Gak tahu. Rayuan dan bujukan maut gue nggak pernah mempan di dia."

"Ya udah. Daripada lo nunggu nggak jelas di sana mending lo mulai mikir ya mau bujuk suami lo gimana. Gue balik dulu mau siapin semuanya."

"Kalau lo punya ide chat di WA ya," kata Brisia hopeless.

.

.

.

17/5/22

Jangan lupa vote dan comment untuk part ini ya. 

Baca juga ceritaku yang lain. Dijamin nggak kalah seru dan baperin.

.

Chit chat:

Instagram : __bels & belindavirginia

Twitter : belindanangoy

Continue Reading

You'll Also Like

6.1M 41.9K 53
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
173K 23.5K 22
Follow sebelum baca !!! Bagaimana jika laki-laki setenang Ndoro Karso harus menghadapi tingkah istrinya yang kadang bikin sakit kepala. "Patuh menjad...
341K 15.8K 41
Bagi Elena, pernikahan bersama Kaisar hanyalah sebuah pengorbanan untuk balas budi.
3.7M 27.9K 31
⚠️LAPAK CERITA 1821+ ⚠️ANAK KECIL JAUH-JAUH SANA! ⚠️NO COPY!