Thea mendengus kesal sedari tadi omongannya tidak di dengar Inara. Inara sangat fokus ke handphonenya sambil senyum senyum tidak jelas. Bahkan kata Zio sedari tadi pun Inara terus saja memainkan handphone sampai tadi juga sempat di tegur Nona Rose. Tapi tetap saja Inara terus memainkannya dengan muka yang berseri seri.
"Lo kenapa sih ra?" Thea mulai kesal dengan tingkah Inara.
"Lagi kasmaran dia" Zio tiba tiba muncul dan duduk bersama kedua orang itu.
"Ih apaan sih nggak" Pipi Inara mulai merah merasa malu.
"Lo jadian sama berondong lo?" Tebak Thea heboh tapi ko kesannya Inara kaya tante girang yang suka main sama berondong ya
"Nggak so tau lo"
"Alah terus itu kenapa pipi lo merah" Dengan reflek Inara memegang pipinya sendiri
"Ya udah kalo dia jadian suruh dia traktir" Ucap Zio dingin sambil kembali menyuap makan siangnya.
"Dihh nggak ada traktir traktiran orang gue nggak jadian"
"Serius kalian nggak jadian?" Inara diam bingung harus jawab.
"Si bocil itu nggak ada nembak lo?" Tanya Thea lagi penasaran yang tidak lama di jawab anggukan oleh Inara.
"Berarti hubungan kalian masih nggak jelas? Pacaran nggak? One night stand juga nggak?"
"Apa lah arti sebuah status" Jawab Inara santai toh emang benar di umur Inara sekarang ini sudah tidak cocok lagi memikirkan hal itu, yang ada di pikiran Inara adalah Davin sungguh mencintainya lebih dari siapa pun. Jikalau Inara menuntutnya untuk lebih serius Inara yakin Davin pasti siap toh bukannya dari sebelumnya Davin kekeuh ingin bertanggung jawab.
"Ck.itu penting Inara. Di umur lo sekarang bisa jadi itu nggak penting tapi kalo di umur Davin status itu penting. Tipe tipe yang kaya Davin tuh dia masih labil masih suka main, labil dan yang penting belum bisa di ajak serius kaya lo. Atau bisa jadi Davin tuh cuman manfaatin lo doang, especially dalam hal nafsu"
Mendengar perkataan panjang dari Thea membuat Inara berpikir apa benar Davin mencintainya karena nafsu saja. Tapi bukannya Davin sudah sering menjelaskan kalau perasaannya itu bukan sekedar nafsu yang di bawa ketika malam keduanya berbuat dosa. Buktinya dia dan Davin belum pernah lagi melakukannya.
Satu pesan kembali masuk ke handphonenya membuat Inara kembali tersenyum dan mengacuhkan perkataan Thea. Bukan acuh sih lebih tepatnya tidak ambil pusing, saat ini Inara hangat ingin menjalankannya saja. Entah apa kedepannya yang penting saat ini detik ini Inara merasa happy dia tidak mau terlalu banyak berpikir yang ada malah jadi over thinking.
Inara sedang menunggu jam pulang ia sudah siap dari sepuluh menit yang lalu bahkan Zio terus saja geleng geleng kepala tidak abis pikir terhadap Inara yang kelakuannya hampir sama kaya abg jatuh cinta. Begitu jam lima pas Inara bergegas pulang tanpa basa basi, bibirnya terus saja tersenyum.
"Udah nunggu lama?" Tanya Inara ramah. Davin menggeleng.
"Nggak baru aja nyampe" Memasangkan helm pada Inara. Lalu melepaskan jaket yang sedang ia pakai.
"Pake ini ra dingin" Inara menolaknya.
"Pake sayang" Ucap Davin yang malah buat pipi Inara merah.
"Lo gimana?"
"Nggak papa gue kan kuat dingin"
"Dih" Cibir Inara lalu memakai jaket milik Davin.
"Bentar" Tahan Davin saat Inara akan menaiki motornya. Davin melihat Inara dari atas ke bawah seperti ada salah dengan Inara, sedangkan Inara yang di tatap seperti itu malah risih.
"Lo tiap hari kerja pake baju itu?"
"Kenapa emang salah?" Bukannya jawab Inara malah tanya balik.
"Salah"
"Paha lo keliatan, gue nggak mah ya aset gue di liat kesemua orang"
"Aset apaan sih?" Davin menarik pinggang Inara ke arahnya lalu membisikkan sesuatu.
"Kan semuanya yang ada di tubuh kamu milik aku, sebaliknya tubuh aku sekarang milik kamu" Bisik Davin yang malah membuat Inara merinding mendengarnya buru buru Inara mendorong tubuh Davin agar tidak terlalu dekat.
Davin tersenyum lalu melepaskan jaketnya yang tadi sudah di pakai Inara sempat bingung tapi ternyata Davin malah mengikatkan jaket tersebut ke pinggang Inara. Diam diam pipi Inara merah, kenapa sih nih satu berondong hobi banget buat dia malu malu kucing kaya gini.
"Ko kesini?" Ucap Inara heran, saat motor Davin terparkir di apartemen milik cowok itu bukan dj apartemen milik dia.
Davin tidak menjawab dia malah menarik Inara untuk masuk ke dalam dan pura pura tidak mendengar omelan dari Inara.
"Davin ih" Keluh Inara pasalnya Inara di bawa ke apartemennya tidak di apa apain eh maksudnya dia tidak di ajak ngobrol atau apa. Davin langsung merebahkan diri di sofa.
"Davin... "
"Apa sayang?"
"Ck.laper kamu nggak akan ajak aku makan apa"
Cup
Davin mengecup bibir Inara gemas ini yang lebih muda siapa dirinya atau Inara sih, kenapa Inara mendadak kaya anak kecil di tambah ada rengekan rengekan.
"Aku masak ya"
"Jangan kasih sianida" Tegur Inara setengah berteriak. Setelahnya perempuan itu kembali asik ke handphone scroll ig dan tiktok.
"Masih lama nggak sih?" Protes Inara.
"Sabar dong, orang Pribumi kalo lapar gini nih nggak bisa diem" Kali ini bukan Inara yang mengomel tapi Davin, yang malah di balas cibiran oleh Inara. Karena jenuh Inara kembali duduk di sofa tangannya sibuk memencet remot mengutak-atik mencari film yang bisa ia tonton.
Tidak lama akhirnya Davin datang dengan dua pasta di tangannya. Satu ia sodorkan ke Inara yang di balas mata bersinar melihat hasil masakan Davin yang cantik platingan Davin sudah seperti chef Professional.
Mereka makan dengan diam menikmati setiap suapan yang dibuat Davin. Inara heran kenapa cowok tengil macam Davin bisa membuat masakan seenak ini. Sedangkan dia sendiri yang notabene nya perempuan lebih suka memesan dari pada memasak sendiri.
Setelah selesai dengan makanannya. Keduanya memutuskan untuk menonton film. Sempat terjadi perselisihan Davin ingin menonton film berbau anime yang jelas Inara akan menolaknya mentah mentah. Alhasil Inara memilih film dengan asal. Awalnya mereka serius menonton film, bahkan Inara sendiri juga berpikir ini film biasa tentang seorang mafia ternyata di tengah adegan seorang pria dan perempuan tengah bercumbu tanpa sehelai benang.
Inara yang kaget langsung menutup matanya dengan tangan. Tapi diam diam dia juga ikut mengintip di sela tangannya. Berbeda dengan Inara Davin justru fokus menatap filmnya. Lama kelamaan badan Davin terasa panas dingin, sesuatu di bawah sana mulai berdiri. Apalagi ketika film memperlihatkan adegan si pria yang sedang menyedot gundukan bulat itu dengan rakus. Davin reflek melihat Inara.
Glek
Kemeja putih ketat memperlihatkan bentuk dari dua asetnya, lalu rok mini di atas lutut tentunya mengekspos seberapa mulusnya paha Inara.
"Ra" Panggil Davin, Inara yang di panggil reflek menengok. Tanpa aba aba Davin langsung menyambar bibir mungil Inara melumatnya dengan lembut tapi menuntut. Saking lembutnya Inara ikut terbuai dengan permainan Davin, Inara membalasnya perlahan. Keduanya asik saling lumat dan mengabsen seluruh isi mulut mereka. Cumbuan mereka terlepas ketika keduanya sudah kehabisan nafas.
"Ahk" Teriak Inara kaget ketika Davin tiba tiba mengangkatnya membawa dia ke kamar Davin.
Davin kembali mencium Inara, jika tadi ciuman Davin terasa lembut berbeda dengan sekarang, rakus dan menuntut Inara untuk membalasnya.
Jari jari itu dengan lihai membuka kancing demi kancing kemeja Inara. Ketiak terbuka Davin cukup kagum dengan isinya matanya sampai tidak bisa berkutik, dengan sedikit terburu buru Davin menarik bra Inara. Tidak Davin sia-siakan dia langsung meremas dan memasukannya ke mulut.
"Shhh Davin ahhh" Mendengar namanya di sebut dalam desahan Inara, Davin semakin semangat menjalankan aksinya. Tangan yang satunya tidak tinggal diam segera memainkan payudara milik inara satunya.
Inara sadar dengan apa yang di lakukan Davin tapi ini semua sudah terlanjur, dia sendiri juga menikmati semua sentuhan yang Davin berikan. Inara juga tidak takut dengan apa yang akan Davin lakukan selanjutnya, toh dia juga sudah tidak perawan dan Keperawanan juga di ambil berondong yang saat ini terus saja mencumbunya.
"Eunggg shhh"
Keduanya sudah naked, mata Davin sudah sangat satu dia benar benar tidak bisa menolak gejolak yang ada. Davin mendekatkan bibirnya pada Inara.
Cup. Satu buah kecupan tanpa lumatan.
"Can I?"
***
Welcome Back!!
Jujurly happy akhirnya aku bisa balik kesini dan Ngelanjutin ini. Setelah sekian abad aku perang batin anatarbdi langit atau nggak cerita ini. Malah aku mikir mau lanjutin cerita ini di lapak sebelah bukan di wattpad lagi.
Tapi Finally huhu.. Karena kalian banyak yg nanya kapan aku lanjutin cerita ini aku jadi ke motivasi lagi. Thank you buat kalian 💕