Tandai typo...
Satu vote kalian sangat berarti bagi author 😘😘
Happy reading!!!!
✧🦋✧
Sore ini Thea sedang mengerjakan tugasnya di ruang tengah bersama Erland, anak sulung Lion dan Lisa. Karena El ada tugas dengan teman-temannya, jadi Erland lah yang mengawasi Thea selama tiga hari kedepan.
"Kalau ada yang gak bisa, kamu bisa tanya sama Abang," ucap Erland dengan wajah datarnya.
Dari ke-enam cucu Eyang kakung, hanya Erland lah yang paling cuek dan dingin. Bahkan Om Lion pun sampai heran, menurun siapa sifat anak sulungnya itu.
"Bang Erland tuh sekolah jurusan management, mana mungkin aku tanya sama Abang soal animasi, yang ada malah disuruh buat proposal aku," gerutu Thea yang masih didengar jelas oleh Erland.
"Udah akh lebih baik aku suruh Delvin kesini aja, biar gak gabut," gumam Thea dengan tangan yang asik menari di layar ponsel.
"Kamu harus belajar move on dari Delvin mulai sekarang Ya', ingat, kamu itu sudah dijodohkan," ucap Erland yang mendengar gumaman Thea.
Erland, El dan Arshil memang mengetahui jika Thea sudah mempunyai pacar.
"Gak ada waktu," cetus Thea dengan wajah kesalnya.
Setelah mengabari Delvin untuk membuat tugas bersama dirumahnya, Thea kembali membuka laptopnya untuk membuka referensi.
Tak lama kemudian Delvin datang dengan membawa beberapa makanan untuk kekasihnya. Thea menyambut Delvin didepan pintu utama rumahnya dengan tersenyum manis.
"Ngapain bawa jajan sih Vin, orang dirumah juga ada jajan," ujar Thea.
"Biar kamu gak bosen belajarnya sayang," ucap Delvin dengan terkekeh.
Setelah berada diruang tengah, Delvin menyalami tangan Erland.
"Kalian belajar, jangan cuma pacaran saja, saya pantau," ucap Erland tiba-tiba membuat Thea tak suka melihatnya.
"Apasih bang, kayak orang mau ujian aja, segala ditungguin," ujarnya tak suka. Tanpa memperdulikan ucapan sepupunya, Erland kembali berkutat dengan laptop dan berkas dipangkuannya.
"Udah gak papa sayang," ujar Delvin menenangkan.
.....
Setelah belajar, kini Thea mengajak kekasihnya ditaman samping rumahnya. Awalnya Erland ingin mengikuti keduanya, namun Thea melarangnya karena itu akan membuat suasana menjadi canggung.
"Sebentar lagi kita lulus, kamu mau nerusin dimana sayang?" tanya Delvin membuka percakapan.
"Aku enggak tahu Vin," jawabnya lirih.
"Untuk yang terakhir kalinya aku mau tanya sama kamu Vin, plis jawab dengan jujur," ucap Thea dengan memandangi wajah tampan Delvin.
"Apa sayang?"
"Kamu gak akan ninggalin aku kan? apapun kondisi aku, kamu akan bertahan kan Vin?" tanya Thea dengan mata yang berkaca-kaca.
"Enggak akan sayang, lagian kamu nanyanya aneh-aneh banget"
"Kamu udah tanya sama akukan, sekarang aku yang tanya sama kamu. Kamu bisa jawab jujur kan sama aku," tanya Delvin dengan menggenggam kedua tangan Thea.
"I-iya," jawab Thea dengan ragu.
"Akhir-akhir ini aku sadar, kamu jadi sering melamun, kamu ada masalah apa? aku akan dengerin kamu, aku janji enggak akan ninggalin kamu"
Thea menunduk, ia takut jika ia menceritakan tentang perjodohannya Delvin akan pergi. Ia tahu lelaki mana yang mau kekasihnya nikah dengan orang lain. Tapi bolehkah Thea egois? Thea tak mau berpisah dengan Delvin. Baginya Delvin itu sudah seperti ayah disaat dia sedang membutuhkan kasih sayang atau nasehat. Baginya juga, Delvin bisa menjadi sosok kekasih dan sahabat diwaktu bersamaan. Delvin bahkan tak pernah marah saat ia dan Rafka sering satu team, dan berujung Rafka yang menjahilinya.
Delvin tak marah padanya, Delvin juga tak marah pada Rafka. Bagi Delvin itu hal yang wajar saat dalam masa sekolah.
Terkadang Delvin juga menasihatinya untuk tidak terlalu memperdulikan Rafka. Karena jika dibalas Rafka akan semakin menjahilinya.
Kadang Thea bingung, kenapa seolah-olah Delvin itu lebih membela Rafka dari pada dirinya yang kekasihnya.
"Kenapa sayang hmm?" tanya Delvin sekali lagi, karena Thea hanya diam menunduk.
"Kamu suka Rafka yah!" tuduh Thea tiba-tiba dengan mata yang memerah.
"Sayang kamu ngomong apa sih," ujar Delvin dengan terkekeh.
Ini bukan pertama kalinya Thea menuduhnya suka dengan Rafka. Setiap Delvin menasihati Thea tentang Rafka, Thea selalu menuduhnya jika ia menyukai Rafka, karena selalu tak marah pada Rafka saat Rafka menjahilinya.
"Setiap aku inget kamu ngebela Rafka aku jadi semakin kesel! Rafka juga gitu, setiap ada kamu dia sok-sokan deket sama aku," ujar Thea dengan mengeluarkan unek-uneknya.
"Kenapa jadi bahas Rafka sih sayang? lagian Rafka itu memang kayak gitu, jadi biarin aja, nanti kalau udah capek juga berhenti sendiri gangguin kamu. Yang penting dia gak ngelukain kamu aja, kalau sampai dia nyakitin kamu, aku orang pertama yang akan pukuli dia habis-habisan," ujar Delvin panjang lebar.
"Bohong! nyatanya kamu gak pernah tuh mukul Rafka, kalau dia jahilin aku," cetusnya dengan memalingkan wajahnya kesamping.
"Kan Rafka enggak pernah sakitin kamu sayang, udah akh gak usah bahas Rafka terus. Kan niatnya ke taman mau happy," lerai Delvin kala Thea ingin membalasnya.
"Ouh iya pertanyaan akukan tadi belum kamu jawab," celetuk Delvin tiba-tiba, membuat Thea panik sendiri.
"Apa?"
"Akhir-akhir ini kamu ada masalah? coba cerita sama aku," tanya Delvin ulang.
"Aku takut kamu pergi," cicit Thea kala Delvin terus menatapnya.
"Karena?"
"Tapi janji setelah kamu dengar penjelasan aku, kamu gak akan ninggalin aku gitu aja," ucap Thea dengan menunjukkan puppy eyesnya.
"Iya sayang, asal hati kamu masih buat aku, aku gak akan pergi." Jawaban Delvin membuat Thea lagi dan lagi merasakan takut kehilangan kekasihnya itu.
"Papi mau jodohin aku," ucap Thea dengan air mata yang mengalir. Tanpa bisa dicegah, air matanya turun begitu saja.
"Kamu gak lagi bercanda kan sayang?" tanya Delvin memastikan.
"Enggak Vin..." jawabnya dengan masih menunduk. Takut jika Delvin berubah, dan malah menjauhinya.
"Sama siapa?" tanya Delvin dengan suara yang bergetar.
Thea menggelengkan kepalanya, karena ia memang belum tahu soal calonnya, ia hanya tahu akan dijodohkan saja.
"Lalu kamu mau?" tanya Delvin dengan menatap rambut kekasihnya, karena wajah Thea masih menunduk.
Thea menggelengkan kepalanya pelan, "tapi aku gak bisa nolak, aku gak mau, tapi gak tahu caranya gimana. Aku udah bilang ke Papi berkali-kali, tapi kata Papi..itu permintaan terakhir Mami," cicit Thea pelan.
"Terus sekarang mau kamu apa?"
"Aku masih sayang sama kamu," cicit Thea lagi.
"Aku akan hargai apapun keputusan kamu Ya'," ucap Delvin dengan menunduk pasrah. Ia mengacak rambutnya asal, ingin marah namun ia tak tega untuk memarahi kekasihnya itu.
"Tapi aku masih cinta sama kamu Vin," ujar Thea dengan memeluk Delvin dari samping.
"Aku mohon, jangan tinggalin aku Vin. Kamu tadi udah janji.." ujar Thea dengan sesenggukan.
"Kalau kamu emang gak bisa nolak, kamu harus ikhlasin aku Ya'. Buat apa kita masih berhubungan kalau pada akhirnya kita gak bisa bersama"
Thea tahu, Delvin kecewa. Dari cara bicaranya yang biasanya memanggil dirinya 'sayang' sekarang menjadi menyebut namanya.
"Udah aku duga reaksi kamu Vin, padahal aku bilang gitu berharap kamu nenangin aku atau kalau enggak ngebantu agar perjodohan ini batal. Tapi nyatanya kamu dengan gampang bilang ikhlasin! aku jadi ragu kalau kamu itu beneran sayang sama aku." Bukannya membujuk Delvin, Thea justru balik memarahi Delvin.
Terlihat sekali dari wajahnya yang memerah karena marah, Thea bahkan dengan kasar menghempaskan gelang pemberian dari Delvin ke tanah, sampai pergelangan tangannya lecet terkena gelang.
"Sa-"
Srett
Dengan paksa Thea menarik kalung dari lehernya, karena kalung itu juga pemberian dari Delvin di awal mereka pacaran.
"Semua keputusan ada di lo!" Dengan wajah marahnya Thea mengatakan dengan menunjuk Delvin dengan tajam.
"Ya' leher-"
"Gak usah sok perduli," sela Thea dengan menatap tajam Delvin.
Baru juga Delvin ingin memeluk tubuh Thea, kekasihnya itu sudah masuk rumah dengan kondisi yang bisa dikatakan tidak baik-baik saja.
Leher dan pergelangan tangan yang tergores karena gelang dan kalung pemberiannya.
Seharusnya ia tidak mengatakan begitu disaat Thea benar-benar sedang down. Seharusnya ia pergi dengan perlahan tanpa membuat Thea merasakan sakit.
Jika dilihat di sini memang Thea yang egois, tapi Delvin tahu kenapa kekasihnya bisa seegois ini. Seharusnya ia bisa lebih perhatian arghh.
Kenapa ia sangat ceroboh sekali pikir Delvin yang masih saja menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi di hubungan mereka.
Sedangkan di atas sana Thea mengguyur tubuhnya dibawah shower.
Ia meringis pelan kala luka tangan serta lehernya terkena air. Namun itu belum seberapa dengan sakit dihatinya.
"Seharusnya gue gak kayak gitu sama Delvin," gumam Thea setelah menyadari sikapnya tadi kepada Delvin.
"Kenapa malah gue marah sama Delvin, padahal Delvin juga sama kecewanya," racau Thea dengan memukul kepalanya pelan.
"Arghh Thea goblok! seharusnya lo bisa kendaliin emosi"
Thea terus meracau menyalahkan dirinya karena sikapnya tadi. Karena capek akhirnya Thea memutuskan untuk berendam di bathtub menghilangkan rasa penatnya.
"Aku masih sayang sama kamu Vin"
✧🦋✧
Aksa Delvin Saveron
Arfaaz Rafka Fakheer
Hay gays gimana sama part ini?
Jangan lupa tinggalkan jejak vote and comen!!
Follow juga akun Author 🤗
See u next part bye bye 😘👋