“Maaf mengganggu istirahat, Nona. Saya asisten penanggungjawab apartemen ini, yang hak dan kepemilikannya atas nama Sally Lee. Tuan penjamin pembayaran apartemen ini, Tuan Kim Taehyung, meminta hak penuh atau mencabut hak kepemilikan anda atas apartemen ini. Dan membelikan salah satu hunian di pedesaan Gwangju sebagai gantinya yang juga merupakan properti kami.”
Gwangju? Bukankah itu jauh sekali, Taehyung?
Tzuyu lalu disodorkan map resmi berlogo apartment ini. Dengan perasaan kecewa dan ngeri Tzuyu menerimanya. Pikirannya yang kalut ditambah bingung memperburuk segalanya.
Ditatapnya nanar sejenak apa yang ia pegang dengan gemetar.
"Nona..."
Tzuyu langsung menatap pria itu dengan mata memerah menahan tangis, seakan tak percaya bahwa semua ini ditimpakan padanya.
"Tuan Taehyung memberi anda waktu seminggu untuk berberes barang-barang dihitung sejak hari ini. Besok anda bisa datang ke kantor pusat kami dengan membawa undangan dalam amplop itu untuk membahas hal ini lebih dalam lagi."
“Ka-kapan Taehyung datang ke kantor anda?”
Oh Tuhan, dia berusaha keras untuk tidak jatuh lemas dihadapan pria ini. Dan sepertinya pria hotel ini menyadari ada yang tidak beres dengan keadaan Tzuyu.
“Nona Lee, apa anda baik-baik saja? Anda kelihatan pucat. Mau kami panggilkan dokter atau ambulan?”
“T-tidak. Tidak. Saya baik-baik saja. Saya hanya sedang datang bulan.”
Datang bulan apa, Tzuyu? Kau bahkan sedang hamil sekarang.
“Baiklah, jika terjadi sesuatu. Anda bisa menghubungi bagian emergency kantor kami.”
Tzuyu segera mengangguk. Tidak sabar menunggu jawaban.
“Tuan Kim hanya menghubungi bagian direktur kami untuk membahas ini di kantornya kemarin.”
“Kapan dia akan menghubungi kalian lagi?”
Pria itu sempat mengernyit sebentar karena bingung dan memikirkan jawaban yang tepat.
“Kalau itu saya tidak tahu. Nona bisa tanyakan langsung pada Tuan Kim.”
Pasrah. Hanya itu yang terlintas dalam benak Tzuyu hari itu. Pria hotel itu pergi tanpa tahu bahwa wanita yang baru dia beri informasi sedang diambang kehancuran. Tidak boleh stress, Mina bilang begitu. Bagaimana bisa dia tidak stress? Ayah bayi ini membuat dia nyaris gila dalam waktu semalam. Dia kurus tanpa perlu diet. Apalagi dengan tubuh tinggi, seperti ranting kering yang nyaris patah tertiup angin.
Dia akan berjumpa dengan Irene. Iya. Besok dia akan berjumpa dengan Irene. Hal itu akan membuktikan pada Taehyung bahwa Tzuyu bukan wanita seperti itu. Besok pagi-pagi sekali dia akan ke kantor Irene. Tzuyu, kau masih punya kesempatan. Setidaknya biarkan Taehyung tahu bahwa Tzuyu tidak berniat sejauh itu.
🥀
Jimin masuk ke ruangan Taehyung dengan wajah sumringah. Namun seketika bingung saat Taehyung marah-marah ditelepon dengan setelan acak-acakan, tidak seperti biasanya. Taehyung jarang marah, bahkan tidak pernah dilihatnya mengamuk seperti ini. Ini kali pertama sejak mereka bertemu dan ini cukup mengejutkan Jimin.
“Kalau tidak bisa seharusnya kabari saya. Jangan membuat keputusan sepihak, kau pikir mudah jika sistem sudah rusak dari bawah? Pantau bawahanmu, kalau kau tidak bisa melakukannya resign saja. Jika sampai besok masih belum jelas, kau kupecat.”
Taehyung membanting telepon yang ada di mejanya. Diusaknya rambut dan wajahnya kasar. Kakinya berjalan menuju dinding kacanya yang berhadapan langsung dengan kota Seoul yang padat. Lalu dengan gerakan cepat dikendorkan dasinya, membuang nafas panjang.
“Kau baik-baik saja, man? Kau seperti macan yang terluka.”
Taehyung diam sesaat. Suara Jimin berhasil mengagetkannya sejenak dan sialnya lagi-lagi wajah lugu Sally yang dia ingat meskipun hanya mendengar suara Jimin. Kenapa begitu? Memang begitu saat kau mengalami hal-hal traumatik dan bahagia. Orang-orang terdekat dengan kejadian itu akan selalu membawamu pada kenangan yang sama.
Jimin yang memperkenalkan Sally padanya. Jadi, mulai sekarang saat Taehyung melihat Jimin, mau tidak mau dia harus mengingat sosok wanita itu. Kenapa harus sahabatnya yang menjadi tumbal gadis sial itu lagi?
“Kau sampai ingin memecat orang lain. Pasti ada yang tidak beres denganmu dan ruanganmu...”
Jimin mengedarkan pandangannya. Beragam kertas, map, pulpen dan perkakas kantor yang tadinya berjejer rapi dekat Taehyung kini dalam keadaan yang mengenaskan di lantai. Berpadu aduk seperti gado-gado.
Taehyung memutar tubuhnya dan langsung mengedarkan pandangan. Bahkan dia tidak tahu kapan mencampakkan semua barang ini. Ada apa denganmu, Taehyung? Sebenarnya kau kenapa? Kenapa hanya karena wanita materialistis itu kau menjadi seseorang yang seperti ini?
Taehyung duduk dengan kasar dikursi kerjanya. Lalu dalam diam ditatapnya Jimin. Mimik dan gestur sahabatnya ini. Jimin tetap tampak seperti biasa dan Taehyung menyimpulkan bahwa Tzuyu belum mengadu apapun pada Jimin.
“Sedang ada masalah dengan Irene?”
Taehyung menggeleng.
“Dengan mama-mu?”
Lagi dan lagi menggeleng.
“Sally?”
Mendengar nama Sally disebut, Taehyung langsung merinding. Serasa beribu jarum menusuk ke jantungnya. Mata Taehyung memanas seketika tapi tidak! Tidak ada ruang bagi wanita itu lagi dalam hidupnya. Semua sudah dia putuskan. Sally hanyalah wanita yang menjual dirinya demi uang dan dia tak pantas atas cinta apapun dengan tulus di dunia ini.
“Kami—”
“Dia tidak mengabariku belakangan, mungkin dia ada di masa-masa menyenangkan menjadi ibu. Bayi kalian mungkin mulai bergerak dalam kandungannya, semua hal tampak membingungkannya dan dia pasti suka menangis tidak jelas. Bingung mendeskripsikan perasaan itu karena di masa-masa seperti ini memang seperti itu. Dia juga pasti ingin makan ini dan itu, tidak pernah kenyang. Terkadang dia suka melihatmu, tapi terkadang dia mengutukmu setengah mati karena tidak mengerti apa yang dia mau.”
Kau bahkan memblokir semua kartu kreditnya, Taehyung. Bravo Taehyung, bravo!
Hati Taehyung semakin diremas. Tzuyu dengan semua kenyataan ini memang menghancurkan Taehyung. Pria itu bahkan kaget dia bisa semengerikan ini saat marah. Tapi, Taehyung juga tidak berbohong, bahwa dia rindu bayinya. Rindu bicara dengan anak yang masih dalam kandungan ibunya itu. Kandungan Tzuyu sudah menjalani trimester kedua. Dan sudah terlihat jelas bahwa ada kehidupan di dalam sana. Dulu setiap malam dia bicara banyak pada anak itu, bernyanyi dan mendongeng, sekaligus mengajak ibu bayinya bercanda. Sentuhan-sentuhan hangat pada perut Tzuyu yang mengantarkan mereka pada tidur malam yang nyenyak karena Taehyung juga tak kuasa menahan tanggung tidak menggangu Tzuyu.
Namun, Tzuyu sudah menghancurkan banyak hal. Wanita itu berbohong, mengambil keuntungan dari cintanya dan mulai memasuki dunia istrinya. Mengancam kehancuran rumah tangganya.
Akan tetapi Taehyung juga munafik soal itu. Dia menyadari sudah mengkambinghitamkan Tzuyu sebagai alasan hancur rumah tangga. Kenyataannya, Taehyunglah yang mengkhianati rumah tangga mereka. Jika tidak ingin adanya ancaman itu, Taehyung tidak seharusnya bersikeras menggunakan menginginkan bayi dan menyetujui ajakan Jimin dengan bantuan Tzuyu. Tapi apa daya Taehyung? Dia juga sadar betapa pengecutnya dia. Dia membiarkan Tzuyu menunggu diluar kantornya seharian dan tidak menampakkan batang hidungnya sama sekali. Tidur di kantor sampai subuh dan membohongi semua pekerjanya agar menyuruh Tzuyu pulang.
Tuhan akan menghukum sifat pengecutnya ini.
Kau sangat cantik jika dilihat dari bawah sini. Hidungmu mancung dan mungil, matamu besar dengan wajah yang kecil. Tatapanmu sudah teduh meskipun kau belum resmi menjadi seorang ibu.
Taehyung masih mengingat komentarnya beberapa hari lalu saat tidur di pangkuan Tzuyu dan menciumi perut buncit disisi wajahnya. Tzuyu tidak berkomentar apapun saat itu, tapi Taehyung tahu bahwa calon ibu itu jelas tersipu malu, dia suka Taehyung memujinya. Tapi Taehyung kini tahu bahwa senyum malu-malu itu tak tulus seperti kelihatannya. Wanita itu pandai memanipulasi segala hal.
Tapi kini sedang apa Sally? Apa yang dia makan? Apa dia sudah diberitahu tentang kepindahannya? Bagaimana perasaannya saat tahu? Apa dia merindukan aku? Apa... Taehyung langsung membuang jauh-jauh pikirannya itu. Sally! Gadis itu hanya suka uang. Dia tidak mengenal cinta sedikitpun. Dihidupnya hanya bagaimana dia bisa mendapatkan uang dan merusak keluarga dan rumah tangga orang lain. Ya, hanya itu. Dia yang sudah bodoh terlalu percaya pada wanita berwajah polos itu.
“Kau harus memperhatikan pola makannya Taehyung. Harus melihat vitamin diminum teratur atau tidak. Jika perlu, kirimkan tukang pijat ke apartemennya. Kakinya akan pegal seiring membesarnya kandungan. Kau tak boleh marah jika Sally mengesalkan padamu. Itu tak sepenuhnya dia, terkadang makhluk kecil itu yang berulah. Dia tidak boleh stress, itu akan mempengaruhi perkembangan janin dan kesehatan mental sang ibu. Jika Sally senang anakmu juga pasti senang.”
Taehyung tidak mau menatap Jimin. Hatinya dia coba keraskan, tapi tak menampik bahwa dia lemah soal yang seperti ini. Kenapa kau harus berbohong Sally? Kenapa kau harus mempermainkan semuanya seperti ini? Setidaknya kalau kau butuh uang, kau bisa menggunakan kemampuanmu untuk menghabisi milikku. Tapi jangan menyentuh istriku sedikitpun. Aku tidak mau Irene sampai terluka. Kau bisa meminta apa saja padaku, tapi jangan pura-pura mencintaiku seperti itu. Aku tak pernah mendapatkan hal yang begitu tulus dalam hidupku, lalu aku merasakan hal itu darimu, namun dengan cepat kau sadarkan bahwa kau hanya pembohong dan aku memang tidak ditakdirkan untuk mendapatkan ketulusan.
Saat Jimin hendak buka suara lagi, Taehyung langsung mendapat telepon. Dan lelaki Kim itu pura-pura keluar ruangannya demi menghindari Jimin. Membuat sahabatnya itu mengernyit bingung kalau Taehyung bersikap tidak biasanya.
🥀
Tzuyu masuk ke ruang kerja Irene dengan wajah pucat pasi. Sejak tadi dipastikannya bahwa ini adalah keputusan yang benar dan terbaik. Tzuyu yakin Taehyung Sudi mendengarnya jika memang Tzuyu tak menyentuh dunia Irene sedikitpun.
Sebelum aku pergi, kau harus mendengarkan apa yang ingin aku sampaikan. Jika tak mau mengulang cinta yang sama, aku akan pergi dengan tenang jika sudah menerima maaf. Kau harus menerima bayimu dengan hati terbaikmu, karena kau selalu ingin menjadi ayah dan merawat darah dagingmu sebaik mungkin. Kuberi hadiah sebagai bukti bahwa kita pernah hidup dalam takdir yang sama.
Sebelum masuk Tzuyu merapal doa terbaik pada Tuhan. Bahwa Irene tak akan mengamuk dan tidak menyadari apapun. Wanita itu akan melepaskannya dan kembali hidup dengan kehidupan mereka masing-masing.
“Sally?” Irene tersenyum dengan cantiknya saat wajah Tzuyu masuk ke ruangannya.
“Selamat siang, Nyonya Irene.” Tzuyu belum duduk. Dia masih menunduk takut. Ia takut akan banyak hal.
“Siang. Kau tidak ada jadwal hari ini. Ada apa, Sal? Ada yang ingin kau sampaikan atau kau baik-baik saja? Ah, duduk dulu.” Irene mempersilahkan Tzuyu untuk duduk. Dan mereka kini berhadapan satu sama lain.
Apakah Irene masih belum sadar kalau dia hamil? Apa perutnya yang menonjol ini tidak cukup menjadi bukti batalnya kontrak?
“Irene unnie, sebenarnya kedatanganku kemari untuk mengakui sesuatu.”
Jika Tzuyu tidak salah, dia menangkap beberapa detik keterkejutan lewat mata wanita itu. Tapi ditenangkannya dengan cepat terlihat dari tenggakan ludah lewat tenggorokan.
“Ya, silahkan? Ehm, kau ingin minum sesuatu?”
Tzuyu menggeleng cepat. Dia harus cepat melakukan ini untuk meredakan debaran jantung yang tak dapat ia kontrol.
“Aku—ingin mengajukan pengunduran diri dari kontrak kita. Aku ingin resign.”
Tzuyu menunduk lalu memberanikan diri menatap mata Irene yang sejak tadi tak berkedip melihatnya. Tzuyu tak pernah merasa semenakutkan ini untuk bertemu manusia. Ini sama mendebarkannya saat pertama kali ia bersedia merelakan kesuciannya demi uang.
“Re-resign? Tapi kenapa?”
Anehnya, Irene dan Tzuyu sama pucatnya. Apakah Irene begitu takut kehilangan model berpengaruh seperti Tzuyu?
“A-aku mau mengakui bahwa... bahwa a-aku sedang hamil.”
Hening. Hening yang benar-benar hening. Tzuyu menunduk, tak menyadari bahwa Irene menatap perutnya dengan kilatan amarah yang ditahan. Irene seperti seekor buaya yang siap memangsa rusa lemah yang minum air di sungainya. Tapi ditahan karena adanya manusia dengan senjata disekitar sungai.
“Ha-hamil? Hahaha...” Tawa Irene membuat Tzuyu berani mengangkat wajah. Sejujurnya dia malu. Malu sekali. Dia hamil anak suami wanita ini dan pernah berkhianat, lalu jujur tanpa tahu malu seperti ini walau tidak sepenuhnya. Tapi kenapa Irene tertawa? Tawa yang terlalu dipaksakan membuat Tzuyu semakin tak nyaman.
“Aku sudah hamil kurang lebih 19 Minggu. Dan aku ingin mengajuka resign karena adanya beberapa kesepakatan kita yang tak kupenuhi soal kontraknya.”
Irene diam. Tangannya sibuk memutar pena dengan pandangan tak lepas dari perut Tzuyu.
“Sebelumnya, aku ingin meminta maaf pada, Nyonya. Bahwa aku tidak seperti yang anda harapkan. Aku—”
“Apa kau sudah menikah?” pertanyaan tiba-tiba Irene membuat Tzuyu terkejut sekaligus malu. Dia bahkan tak berani menatap mata Irene. Tak sopan memang, tapi demi apapun dia sangat malu dan takut.
Tzuyu menggeleng.
“Aku tak tahu kau sudah punya kekasih.”
Tzuyu menelan ludah. Punggungnya panas dengan jantung yang berdebar kencang. Saat Irene meraih tangan Tzuyu, Tzuyu terkesiap. Kini dilihatnya Irene yang tersenyum sangat tulus.
Oh, Tuhan sekarang apalagi?
“Selamat untukmu dan juga kekasihmu. Kalian pasti sangat bahagia sekarang dikaruniai buah hati. Aku turut bahagia dan sekali lagi selamat untukmu.”
Deg!
Malu. Malu. Malu sekali. Rasa bersalah hinggap menyelubungi Tzuyu. Ditatapnya Irene dengan wajah yang nyaris menangis.
Nak, sekarang ibumu bisa tenang. Kelak jika kau pergi dariku, wanita hebat ini akan menggantikanku menjagamu di dunia yang penuh kesengsaraan ini. Kau tak akan kekurangan apapun, kau akan dikaruniakan kebahagiaan jika ia merawatmu. Dia akan menjadi mama yang hebat untukmu dan kau tak perlu bersedih dan mencari siapa yang melahirkanmu ke dunia ini. Jika kau bahagia, aku sudah lebih dahulu merasakan kebahagian itu, sayang.
Wanita dihadapannya yang akan menjadi ibu bagi bayinya. Dan Tzuyu bisa tenang sekarang. Irene dengan segala kesempurnaan yang ia miliki. Pantas Taehyung tak menginginkan wanita ini terluka sedikitpun.
“D-Dan kontrak itu?” Tzuyu perlu jawaban.
“Kau tak usah khawatirkan itu, akan akan menyusun ulang perjanjian kita. Dan kau tak perlu resign dari perusahaan. Aku bisa memaklumi banyak hal asal itu kau.”
Irene tersenyum hari itu, Tzuyu melihat begitu tulusnya wanita itu menggenggam tangannya seraya mengelus lengannya. Tzuyu akan mengingat ini seumur hidupnya.
Tapi kemudian kesadarannya kembali. Lalu, bagaimana dengan Taehyung? Bagaimana ia akan menjelaskannya pada ayah dari anaknya?
TBC 📌
💕𝚕𝚎𝚟𝚎𝚕 23 💕
—Dulce