Hanya demi kekayaan, Mereka melupakan segala tata krama dan adab.
•••
Ekspresi gadis berumur 14 tahun itu mengerut suram. Bibirnya pun mengerucut saat melihat dengan mata kepalanya sendiri jika rumah kontrakan Arrio sangat berantakan selayaknya kapal pecah. Keningnya pun sampai berdenyut saking pusingnya melihat barang-barang tak sesuai tempatnya.
Sepasang sepatu yang tergeletak begitu saja di karpet merah, kaus kaki yang pasangannya entah kemana, baju kotor yang tergeletak di atas meja makan, dan bahkan cucian piring kotor menggunung di wastafel.
Keyra mengusap wajahnya kasar, "Ya Tuhan, punya Abang gini banget. Nggak bisa bersih-bersih apa gimana, sih!" Ia pun menggerutu kesal sembari membereskan segala kekacauan yang dilakukan kakak kesayangan sekaligus menurutnya menyebalkan.
"Ini apa-apaan coba," gadis berkuncir kuda itu pun mengambil beberapa lembar tisu yang berlendir dengan jijik. Ia mengamatinya sejenak sebelum akhirnya mengangkat kedua bahu acuh kemudian membuangnya ke tempat sampah. "Ih, jorok!"
Sampai akhirnya, Keyra menemukan sebuah foto. Di pinggirannya terukir nama panjang Arrio yang selalu membuatnya teringat akan fakta jika Ia sebenarnya masih mempunyai satu kakak laki-laki selain Arrio. Tepatnya adik kembar Arrio sendiri yang telah berpulang lebih cepat. Andra Sebastian Mahatma.
Entahlah. Kenangan Mereka bertiga seakan terlihat sebagai sebuah film yang ditonton di bioskop. Sebuah kisah yang tak nyata, walau sebenarnya itu bukanlah fiksi belaka. Arrio, Andra, dan Keyra. Mereka pernah memiliki bahagia sebelum direnggut paksa oleh keadaan. Hidup Mereka berubah 360°, kacau dan tak terarah.
Terkhususnya saat perceraian itu.
•••
Suasana di dalam ruang sidang Pengadilan Agama Jayapura begitu dingin. Di meja sisi kanan sudah ada Arhan dan sisi kiri diisi oleh Erika. Keduanya bahkan sepertinya tak sudi untuk saling bertatapan satu sama lain. Perasaan cinta seakan hanyalah sebuah candaan, karena nyatanya Mereka memutuskan untuk berpisah. Mengakhirinya di meja hijau dengan penuh pertimbangan.
Sang Panitera mulai mengumumkan kehadiran dua hakim anggota dan seorang hakim ketua yang memasuki ruangan dengan setelan hitam dan merah, "Majelis Hakim memasuki ruang sidang. Hadirin dimohon untuk berdiri."
Semua yang berada di ruang sidang pun berdiri, termasuk tiga anak yang berada di kursi para penonton sekaligus saksi bisu berpisahnya sepasang suami istri tersebut hari ini. Semua pun kembali duduk saat dipersilahkan untuk duduk kembali dan menonton dengan khidmat.
Hakim Ketua mulai bersuara dengan tegas dan lantang. "Bismillahirrahmanirrahim, Sidang Semu Pengadilan Negeri Jayapura yang mengadili perdata dalam tingkat pertama, Perkara Nomor 03441/Pdt. G/2013/PNJ, antara saudari Erika Hayena sebagai penggugat beserta kuasanya dan saudara Arhan Federix Mahatma sebagai tergugat, pada hari Senin tanggal 15 Maret 2013 dinyatakan dibuka!"
Ketukan palu yang berbunyi tiga kali menjadi penanda jika sidang resmi dilakukan. Petugas khusus pun meminta kedua belah pihak untuk memasuki ruangan. Terlebih dahulu Hakim Ketua menyapa Arhan yang minim ekspresi seakan kejadian ini bukanlah apa-apa untuknya. Sesekali Ia melirik sekilas wanita yang sebentar lagi akan menjadi mantan istrinya itu. Jujur saja ada keraguan yang terus menghantuinya. Namun ini harus dilakukan. Biarlah Ia mengorbankan perasaan Mereka demi nyawa.
Sejenak, sang Hakim Ketua dan Penggugat melakukan sapaan sebagai basa-basi. Keyra reflek mengeratkan cengkraman di baju Arrio. Laki-laki itupun menyadarinya. Ia pun menggenggam tangan Keyra erat, berusaha menguatkan adik kecilnya.
Hanya itu yang bisa Dia lakukan.
Hakim Ketua mulai memberikan pertanyaan untuk meyakinkan Erika dalam perceraian kali ini dengan bantuan Hakim Anggota 1 dan Hakim Anggota 2. Sesi perdamaian pun sudah dilakukan. Namun dapat semua orang lihat jika keyakinan keduanya untuk berpisah sudah bulat. Setelah majelis hakim berdiskusi sejenak, sang Hakim Ketua pun menghembuskan napas sebelum mengeluarkan keputusan.
"Baik kalau begitu. Karena usaha damai bagi kedua belah pihak tidak dapat ditempuh, maka dengan berbagai pertimbangan serta beberapa bukti serta latar belakang yang telah Kami terima, maka dipersilahkan untuk Penggugat serta Tergugat untuk menandatangani surat cerai di hadapan masing-masing."
Arrio hanya bisa mengatupkan bibir. Lidahnya bahkan terasa kelu untuk sekedar mengucapkan kalimat yang sedari tadi bersarang di otaknya. Sedangkan Keyra sibuk dengan pikirannya, masih berusaha mencerna kejadian ini. Perasaan keduanya berkecamuk.
Dengan tangan bergetar, Erika menandatangani kertas pernyataan tersebut. Dadanya serasa dipukul dengan godam tak kasat mata. Sedangkan Arhan hanya bisa menahan diri agar tidak merobek kertas yang ada di depan matanya.
Di kursi penonton paling depan, Ophelia dan Acasia tersenyum kemenangan. Mereka puas, tentu saja. Tujuan keduanya untuk memisahkan pasangan itu terwujud dengan sangat mudah. Di sisi lain, Stevanio melihat semuanya. Dari permainan kotor dan hal-hal memuakkan lainnya yang membuatnya jijik seketika. Rasanya Ia ingin kembali saja ke California tanpa berurusan dengan keluarga kakak dari ibunya.
Tapi sesuatu menahannya.
Menjadi pelindung bayangan untuk Arrio dan Keyra.
Hakim Ketua pun kembali berbicara. Ia menatap kedua pasangan itu. "Dengan ini saudara Arhan Federix Mahatma dan saudari Erika Hayena resmi bercerai. Untuk hak asuh sudah diputuskan akan dipegang sepenuhnya oleh Erika Hayena sebagai ibu kandung." Wanita itu menghentikan ucapannya sejenak, "Dengan ini, sidang semu dengan perkara Nomor 03441/Pdt. G/2013/ PNJ pada Senin 15 Maret 2013 resmi ditutup!"
•••
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan gadis remaja yang sedang menonton Televisi, tapi nyatanya perhatian Keyra malah beralih ke arah lain. Dia pun segera beranjak dari sofa dan kaki jenjangnya melangkah cepat ke ruang depan. Ia membuka pintu dengan perlahan.
Di hadapannya sudah ada Yuda yang menampilkan cengiran khas pada adik dari teman setongkrongannya. "Hai!" Sapanya dengan penuh semangat. Bagaimana tidak, Ia bisa berdekatan dengan adik perempuan Arrio yang sangat jarang untuk dibawa ke tomgkrongan saking posesifnya lelaki itu.
"Halo juga, Bang," balasnya seadanya.
Entahlah. Rasanya hari ini Ia begitu malas untuk menerima tamu, bahkan untuk sekedar teman kakaknya yang sifatnya sedikit gila. Bahkan Ia rasa Mereka semua otaknya tidak lurus, alias miring.
Yuda sedikit menundukkan kepalanya agar bisa melihat wajah Keyra dengan jelas, "Heh, kok lesu gitu? Bete karena nggak diajakin sama Arrio, ya? Emang, sih, tuh anak rada-rada. Udah tahu adeknya yang cantik ini bosen malah Lo nggak diajak." Ia terus mengoceh sok tahu.
Ingatkan Keyra untuk memecahkan kepala Yuda nanti.
"Bang, Abang ngapain di sini?"
Salah satu alis Yuda terangkat naik, "Kenapa? Nggak suka Gua di sini?"
Tanpa ragu Keyra mengangguk, "Iya. Aku ngantuk. Pengen tidur," jawabnya cepat.
Yuda menepuk dadanya kemudian berucap dramatis. "Jahat banget Lo, Key. Seenggaknya Lo nggak usah jujur gitu. Kasih alasan ngeles kayak mantan-mantan Gua gitu."
Ekspresi Keyra berubah datar, "Aku bukan betina-betina itu." Gadis itu pun mendengus, "Kalau nggak ada kepentingan mending Abang balik sana. Aku ngantuk. Assalamu'alaikum."
"L-LAH?! K-KEY JANGAN DITU-"
Brak
"-tup."