Tentang Waktu

By nitz89

16 10 2

Kata orang, waktu akan membuat kita lupa? Bertahun aku menyimpan rasa dan bertahun juga aku berusaha tidak me... More

Mimpi
Muncul Bersamaan
Kembali Bertemu
Hari Bersamanya

Kenyataannya

0 0 0
By nitz89

"Maudy," panggilku pada gadis di sebelah ku yang berubah menjadi pendiam sejak kami meninggalkan restoran tadi.

"Aku mau cerita tentang Rila, kamu mau dengerin kan?"

Dia menatapku. Akhirnya aku berhasil mendapatkan perhatian nya lagi. Tak apalah ku ceritakan saja tentang masa lalu ku itu. Cepat atau lambat dia harus mengetahui nya.

Aku melirik jam tanganku, masih banyak waktu. Ku tepikan mobil di tempat yang tidak terlalu ramai.

"Kenapa berhenti Bim?"

"Gapapa, biar fokus aja ceritanya," jawabku.

Maudy hanya mengangguk paham.

Aku pun menceritakan kejadian 2 tahun yang lalu.

Saat aku masih menjadi mahasiswa di sebuah kampus negeri di Bali.

Hari-hariku berjalan seperti biasa. Kegagalan tahun lalu saat tes penerimaan Taruna karena kurang umur membuat ku memilih untuk berkuliah terlebih dahulu.

Aku memilih jurusan Olahraga. Ya, kupikir aku akan tetap bisa menjaga kondisi fisik ku untuk seleksi Taruna tahun depan sambil menuntut ilmu di jurusan ini.

Sampai gadis itu muncul lagi. Rila namanya. 

Dia adalah salah satu adik kelas saat SMA. Dulu dia pernah mendekati ku saat sekolah. Aku tak pernah memperdulikan nya. Karena aku memang tidak punya rasa untuk nya.

Rila adalah seorang gadis yang cantik dan cukup populer di sekolah. Aku pun tak habis pikir kenapa dia bisa tertarik padaku.

Yang aku tidak tahu ternyata ia juga sangat keras kepala. 

Malam itu aku menghabiskan waktu dengan belajar di kamar kostku.

Sudah semingguan ini Rila terus mengirimiku pesan. Entah darimana ia mendapat nomor ponselku. Berkata kalau ia rindu dan ingin bertemu. Aku hanya sekali membalas pesannya agar ia tidak menggangguku lagi. Karena aku ingin fokus belajar untuk seleksi nanti. 

Tiba-tiba ada yang menelpon. Rila.

Aku sebenarnya malas bicara dengannya. Tapi dia menelpon berkali-kali. Jadi aku pun mengangkat nya.

"Halo,"

"Mas Bima, aku ada di depan kostmu." Katanya yang tentu saja membuat ku terkejut.

"Kamu ngapain malam-malam kesini? Kenapa kamu tau alamat ku?"

"Aku pengen ketemu kamu Mas, aku tunggu. Aku ga akan pulang sampai Mas mau ketemu aku." Ujarnya sambil menutup telepon.

Aku melihat jam di ponselku. Kenapa malam-malam begini dia berani datang kesini. Kota ini terlalu jauh dari wilayah rumah kami. Aku memijit kepala ku yang tiba-tiba terasa sakit.

"Ada apa malam-malam gini La? Kamu kesini sama siapa? Kok nekat banget? Aku kan sudah bilang ga usah cari aku lagi!" Omel ku pada gadis itu. Pada akhirnya aku memutuskan untuk menemui nya. Hanya sebagai seorang kakak kelas yang mengkhawatirkan adik kelas nya.

Kulihat ia tersenyum senang melihat ku.

"Aku kangen Mas Bima. SMS ku kenapa ga pernah dibalas. Aku jadi harus jauh-jauh kesini kan?" Ujarnya manja.

Itu salah satu alasan aku tak bisa menyukainya. 

"Sekarang sudah lihat, aku sehat-sehat aja disini. Jadi kamu bisa pulang sekarang." Kataku tegas.

"Aku ga mau pulang. Aku nginep di kost saudara aku di dekat sini. Besok aku datang lagi ya," balasnya yang membuat ku bertambah bingung.

"Rila, kamu itu.. Aku ga mau dan ga bisa ketemu kamu lagi. Besok pagi lebih baik kamu pulang dan jangan ganggu aku lagi."

"Loh kenapa? Mas Bima juga ga punya pacar kan? Kenapa sih kamu nolak aku terus? Aku sayang sama kamu mas!" Rila mulai menangis.

"Sayangnya aku tidak." Aku memutuskan meninggalkan nya begitu saja malam itu.

Esok paginya Rila benar-benar menungguku lagi.

"Kamu belum pulang juga?" Tanyaku keheranan.

"Aku ga akan pulang, sampai Mas Bima mau jadi pacar aku." Jawabnya sambil mencoba meraih tanganku.

Aku menepisnya sambil berkata,

"Kamu ga bisa ngancam aku La. Sudah kamu pulang sekarang. Aku lagi buru-buru mau kuliah."

Rila tiba-tiba menggenggam lengan ku kuat-kuat.

"Pokoknya Mas Bima harus jadi pacarku kalau ga aku teriak disini."

Aku terpana saat Ia benar-benar berteriak kencang memancing perhatian orang-orang sekitar.

Aku langsung menutup mulutnya dan membuat sebuah keputusan yang benar-benar bodoh.

"Stop La! Ok aku jadi pacar kamu. Sekarang berhenti bertingkah seperti gadis gila. Kamu harus pulang hari ini!"

Dia langsung tersenyum bahagia dan memelukku. Aku benar-benar muak dengannya.

Buru-buru ku lepas lengannya yang melingkar di pinggangku.

"Ok aku pulang sekarang. Mas Bima jangan nakal ya! Kalau aku kirim SMS harus dibalas." Pintanya.

Aku hanya mengangguk dan menyuruhnya untuk segera pergi. Saat itu yang kupikirkan hanya agar bisa segera terbebas darinya dan bergegas pergi ke kampus. Entah bagaimana nanti. Akan ku pikirkan lagi.

Hubungan tidak sehat itu bertahan kira-kira selama 2 atau 3 bulan. Aku tak ingat pasti.

Selama masa itu Rila sering sekali mengunjungi kota tempatku kuliah. Ia sering memaksa ku untuk menemaninya makan siang atau jalan-jalan. Saat seperti itu teman-temanku mulai mengetahui hubungan kami. Karena Rila dengan percaya diri memperkenalkan dirinya sebagai pacar ku saat kami bertemu teman kampus ku.

Aku masih ingat betapa marahnya Inda - sahabat Maudy yang juga sekampus dengan ku, saat ia tahu tentang Rila.

"Padahal aku percaya sama kamu Bim. Dulu kamu bilang nunggu waktu yang tepat untuk jujur! Katamu kamu akan fokus untuk lulus jadi Taruna! Lalu ini apa? Aku ga akan biarin Maudy terus-terusan mikirin kamu." 

Aku terdiam memikirkan perkataan Inda yang langsung pergi meninggalkan ku sendiri. Iya, aku harus kembali fokus pada tujuan awal ku. Saat itu juga aku menghubungi Rila, aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan nya. Aku minta dia untuk tidak mencari ku lagi karena aku bahkan tidak punya rasa sedikit pun untuknya. Aku jujur mengatakan kalau aku terpaksa dan aku  menyimpan rasa suka untuk orang lain.

Aneh nya saat itu Rila tidak lagi memaksakan kehendaknya, dia melepas ku. Aku lega walaupun sedikit heran. Mungkin dia sudah tidak tahan dengan perlakuan ku yang agak kejam. Aku tak pernah menanyakan kabarnya duluan. Pun aku tak pernah pulang ke kota kami untuk mengunjunginya. Selalu dia yang datang kesini. 

Setelah itu aku pun bisa fokus kembali untuk belajar sampai akhirnya impian ku terwujud.

Dan sekarang aku bisa duduk di samping gadis yang selama ini selalu memenuhi hati dan pikiran ku.

Aku menyudahi kisahku dan mendapati wajah Maudy yang terlihat menahan tawa.

"Ini beneran kejadian Bim? Kupikir cerita kayak gini cuma ada di drama Korea." Ujarnya sambil tersenyum geli.

"Masak aku ngarang sih Mod? Kalau kamu ga percaya kamu bisa nanya Dika sekarang juga, dulu Dika kost di tempat yang sama dengan ku." kataku sambil menyodorkan ponsel padanya.

"Ok, ok, aku percaya." Jawabnya sambil terus tersenyum.

Aku mengerutkan kening sambil berkata

"Terserah kamu percaya atau ga. Yang jelas sudah kuceritakan semuanya. Aku antar kamu pulang sekarang ya,"

Aku melihat nya mengangguk. Ku nyalakan mesin mobil dan meneruskan perjalanan kami.

"Thanks Bim," kata Maudy saat aku membukakan pintu mobil untuknya sesampainya kami di kost Maudy.

"Maudy!" Terdengar sebuah suara memanggilnya. Kulihat sosok lelaki seumuran kami turun dari motor yang terparkir di depan gerbang kost dan berjalan mendekati Maudy dan aku.

"Odi? Ngapain kamu disini malam-malam gini?" Tanya Maudy yang terdengar kaget.

"Aku nungguin kamu dari tadi. Kenapa SMS ku ga dibales? Telpon juga ga diangkat." Jawabnya.

"Kamu siapa?" Tanyanya tiba-tiba sambil menatap ku.

"Saya Bima, teman sekolah Maudy di Bali dulu." Aku mengangsurkan tangan ke arah nya, yang ternyata tidak mendapat sambutan balik.

"Cuma teman kan? Abang taruna ya?"

Aku menarik tangan ku dan hanya mengangguk mendengar pertanyaan nya.

Aku berbalik dan berpamitan pada Maudy, "Seperti nya teman kamu mau bicara sama kamu Mod, aku pulang dulu ya."

"Dia adik tingkat jurusanku, emang agak ga sopan, ga pernah mau manggil aku Kak atau Mbak," ujarnya sambil memelototi lelaki di hadapan kami.

"Besok kabari aku kalau acara kamu sudah selesai, nanti aku jemput." 

"Ok Bima, hati-hati ya. Kabarin kalau sudah sampai," kata Maudy sambil tersenyum.

"Iya pasti," jawabku balas tersenyum.

Aku mengangguk singkat pada orang di samping Maudy, sambil berjalan masuk ke mobil.

Kulihat dari kaca spion, Maudy melambaikan tangannya.

Entah kenapa aku merasa tidak tenang melihat lelaki itu ada di dekatnya.

Continue Reading

You'll Also Like

52.7K 1.5K 60
Semuanya berawal ketika Zeandra dipindah tugaskan ke Bandung, yang mengubah kehidupannya secara drastis. Hidupnya menjadi sangat epik ketika ia harus...
2.2M 232K 52
Ini tentang Ruby Armila, selebritis yang terbiasa memerankan peran antagonis licik hingga dibenci betulan di dunia nyata. Dia diputusi oleh Davin--ke...
234K 15.5K 46
Kehidupan setelah menikah itu benar-benar tidak bisa ditebak. Bahkan pasangan suami istri yang sebelumnya telah menjalin hubungan lama pun, bisa saja...
2.1M 86.1K 48
"Jalang sepertimu tidak pantas menjadi istriku, apalagi sampai melahirkan keturunanku!" Bella hanya menganggap angin lalu ucapan suaminya, ia sudah...