Happy reading ~~
Jeno tidak bisa fokus dengan apa yang sedang ia lakukan saat ini. Dia sedang ada di kantor, tapi tidak dengan pikirannya. Yang justru tengah gundah memikirkan belahan jiwanya.
Tidak, Jaemin-nya sedang tidak ngambek atau mendiamkannya lagi. Hanya hati Jeno saja yang tidak tenang karena memikirkan perasaan Jaemin terhadapnya. Jeno bukannya ragu, dia hanya terlalu takut. Bagaimana jika pada akhirnya Jaeminnya lah yang meragukannya dan memilih untuk pergi? Tentu saja Jeno tidak ingin itu terjadi.
Dari awal, Jaemin memang selalu menerima dan menyambut dengan baik perasaannya dan semua afeksi yang ia berikan. Jaemin sama sekali tidak menolak. Bahkan pernyataan cinta yang selalu ia lontarkan pun tak jarang selalu mendapat balasan. Yang artinya, Jaemin pun merasakan hal yang sama dengannya.
Yang membuat Jeno selalu merasa resah adalah, Jaeminnya yang kadang tidak pernah terbuka akan masa lalunya. Maksudnya, Jeno tidak sedang mempermasalahkan bagaimana Jaemin dengan masa lalunya tersebut. Bukan itu yang membuat Jeno gundah. Tapi saat di mana Jeno dengan sangat serius meminta Jaemin untuk seutuhnya menjadi miliknya, dalam artian menikah. Jawaban Jaemin selalu belum siap, seakan-akan masa lalunya itu terus saja menghantui. Itu yang kadang membuat Jeno penasaran, sebenarnya apa yang terjadi dengan kisah Jaemin di saat lalu? Rasa sakit dan kecewa yang seperti apa yang Jaemin alami. Bukan maksud apa, Jeno hanya ingin menjadi obat dan penyembuh atas semua rasa sakit dan kecewa yang Jaemin rasakan. Tapi dia bahkan tidak tahu secara detail yang terjadi pada Jaemin-nya karena Jaemin tidak pernah menceritakan soal itu. Sementara Jeno juga tidak bisa meminta Jaemin untuk menceritakannya disaat Jaemin sendiri tidak ingin.
Tok...tok...tok
Suara ketukan pintu berhasil menyadarkan Jeno dari lamunannya. Ia pun berusaha mengatur nafasnya dan menenangkan hati dan pikirannya.
"Masuk."
Jeno melirik sekilas orang yang baru saja masuk ke ruangannya itu. Yah, ternyata Hyunjin. Dia pikir siapa.
"Ada apa?" Tanya Jeno karena Hyunjin tak kunjung bersuara.
"Itu...anu Jen-," dari nadanya, jelas sekali jika Hyunjin sedang ragu untuk mengatakan sesuatu kepada Jeno.
"Ck, anu lo kenapa?"
"Haisshh..itu di luar ada--
"Ada siapa? Lama lo! Tinggal bilang juga."
"Hmm...di luar ada perempuan yang mau ketemu lo."
"Siapa? Chaeyoung?"
"Bukan mantan istri lo."
"Terus?"
"Perempuan yang deketin lo pas masih di Bali."
Kening Jeno langsung mengernyit. Mengingat siapa yang dimaksud Hyunjin. Ya, pasalnya banyak sekali perempuan yang berusaha mendekatinya saat masih di Bali. Tak perduli dengan status Jeno yang masih menikah atau pun sudah bercerai.
"Gue gak inget. Terus, ngapain dia di sini?"
"Ya mana gue tau! Dia bilang mau ketemu lo."
"Tch, gue gak ada urusan sama dia. Bilang aja gue sibuk, dan gak bisa nemuin siapa pun."
"Udah gue bilang gitu. Tapi dia tetep maksa Jen."
"Ya lo bilang apa kek, gue gak mau ketemu dia atau siapa pun yang gak ada urusan sama gue!"
"Ck, Tapi-
Brakkk
Belum sempat Hyunjin menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba ada yang membuka pintu secara paksa. Tentu saja Hyunjin dan Jeno terkejut dan langsung mengarahkan fokusnya ke orang itu. Jeno bersiap membentak siapa pun yang berani masuk seenaknya seperti itu ke ruangannya.
"Kamu?!"
🌱🌱🌱
Jaemin lagi sibuk ngerjain sesuatu di ruangannya saat hp nya bergetar beberapa kali, mengganggu konsentrasinya.
Jeno gak mungkin menghubunginya jam segini. Dia juga pasti lagi sibuk.
Jaemin baru melihat layar hp saat benda itu kembali menyala dan bergetar.
"Soobin? tumben."
Yah, jarang sekali bahkan hampir gak pernah Soobin menghubungi Jaemin.
Jaemin pun menunda pekerjaan nya dan mengangkat telpon dari Soobin terlebih dahulu.
"Halo, Bin?"
"Eh, halo Na. Sibuk ya?"
"Mmm...lumayan. Kenapa?"
"Yah, ini kita lagi ngumpul. Mau ngajak lo join tadinya."
"Hm? siapa aja?"
"Ada Yangyang, Felix, Ryujin, Yeji, Giselle, Shotaro, Haechan juga ada nih, baru dateng."
"Haechan di sana?"
"Ho'oh. Ayolah, lo juga join."
"Wah, rame ya?"
"Makanya."
"Di mana tepatnya itu?"
"Di restoran RJ."
"Ahh...oke deh, gue nyusul."
"Beneran?
"Iya."
"Oke, gue tutup ya. Hati-hati di jalannya."
"Hahaha...iya, kakak ipar."
"Sialan lo."
"Hahaha..."
Setelah sambungan telponnya terputus, Jaemin segera merapihkan mejanya dan bergegas keluar. Masih ada kerjaan sebenarnya, tapi tak apa, bisa dilanjutkan nanti. Toh, tidak sedang terburu-buru juga. Jaemin memilih bertemu dengan teman-temannya terlebih dahulu. Jarang-jarang kan bisa ngumpul lagi kaya gitu. Dan udah lama juga Jaemin gak ketemu temen-temennya. Terakhir mungkin saat pernikahan Guanlin sama Renjun, itu juga gak semua temen-temen yang disebut Soobin dateng, jadi yah kapan lagi?
Restoran RJ itu restoran punya Soekjin, mommynya Soobin. Hanya butuh waktu kurang dari setengah jam untuk sampai di sana dari kafenya Jaemin.
"Nah, itu dia Nana."
Perempuan cantik berambut sebahu memberi tahu yang lain jika Jaemin sudah datang. Dia Yeji.
"Woaaahh...gue pikir lo sibuk Na?" Perempuan di sampingnya menimpali. Kalo ini Ryujin.
"Emang. Tapi berhubung kakak ipar gue yang ngabarin gue langsung, ya gue gak enak nolak."
"Hahaha...sa aja lo!"
"Gak nyangka Soobin bakal jadi kakak iparnya Nana." Kata Shotaro
"Dari temen jadi adek ipar ya Bin?" Timpal Yangyang
"Antara abang gue yang pedo atau emang Soobinnya yang demen model hot Daddy macem Abang gue," ucap Jaemin
"Haha...anjir, Nana gue ngakak." Ryujin sama Yeji udah ketawa aja.
"Gak setua itu kali Na, abang lo." Haechan nyaut.
"Abang lo nya yang pedo, Na. Gue kan gak suka awalnya." Kata Soobin membela diri.
"Iya, tapi ujung-ujungnya demen juga lo, Bin." Tukas Giselle.
"Dipaksa."
"Hahaha...btw, ini siapa yang ngide pada ngumpul di sini?" Tanya Jaemin
"Gue sama Yeji sih. Kangen aja sama kalian. Jadi gue pikir buat ketemu di sini. Yah, berhubung di antara kalian semua, yang kontaknya masih bisa gue hubungi cuman Soobin, ya udah gue ngabarinnya Soobin aja. Nyuruh dia buat ngabarin kalian." Ryujin menjelaskan.
"Iya. Kalian pada kompak banget pada ganti nomer," timpal Yeji.
"Mmm... ngomong-ngomong ini si Karina gak dateng?" Tanya Haechan karena setahu dia, Giselle tetanggan sama Karina.
"Kaga. Tadi sih dia bilangnya sibuk," kata Giselle.
"Hmm..Sel, makin cakep ya gue liat-liat." Jaemin nyeletuk saat gak sengaja merhatiin Giselle.
"Na, lo muji apa ngehina sih?" Kata Giselle sedikit ketus.
"Dih, haha...ya muji lah oneng!"
"Udah, nanti kejadian pas kita kelas 2 SMA ke ulang lagi," kata Felix mengingatkan.
"Hahaha..."
"Tawa lo Na!"
"Oiya Chan, lo boleh keluar nih?" Kini perhatian beralih ke Haechan.
"Gue udah mendingan kok, gak mual-mual lagi. So, yeah...gue bisa keluar sekarang."
"Ini si Renjun juga lagi bulan madu ya katanya?" Sambung Ryujin
"He'em." Jaemin yang jawab.
"Kalian pas Renjun nikah pada dateng kan?" Tanya Soobin mastiin.
"Gue nggak." Kata Ryujin.
"Sama, gue juga kaga. Sodara lo jahat banget, Na. Masa gue gak diundang? ya gue gak tau lah." Lanjutnya.
"Bener Ryu, Ji, kalian gak diundang?" Haechan baru tahu.
"Beneran!"
"Padahal gue yang nyetak tuh undangan. Kok gak ada nama kalian ya?"
"Woaaahh...jadi elo nih Na gara-garanya."
"Hehehe... sorry-sorry, kelewat mungkin."
"Permisi...," pelayan datang membawa makanan yang tadi sudah dipesen.
"Mbak, minumnya nambah satu lagi ya, Na minum apa?" tanya Soobin
"Air putih aja deh."
"Serius Na, air putih doang?"
"Iya. Air putih dingin, pake es boleh deh. Terus dikasih potongan lemon sama gula dikit aja."
"Itu mah bukan air putih doang dong Nana!" Yangyang ngegas jadinya.
"Hahaha..ya tapi tetep air putih kan?"
"Suka-suka lo aja deh Na." Timpal Felix
"Ya udah mbak, itu ya tadi."
"Oh, iya ditunggu."
🌱🌱🌱
Mereka semua masih lagi ngobrol masalah random selepas makan. Pas masih sekolah dulu, mereka gak seakrab ini padahal. Ya kaya temen pada umumnya aja. Tapi pas udah lulus, dan jarang ketemu, mereka malah kaya temen akrab banget kalo ketemu.
Dari semuanya, yang pernah satu kampus itu Jaemin, Haechan, Renjun, Felix, Yangyang, Shotaro, Ryujin dan Giselle. Sementara yang lain itu beda kampus. Soobin meski beda kampus, ya namanya juga udah jodoh kali ya sama Yoenjun terlebih orang tua mereka juga deket jadi ya sesekali ketemu dan ngumpul bareng Jaemin, Haechan sama Renjun. Kalo yang lainnya mah gak pernah kecuali direncanain dulu kaya gini baru bisa ketemu. Nah, satu lagi temen mereka yaitu Karina. Dia satu kampusnya sama Soobin. Tapi denger-denger sih cuman satu semester doang, katanya habis itu dia pindah gak tahu ke mana. Tapi komunikasi masih suka kalo sama Giselle sama Ryujin dan Yeji.
Eh, pas lagi asik-asik ngobrol, hp Jaemin geter.
"Jam berapa sekarang?"
"11.45."
"Ngapa lo Na nanyain jam?"
"Gak papa."
"Woah, roman-romannya Nana mau nyusul Renjun sama Haechan lagi nih?"
"Jangan dulu lah Na, kita-kita aja belum. Masa lo mau dua kali sendiri?"
"Hahaha... tenang-tenang, gue masih nemenin kalian kok para jomblo."
"Ya gak jomblo juga, gue ada doi btw."
"Wih, Ryujin punya pacar? cewek-cowok pacarnya Ryu?"
"Noh, di sampingnya."
"Yeji?"
"Kalian...
"Kenapa? kok kaget?"
"Hahaha...kaga, syukur deh kalo Ryujin sama Yeji. Gak bisa aja gue ngebayanginnya kalo Ryujin sama cowok."
"Kenapa Chan?"
"Kalah maco cowoknya."
"Hahaha...."
"Kalo kalian bertiga gimana? Shotaro, Felix, sama Giselle."
"Gue masih jomblo! puas lo?!"
"Dih, ya b aja kali Sel, ngegas ya. Haha..."
"Sel, jangan bilang lo belum move on?"
"Na, gimana tuh anak orang lo bikin gamon?!"
"Tch, apaan sih kaga ya anjir. Gue udah lama sadar diri."
"Hahaha...ya udah lo sama Karina aja biar kaya Ryujin sama Yeji. Ya gak?"
"Idiihh...maaf, gue masih suka pisang btw."
"Si Karina terakhir kali gue tahu pacaran sama duda tuh dia." Cetus Yeji.
"Serius Ji?" Felix sama Yangyang terkejut. Yah, semuanya sih kecuali Ryujin, Yeji, sama Giselle.
"Emang udah jadian? Setahu aku dia masih lagi ngedeketin tuh duda deh," kata Ryujin.
"Hm, seleranya oke juga ya si Karina. Sama duda cuy," jail Soobin.
"Ekhem! Maaf, bukannya apa tapi di sini juga ada duda btw."
"Ryujin!" Yeji menegur kekasihnya.
Yah, tahu lah ya siapa yang dimaksud.
"Santai aja," Jaemin berucap tenang.
"Hmmm...ya kalo dudanya modelan Nana sih ya gak masalah. Ya kan Sel?"
"Apaan dah, gue mulu yang kena," Giselle risih tentu saja.
"Ya, setahu gue sih katanya si Karinanya ini mah. Dia masih muda juga kok, ya beda tipis lah umurnya sama kita. Ganteng, terus udah punya anak satu."
"Gue pikir duda yang dimaksud Karina orangnya udah tua."
"Ya kali, si Karina juga gak mungkin suka sama om-om!"
"Tapi kalo om-om nya model bokapnya Nana atau Renjun, gue sih gak masalah sumpah!"
"Sialan! lo ngarep bokap gue duda, hah?! gak sudi gue punya ibu tiri kek elo Yang!"
"Ya kan misal, Na...anjir,"
"Mata lo misal!"
Ya, jadi intinya begitu. Ngumpul kalo gak gibah gak asik. Meski temen sendiri yang digibahin. Tenang, selama bukan yang jelek, rasanya gak masalah gibahin temen sendiri? Hahaha...
Tbc;
-----------------------------------------------------------