Keesokan malamnya, setelah membantu Mira memasak makan malam, Zuzu pergi ke kamar untuk mengecek handphonenya.
Ada lima panggilan tidak terjawab dan pesan yang dikirim dari nomor tidak dikenal. Zuzu dengan segera membuka pesan itu.
+62816*******
Kalau mau Alister selamat datang ke tempat yang gue kirim sekarang.
/Kirim lokasi
Jangan berani-berani bawa orang apalagi telpon polisi.
Zuzu hanya membaca pesan itu tanpa berniat membalas, dia segera izin pada orangtuanya dan pergi ke tempat yang orang itu kirim. Zuzu tak berpikir lebih jauh, bagaimana kalau itu sebuah jebakan?
Zuzu akhirnya sampai di tempat itu. Alamat yang dikirim berhenti di sebuah depan Vila. Handphone Zuzu berdering dan dia segera membukanya.
+62816*******
Pergi ke taman Vila
Setelah membaca pesan itu Zuzu meneliti sekitar. Bagaimana bisa orang itu bisa tau kalau ia datang? Zuzu semakin merasa was-was memberikan dirinya untuk pergi ke taman Vila.
Sampai di sana Zuzu tidak melihat apa-apa, hanya gelap yang menyambut Zuzu. Zuzu merasa semakin takut. Apa ia kembali aja ya?
Tak lama kemudian semua lampu menyala dan ada seseorang di sana. Dia Alister.
"Al, lo nggak apa-apa?" tanya Zuzu menghampiri Alister dengan rasa khawatir.
"Maaf. Gue baik-baik aja, sebenarnya ini rencananya teman-teman gue," jawab Alister.
"Nggak lucu bercandanya," ucap Zuzu. Marah? Tentu saja. Tapi kekhawatiran Zuzu pada Alister jauh lebih besar.
"Jangan marah dong. Gue mau mau ngomong sesuatu sama Lo," ucap Alister.
"Apa?"
Alister mengambil buket bunga yang ada di meja belakangnya.
"Gue nggak pandai menyusun kata-kata sebaik Goga dan tidak bisa romantis seperti Deo. Tapi, malam ini gue mau ngungkapin perasaan gue yang sebenarnya. Gue suka sama Lo. Apa Lo mau jadi pacar gue?" tanya Alister.
"Al, jujur gue juga sayang sama Lo. Tapi, sebelumnya gue minta maaf. Maaf gue nggak bisa nolak," jawab Zuzu.
"Jadi?"
"Iya, gue mau?"
"Mau apa?"
"Jadi pacar Lo."
Mendengar jawaban Zuzu Alister memeluk Zuzu erat lalu memberikan buket bungan yang dia bawa.
"Yeay!"
"Hore!"
Seru orang yang muncul dari tempat sembunyi mereka. Mereka adalah teman-teman Alister.
"Akhirnya pak ketu nggak jomblo," ucap Ben.
"Kita punya Bu ketu sekarang," tambah Milo.
Zuzu tanpa sadar meneteskan air mata terharu melihat bagaimana orang disekelilingnya menyayanginya.
"Kok nangis?" tanya Alister panik.
"Itu namanya terharu," jawab Melody ngegas.
"Makasih buat kalian semua. Malam ini, gue bahagia banget," ucap Zuzu.
"Sama, ini juga malam yang indah buat gue. Gue nggak akan pernah lupain malam ini," ujar Alister.
Handphone Alister berdering. Ternyata itu telepon dari mamanya.
"Halo, sayang," suara di seberang sana.
"Iya, ada apa ma?" tanya Alister.
"Ini mama sudah mau perjalanan pulang. Kira-kira besok pagi sudah sampai, besok jemput kita di bandara ya."
"Beneran? Besok aku jemput," ucap Alister merasa senang berkali-kali lipat.
"Besok mama udah pulang, jadi Lo pada bisa pergi dari rumah gue," ucap Alister.
"Kita diusir?" tanya Deo.
"Astaghfirullah, punya teman gini amat," ucap Goga.
"Tanpa Lo suruh kita juga mau pergi," ucap Ben.
"Bercanda kawan-kawan ku. Kalian boleh kapanpun tinggal di rumah gue. Yang penting besok antar gue buat jemput mama," ucap Alister.
"Siap pak ketu."
*****
Mereka sudah sampai di bandara untuk menjemput keluarga Alister. Mereka langsung ke ruang tunggu karena Nala, Ana dan Haris sudah menunggu di sana.
"Ini mau jemput atau mau perang?" tanya Haris melihat siapa saja yang menjemputnya.
Ada Alister, Zuzu, Milo, Goga, Ben, Deo dan Zio. Sedangkan Melody dan Lavender ada urusan yang membuat mereka berdua tidak ikut.
"Mau jemput lah, kan spesial," jawab Alister.
"Nala, udah ada calon kakak ipar," ucap Milo pada Nala.
"Loh, kamu udah ada pacar, sayang?" tanya Ana.
"Hehe, iya ma. Zuzu namanya," jawab Alister.
"Bener? Kaka Zuzu jadi kakak aku?" tanya Nala antusias.
"Iya sayang," jawab Zuzu tersenyum tipis.
Kini mereka sedang dalam perjalanan pulang. Ana, Nala dan Haris satu mobil dengan Alister dan Zuzu. Sedangkan yang lainnya pergi menggunakan motor.
"Berasa orang penting, pakai dikawal segala," ucap Ana.
"Kan kalian memang orang penting," jawab Alister apa adanya.
"Ceritain dong, kalian kok bisa pacaran?" tanya Ana. "Maaf kalau mama kepo, tapi mama pengen tau," lanjutnya.
"Nanti aja, masih ada anak kecil di sini," jawab Alister.
"Anak kecilnya Nala?" tanya Nala. "Nala udah gede tau," lanjutnya.
"Oh Nala udah gede? Jadi ayah yang anak kecil," jawab Alister.
"Nala marah sama Abang," ucap Nala lalu berpura-pura tidur.
"Aku salah?" tanya Alister.
"Enggak," jawab Zuzu.
"Nala udah tidur?" tanya Alister setelah tidak mendengarkan suara Nala.
"Udah," jawab Haris yang memangku Nala.
"Mama mau tau deh, awal kalian ketemu itu gimana sih?" tanya Ana mendadak ingin tahu.
"Pas aku baru sampai di Jakarta mau dicopet terus Al datang nolongin aku. Habis itu diantar pulang dan kebetulan rumah aku tempat nongkrong mereka," jawab Zuzu.
"Mama tau? Awak ketemu Zuzu, dia itu cuek banget," ucap Alister.
"Tapi kan sekarang kamu udah berhasil dapetin Zuzu," ucap Haris.
"Bener. Rugi banget orang-orang pada taunya Zuzu itu cuek padahal ramah banget," ucap Alister.
"Jadi kamu beruntung. Zuzu ramahnya pada orang terdekatnya aja," ucap Haris.
*****
"Welcome back," ucap Alister membuka pintu rumahnya.
Semuanya masuk rumah dan inti Artorius mengambil barang-barang mereka yang akan dibawa pulang.
"Mau pulang?" tanya Haris.
"Iya om, capek kita diusir terus sama Al," jawab Ben.
"Mana ada? Gue seneng tau kalian nginep di rumah gue," ucap Alister sedangkan yang lainnya menampilkan mimik seolah berkata 'najis'.
"Makasih ya udah mau nemenin Alister. Kapanpun kalian mau datang atau nginep lagi, rumah ini selalu terbuka untuk kalian," ucap Ana.
"Tante sebaik ini kok bisa punya anak kayak Alister sih?" tanya Milo heran.
"Suka banget menistakan ketua sendiri," ucap Zuzu membela Alister.
"Lupa pak ketu udah punya pawang," ucap Deo.
"Makanya Lo cari pawang juga jangan single terus," ucap Goga.
"Tahun ini gue single, mungkin taun depan gue bikin album," jawab Deo.
"Aamiin. Belajar dulu yang bener, kalau soal jodoh nggak akan kemana," ucap Ana.
"Gue tunggu Nala gede aja deh. Boleh kan Tan?" tanya Ben.
"Lo kayaknya udah nggak bisa tertolong," ucap Milo.
"Balik lagi sama yang tadi Tante bilang, nggak ada yang tau jodoh kita siapa nantinya," jawab Ana.
"Emang kalau Nala udah gede, kenapa?" tanya Nala.
"Bikin album bareng-bareng," jawab Ben.
"Sebentar, ada telepon," ucap Zuzu pamit mengangkat telepon dari Melody.
"Zu, sekarang Lo ada di mana?" tanya Melody dengan suara yang jelas terlihat sangat panik.
"Gue ada di rumahnya Alister. Ada apa? Suara Lo kok kayak panik banget gitu?" tanya Zuzu.
"Bokap Lo Zu, bokap Lo," ucap Melody.
"Kenapa? Ayah gue kenapa?" tanya Zuzu semakin dibuat penasaran dan panik.
"Om David kambuh sakitnya. Sekarang kita lagi perjalanan ke rumah sakit, Lo ke rumah sakit yang biasanya. Kita tunggu di sana," ucap Melody.
16-7-22