Kelas 12 IPA 3 kedatangan siswi baru. Penampilan siswi itu jauh dari kata baik. Seragam putihnya dibiarkan keluar dari rok, lengan seragamnya dilipat sebanyak dua kali lipatan, rambut hitam curlynya digerai, tas hitamnya ia pakai di salah satu pundak, sepatunya putih, ada kalung ketat warna hitam yang melingkari lehernya, ia tidak memakai dasi dan yang lebih parahnya, ia mengunyah permen karet.
Satu kelas tercengang melihat penampilan siswi itu.
"Nama kamu siapa?" Wanita paruh baya yang merupakan wali kelas IPA 3 ini bertanya kepada siswi baru itu.
"Sheanna," jawabnya dengan santai.
"Sheanna, ke ruang BK sekarang! Jangan berani-beraninya kamu masuk ke jam pelajaran saya kalau penampilan kamu seperti itu!" sentak Bu Gina membuat Shea menaikkan satu alisnya.
"Baik," jawab Shea lalu segera melangkah keluar dari kelas.
Shea menelusuri koridor sekolah. Saat akan berbelok ke ruang BK, tiba-tiba, perutnya terasa lapar yang membuatnya langsung melangkah menuju kantin.
Sesampainya di kantin, ia memesan soto satu porsi dengan minuman es teh dan kerupuk bandungnya tiga. Ia membayar lalu membawa pesanannya ke bangku tengah dan mulai makan.
Ibu-ibu kantin pun awalnya kaget saat melihat cewek dengan aura berandalan seperti Shea. Apalagi saat Shea mengeluarkan permen karet dari mulut dan membuangnya ke tempat sampah tanpa bantuan tangan, Bu kantin mendadak takut.
Sosok cowok dari arah pintu kantin melangkah menuju ke arah penjual, menanyakan 'apakah ada pembalut' membuat Shea spontan tertawa. Cowok itu menoleh menatap Shea, diikuti oleh Ibu kantin.
Tanpa Shea tau, orang yang ia tertawakan melangkah ke arahnya.
"Permisi?" Shea tetap makan, tanpa menoleh.
"Permisi?" Shea tetap fokus makan, meskipun ia mendengar ada seseorang yang ingin berbicara dengannya.
Dengan kesal, orang itu menarik telinga Shea membuat Shea berjengit lalu meringis kesakitan. "Sakit, anjing!" umpatnya membuat Ibu-ibu kantin tercengang.
"Tuli, lo?" tanya orang itu membuat Shea menatapnya datar.
"Iya! Puas, lo?" kesal Shea.
Orang itu meneliti penampilan Shea, dari atas sampai bawah. "Lo preman, ya? Ngapain lo cosplay jadi anak sekolah? Nggak cocok," ujarnya.
Shea membulatkan mata. "Anjir?!"
"Lo punya pembalut, nggak?" tanya orang itu kepada Shea.
"Punya!" jawab Shea kesal.
"Boleh gue beli?" Orang itu menggaruk tengkuknya.
Shea tersenyum miring. "Selangkangan lo berdarah?"
Orang itu mengerutkan kening. "Berarti, tiap bulan selangkangan lo juga berdarah, dong?"
Shea dengan nafas memburu pun mengeluarkan pembalut ukuran 29 cm dari tasnya. Ia melempar pembalut itu membuat orang yang ada di hadapannya langsung menangkapnya.
"Thanks," kata orang itu. "Gue Nathan," ucapnya memperkenalkan diri.
"Gue nggak nanya," kata Shea asal-asalan.
"Oke, nggak nanya," ujar Nathan membuat Shea ingin rasanya menampar cowok itu.
"Lo mending pergi! Ganggu acara makan gue aja!" usir Shea.
"Hm," jawab Nathan. "Jangan lupa ke ruang BK," sambungnya menyebalkan.
"NATHAN ASU!!" teriak Shea membuat Ibu kantin yang sedang menggoreng mendoan pun berjengit kaget.
Saat melangkah keluar dari kantin, Nathan tertawa renyah. "Dia siapa, ya?"
***
Nathan duduk di bangkunya, menyangga dagu dengan bibir berkedut menahan senyum. Baru kali ini ia bertemu perempuan yang tidak menyukainya. Apalagi perempuan itu tergolong seperti berandalan dan susah diatur. Nathan merasa tertantang.
"Kalo mau senyum ya senyum aja kali!" sindir Biru, teman sebangku Nathan.
Bara yang ada di seberang Biru pun melongok ke samping. "Siapa yang senyum??" tanyanya penasaran.
"Nathan," jawab Biru lalu mencomot gorengan Brigita yang ada di depannya membuat Brigita melotot.
"Biru, anjing! Gue aduin papah ya lo!" kata Brigita kesal.
Brigita memang selalu bergantung kepada papahnya, Orion. Hal itu membuat Biru gemas dan ingin rasanya membuang cewek itu ke rawa-rawa.
Nabila yang duduk di samping Brigita pun memutar tubuhnya ke belakang, menatap Nathan yang ada di hadapannya. "Lo habis ketemu cewek pujaan hati, ya??" tudingnya tepat sasaran.
"Kalo iya kenapa?" ujar Nathan membuat Brigita dan Biru ternganga.
"Siapa??" tanya Nabila.
"Ada. Emang kenapa, sih, kepo banget!" decak Nathan tak suka. "Entar kalo beneran jadi juga gue kenalin ke kalian!"
Nicholas yang duduk di seberang Nathan pun ikut menoleh. "Naksir cewek juga lo akhirnya," ucapnya kurang ajar.
"Emang lo kira gue naksir sesama jenis??" Nathan melotot ke arah saudara kembarnya.
Nicholas mengendikkan bahu. "Kan cuma perkiraan," ucapnya.
"Ceweknya kayak gimana? Bisa tawuran, nggak?" tanya Brigita sembari makan siomay gorengnya.
"Bisa," jawab Nathan. "Kedoknya doang pelajar, padahal dia preman."
Nabila mengerjab. "Preman??" beonya membuat Nathan mengangguk. "Wah! Bisa malak bareng kita, dong! Iya, kan, Ta??" ujarnya yang langsung diangguki Brigita.
Digo yang duduk di sebelah Bara pun mendelik. "Malak itu nggak baik! Kalian mau temenan sama tuyul??"
"Kalo bisa, kenapa enggak?" ujar Brigita gila.
"Gue aduin papah lo! Beneran, deh!" kata Biru menunjuk wajah Brigita membuat Brigita menatapnya tajam. "Apa lo?? Gue nggak takut!" tantang Biru saat Brigita menatapnya tajam.
"Songong lo!" kata Nathan. "Diseruduk Hermione tau rasa lo!"
Hermione adalah anak harimau kesayangan Brigita. Brigita selalu merawatnya, menyayanginya dan mencintainya seperti anak sendiri.
"Dipakai lalapan, sih," celetuk Bara. "Kalo cuma nyeruduk, mah, Biru nggak kapok!"
"Tega bener lo sama gue, Bar!" kata Biru. "Putus aja lah kita!"
"La, bagi siomaynya, boleh?" tanya Nicholas kepada Nabila.
Nabila mengangguk. "Enggak," jawabnya.
"Kalo enggak, kenapa lo ngangguk, tolol!" kesal Bara tak santai.
"Jangan kasar sama cewek," tegur Digo membuat Biru keselek gorengannya.
"Kualat lo! Makanya jangan ngambil gorengan orang!" omel Brigita lalu menyodorkan air minum. "Nih, minum! Hobi lo sekarang keselek, ya?"
"Keselek cintanya Brigita," kata Nicholas. "Iya, kan?"
Brigita mendelik. "Apaan, sih, Nic! Nggak jelas banget lo!"
"Santai, Ta, entar juga diperjelas sama Biru," kata Nathan membuat Biru mendengkus.
***
Keisha dan Marsya menghampiri Shea yang duduk di bangku pojok belakang.
"Lo mau ikut ke kantin, nggak?" tanya Keisha menawarkan.
Shea menatap Keisha dan Marsya bergantian. Dilihat dari penampilannya, Keisha ini tipikal cewek yang agak bar-bar, namun taat aturan. Kalau Marsya, cewek itu bisa jadi preman kalo kepepet doang.
Jika diasah lebih dalam, Keisha dan Marsya bisa menjadi preman seperti dirinya.
"Gue ikut," kata Shea membuat Keisha dan Marsya saling tatap dengan tatapan yang sulit diartikan.
Mereka berjalan menyusuri koridor untuk menuju kantin. Banyak yang menyempatkan diri untuk melihat ke arah Shea. Wajar, karena Shea adalah siswi baru di SMA Pagelaran ini.
"Lo mau pesen apa? Gue pesenin," kata Marsya kepada Shea. Marsya memang bawaannya judes, jadi, tolong dimaklumi.
"Nasi goreng sama es teh," jawab Shea membuat Marsya mengangguk lalu pergi ke arah stand makanan.
Keisha mengajak Shea duduk di bangku tengah, tempat Shea makan tadi pagi. Mereka duduk berdampingan, menunggu Marsya datang membawa makanan.
"Sorry, Marsya emang gitu," kata Keisha kepada Shea.
"Santai," jawab Shea.
Lalu, mereka diam. Hingga tak lama kemudian, Marsya datang membawa nampan yang berisi tiga nasi goreng dan tiga es teh. Marsya duduk di hadapan Keisha dan Shea.
"Satu orang bayar ke gue sepuluh ribu," kata Marsya penuh penekanan.
Keisha terkekeh. "Okay!" jawabnya.
Shea mengeluarkan uang sepuluh ribu dari saku lalu menyodorkannya kepada Marsya. "Nih, gue lunas," ucapnya.
Marsya mengangguk dan mulai makan nasi goreng. Shea yang melihat Marsya sudah makan tanpa basa-basi pun sedikit heran, Marsya tidak seakrab itu. Marsya juga tidak sehumble itu.
Lalu, saat lima cowok bersama dua cewek masuk ke dalam kantin, pandangan Shea tertuju ke arah mereka.
Hingga akhirnya, tatapannya bertemu dengan tatapan Nathan.
BERSAMBUNG ...
follow instagram:
@ann.nisay
haloo, bagaimana sejauh ini?? tunggu pertemuan zia dengan amon yaa:)