WAJIB FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!!!
• • •
'Gue peduli bukan berarti gue suka sama lo, Sha.'
Ucapan itu terus saja menari-menari dalam otaknya, entah apa alasannya perkataan yang Dylan lontarkan padanya begitu terasa sangat aneh. Ia merasa uluh hatinya mencelus sedikit sakit.
Sudah satu jam Dylan pergi kini Disha masih berbaring di sofa tubuhnya dibungkus selimut tipis untuk sekedar menutupi bagian lutut serta pahanya, di luar kini hujan sudah terhenti gadis itu melirik pada Zayn yang masih tertidur dalam ayunannya.
Sangat malas untuk melakukan aktivitas jangankan pergi keluar untuk mencari udara segar, ia bangkit dari sofa pun terasa sangat berat. Disha menekan tombol remote untuk mencari siaran bagus di televisi namun tetap saja tontonan masa kini tak ada yang bagus bahkan kebanyakan siaran yang ditayangkan tak memiliki mutu berbobot semua hanya ada gimmick dan gosip semata.
Disha menghela berat tenggorokannya tercekat kering, ia terpaksa bangkit untuk pergi ke dapur mengambil air mineral setelah selesai gadis itu kembali ke ruang keluarga namun belum sempat ia duduk suara bel rumah terdengar nyaring.
Ting … Tong ….
"Iya sebentar!" jawab Disha setengah berteriak dari dalam sebab seseorang di luar sana seperti tak sabaran untuk masuk.
Gadis itu berdecap sebal hingga raut wajahnya tiba-tiba berubah menjadi sebuah keterkejutan amat sangat saat ia telah membuka pintu rumah dan menatap kaget pada mereka. Ada empat orang gadis cantik menyapa heboh padanya, itu adalah para sahabatnya.
"Hey yoo What’s up Sha," sapa Lyra heboh. Sementara Disha benar-benar mematung dalam ditempatnya.
"Kalian ngapain ke sini?" tanya Disha lolos setelah setengah sadar dari lamunannya.
"Gue udah belasan kali nelpon lo tapi lo gak angkat sama sekali," sela Kara gadis berwatak dingin juga paling dewasa diantara mereka.
"Hape gue ada dikamar jadi gue--"
"Masuk, masuk yuk girls hujan turun lagi tuh," sela Olivia sangat heboh maklum saja gadis itu paling hyper diantara mereka sebelas dua belas dengan Lyra.
"Ta-tapi--"
Belum sempat Disha mempersilakan keempat sahabatnya langsung menerobos masuk kedalam rumah bahkan sang empu rumah masih tercengang dalam ditempatnya.
"Zayn?" ucapnya panik lantas berlari masuk ke dalam mengejar langkah para sahabatnya yang saat detik itu juga mereka terdiam bungkam seketika.
"I-itu si-si-siapa?" tanya Olivia tersendat sesaat.
"Itu kan Dylan," ucap Lyra lolos.
"Dylan? Lo? Pake gaun pengantin?" lirih Zeela berbata-bata saat ia benar-benar mati kutu melihat potret gambar besar terpajang di ruang keluarga dengan tegaknya. Itu foto pernikahan Dylan dengan Disha.
Mulut Olivia dan Lyra terbuka cukup lebar mata mereka sungguh menunjukkan rasa kaget yang amat sangat.
Oek … Oek ….
Suara tangisan Zayn yang baru saja bangun dari tidurnya membuat mereka terkejut, benar saja Lyra, Olivia serta Zeela mengejat hebat suara tangisan bayi berasal dari ayunan di samping sofa melengking sangat nyaring.
"Ada bayi?" tanya Lyra polos dalam kagetnya.
"Bayi siapa?" tanya Olivia benar-benar terheran-heran.
"Sha?" panggil Kara melirik tajam Disha yang kini malah tertunduk seraya menggigit bibir bawahnya karena merasa takut juga gugup. Akhirnya pernikahannya dengan Dylan terbongkar juga kepada keempat sahabatnya.
"Bisa lo jelasin ini semua?" tanya Kara sedikit menekan meminta agar Disha menjelaskan semuanya secara detail. Disha menghela menutup matanya beberapa saat lantas mendongkak, kepala mungilnya mengangguk meng-iyakan pertanyaan Kara lantas berjalan pelan mendekat pada ayunan Zayn di samping sofa. Gadis itu dengan cekatan seolah sudah terbiasa menggendong Zayn secara perlahan dan hal tersebut membuat Lyra, Olivia serta Zeela menganga hebat. Sementara Kara gadis itu menepuk jidatnya sendiri setelah melihat perlakuan Disha pada bayi mungil itu.
. .
"Jadi lo nikah sama Dylan?" tanya Lyra heboh dengan rasa ke ingin tahuannya. Disha hanya mengangkat kedua bahunya acuh tanpa menjawab seraya menggendong Zayn dan memberikan susu botol pada bayi itu.
"Kapan?" tanya Lyra lagi.
"Sekitar dua bulan lalu," balas Disha pelan.
"Kenapa lo rela nikah sama cowok yang jelas-jelas lo gak suka Sha?" kini Zeela bertanya, bukan apa ia merasa iba dengan sahabatnya itu entah kenapa Disha malah merelakan dirinya demi menikah dengan pria yang tidak dicintai hanya untuk seorang bayi.
"Kalo gue gak nikah sama dia gue gak bisa dapet data-data lengkap bayi ini Zee," balas Disha.
"Tapi kenapa harus nikah juga Sha, emang gak ada cara lain? Lo itu masih anak SMA umur lo baru 18 taun masa lo udah gendong-gendong bayi sih?" sahut Olivia gadis itu cukup geram dengan tingkah sembrono Disha tanpa memikirkan masa depannya sendiri.
"Live!" tekan Kara yang sendari tadi diam akhirnya menyeru. Bukan hanya Lyra, Olivia atau Zeela saja yang geram dengan keputusan Disha yang harus terpaksa menutupi masalah ini dari mereka bahkan Kara lebih marah pada Disha sebab gadis itu tak pernah mengatakan apa pun padanya. Disha lebih ingin menutupi rahasianya dibanding harus bercerita masalah pada mereka itulah yang membuat Kara kesal pada gadis itu.
"Gue gak bermaksud nutupin ini dari lo semua," ucap Disha pelan kepalanya tertunduk sedih menatap wajah damai Zayn yang kembali tidur. Lyra menepuk sebelah bahu Disha lantas mengusap lembut kening Zayn yang berada di pangkuan gadis itu.
"Bayinya terlalu lucu kalo lo tinggal in," ucap Lyra, senyum indah di bibir mungilnya terbit perlahan.
"Siapa aja yang tau tentang pernikahan lo sama Dylan?" tanya Kara namun matanya menatap lurus pada foto pernikahan sahabatnya bersama Dylan terpajang indah di depan sana.
"Keluarga Dylan, anak-anak Silent Boom juga tau," balas Disha suaranya serak seolah menahan isakan.
"Semua anak-anak Silent Boom?" tanya Lyra histeris kaget sendiri.
"Gak semua sih, mungkin cuma anggota intinya aja," jawab Disha lagi membuat Kara menghela sedikit lega.
"Pertanyaan gue, kenapa lo gak ngasih tau kita-kita juga padahal lo berdua nikah udah hampir 3 bulan?" tanya Zeela ia benar-benar penasaran atas apa jawaban dari sahabatnya itu yang rela menyembunyikan masalah ini tanpa memberitahu mereka.
"Bukannya gue gak mau ngasih tau lo semua, tapi gue cuma butuh waktu buat jelasin nya," sahut Disha jujur.
"Kenapa nasib lo jadi gini sih, Sha?" ringis Lyra emosional gadis itu menangis kecil tanpa sebab lantas memeluk Disha yang seketika ikut merasakan aliran emosi yang Lyra berikan padanya.
"Gue kasian banget sama lo," sela Lyra diisak tangisnya. Disha hanya tersenyum tipis ia merasa bersyukur meskipun tak memiliki keluarga utuh sejak kecil namun sahabat-sahabatnya selalu ada di sampingnya tiap saat.
"Gue kagum sama lo Sha," ucap Olivia lalu ikut merapat dan memeluk sahabatnya yang selalu menyembunyikan kerapuhannya itu.
"Sayang banyak-banyak buat Disha." ucap Zeela mendekat dan ikut memeluk para sahabatnya. Ditempatnya Kara hanya bisa terdiam memperhatikan mereka entah kenapa hatinya ikut merasakan kesedihan yang Disha simpan selama ini.
. .
"Gue berangkat lima belas menit lagi," ucap seorang remaja cowok melirik arloji mewah di pergelangan tangannya. Membuat gadis cantik di hadapannya tersenyum tipis.
Celine, menelan ludahnya dengan susah payah ia tatap Dylan yang terlihat santai di tempatnya seraya menyerudup secangkir Coffee. Saat ini Dylan dan Celine berada di Restoran sebuah Mal keduanya bersepakat bertemu di Mal setelah Celine memaksa Dylan untuk bertemu dengannya walau sebentar. Mulanya Dylan menolak akan tetapi gadis cantik berusia dua tahun lebih muda darinya memaksa mau tak mau Dylan meng-iyakan permintaannya itu.
"Kakak ke sini beli apa?" tanya Celine mengawali pembicaraan, Dylan mengangkat sebelah alisnya melirik Paper Bag dengan logo brands mewah terkenal di samping meja mereka.
"Cuma beli hadiah buat Bokap," balas Dylan santai.
"Oh iya Om Gama hari ini ulang tahun ya?"
"Hm."
"Aku juga ke sini buat beli hadiah untuk Om Gama," ucap Celine bersemangat menunjukkan Paper Bag cokelat kepada Dylan yang sudah mengerutkan dahinya.
"Titip ini buat Om Gama ya Kak, bilang juga selamat ulang tahun dari Celine," gadis itu semakin bersemangat dengan celotehan cerianya.
"Kenapa lo gak kasih langsung?" tanya Dylan.
"Emang kak Dylan mau bawa aku?"
Dylan berdehem seolah berpikir, lama dalam pikirannya Celine tertawa kecil. "Bercanda kak."
Cowok itu tersenyum kecut kekehan Celine membuatnya terpaku, entah kenapa itu mengingatkan pada seseorang. Mengingatkan pada Istrinya yakni Disha.
"Hhmm … Kak--"
"Kenapa lo gak ikut Study tur?" tanya Dylan mengalihkan pembicaraan Celine.
Gadis itu tersenyum. "Eh, gak apa-apa kak, aku lagi gak enak badan lagian Mami gak kasih izin aku ikut Tur karna semalem aku agak demam."
"Sekarang masih sakit?" tanya Dylan dengan tubuh mendekat lantas sebelah telapak tangan dinginnya tanpa aba-aba menyentuh dahi mulus Celine. Gadis itu terpaku beberapa saat.
"Kakak ada hubungan apa sama Kak Disha?" tanya Celine secara tiba-tiba, Dylan yang sudah paham sejak awal kenapa Celine meminta bertemu dengannya pasti gadis itu ingin menanyakan kejadian pasal tempo itu di sekolah.
"Kenapa lo nanya itu?" Dylan berbalik bertanya, Celine yang mendengarnya tersenyum kecil.
"Gak apa-apa kok Kak, tapi aku liat-liat kalian dekat banget kayanya," balas Celine seraya menyedot jus strawberry kesukaannya.
Dylan membasahi bibir bawahnya. "Gue gak ada hubungan apa-apa sama dia."
Celine tersenyum lagi. "Syukurlah, aku gak terlalu takut kalo kakak punya hubungan sama kak Disha."
Dylan mengangkat sebelah alis tebal hitamnya memandang serius pada Celine masih setia tersenyum hangat padanya.
"Emang kenapa kalo semisalnya gue punya hubungan sama dia Hmm atau cewek lain?"
Gadis itu memalingkan wajahnya namun bibir mungilnya masih tersenyum walau terlihat terpaksa.
"Gak apa-apa kak, aku cuma takut kalo aku itu hanya pelampiasan kak Dylan aja,"
Dylan tercenung beberapa saat.
"Aku lebih senang kalo Kakak bilang dari awal kalo kakak punya hubungan sama cewek lain, itu gak akan terlalu buat aku sakit,"
"Line,"
"Boleh aku minta satu permintaan kak?" tanya Celine terlihat memohon.
"Kakak tau kan selama kita pacaran aku gak pernah minta hal apa pun sama kakak, tapi sekarang bolehkan aku minta satu permintaan aja? Satu aja kak,"
Dylan menghela berat, Celine memang gadis baik selama mereka menjalin hubungan selama 1 tahun lamanya benar adanya jika gadis itu tak pernah menuntut apa pun darinya. Entah kenapa perasaannya terlalu berat untuk hal ini hingga dengan sedikit terpaksa ia meng-iyakan permintaan Celine.
"Lo boleh minta itu dari gue,"
"Makasih banyak Kak," balas Celine senang hatinya sedikit terasa lega.
Dylan kembali melirik arlojinya lima belas menit akan berakhir dalam waktu sepuluh detik, setelah urusannya selesai ia harus langsung pulang karena ia teringat dengan janjinya pada Disha bahwa cowok itu akan pulang setelah selesai membeli hadiah untuk ulang tahun sang Papa. Akan tetapi karena Celine memaksanya untuk bertemu Dylan bahkan mencuri waktu pulangnya hanya untuk menemui kekasihnya itu.
"Apa yang lo minta?" tanya Dylan langsung pada intinya.
"Aku cuma mau kakak jujur, udah itu aja kak," jawab Celine dengan mantap.
"Aku gak mau hubungan ini berjalan dibumbui sama kebohongan juga, apa pun kejujuran kakak pasti akan aku terima. Jadi aku mohon Kak Dylan jangan pernah bohong sama aku, jujurlah terus agar hubungan kita baik-baik aja."
Dylan benar-benar tercenung beberapa saat, sampai-sampai ia tak bisa mengatakan hal apa pun lagi. Walau pun sejak kecil ia selalu diajarkan tentang kejujuran oleh kedua orang tuanya entah kenapa untuk saat ini ia belum bisa mengatakan hal jujur kepada Celine. Mungkin Dylan harus menunggu waktu yang tepat untuk mengatakan kebenarannya.
. .
Ceklek ….
"Sha?"
Dylan yang baru saja pulang lantas membuka sepatu serta membuang masker yang telah ia gunakan, seraya membawa beberapa kantung belanja berlogo supermarket dengan cekatan.
Di sana ada sekitar lima gadis serta seorang bayi menatap kompak pada Dylan yang tampak belum sadar dengan kehadiran mereka semua di ruang keluarga.
"Disha--"
Raut wajah kaget tercetak jelas di sana, Disha menghela lantas bangkit menghampiri suaminya yang baru saja pulang dari luar.
"Ada tamu?" tanya Dylan kikuk setelah lama bungkam dari rasa kaget yang amat luar biasanya. Disha mengangguk kecil lalu mengambil beberapa kantung belanja yang Dylan bawa dan menaruhnya ke meja bar Kitchen.
"Hai Lan," sapa Kara di tempatnya gadis itu tengah mengendong Zayn.
Hening tak ada suara hanya terdengar rintikan hujan diluar sana kembali mengguyur kawasan Ibu Kota. Dengan susah payah Dylan menelan ludahnya sendiri lantas membalas sapaan Kara dengan kikuk.
. .
"Gue gak tau kalo mereka ada di sini," bisik Dylan pada Disha kini mereka berada di dapur tengah menyiapkan makanan untuk para sahabat gadis itu.
Disha hanya menghela tanpa menjawab kedua bahunya terangkat seolah tak tahu.
"Kalo lo bilang sebelum gue pulang gue pasti bakal mampir ke Base Camp dulu, nunggu mereka sampe pulang,"
Gadis yang tengah menyusun bahan masakan juga camilan lain ke dalam kulkas menoleh tajam, ia lirik Dylan sedang membakar sosis panggang di pemanggang.
"Kenapa harus kaya gitu?" tanya Disha ketus.
"Ya, seenggaknya mereka gak tau tentang pernikahan palsu kita Sha,"
Brak.
Dylan terenyap kecil suara bantingan cukup keras dari pintu kulkas akibat ulah Disha membuatnya terdiam beberapa saat. Bahkan di ruang keluarga Kara yang tengah mengamati secara diam-diam sendari tadi hanya menghela kecil.
"Menurut lo kalo lo gak pulang sekarang mereka gak bakal tau tentang pernikahan palsu ini?" tanya Disha sinis entah kenapa dirinya seketika tersulur emosi. Dylan berdecap seraya membasahi bibir bawahnya.
"Meski lo gak pulang juga mereka udah tau tentang kita, Zayn juga pernikahan sialan ini."
Dylan mencelus terpaku takjub baru kali ini ia melihat Disha memaki bahkan gadis itu memaki pernikahan palsu mereka.
. . .
Kini waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam keadaan rumah ini bertambah hening setelah kepulangan para sahabat Disha beberapa saat lalu dan sekarang hanya terdengar suara gelak tawa Zayn dari lantai bawah tepatnya di kamar Dylan.
Disha baru saja keluar dari kamar mandi setelah membersihkan dirinya ada waktu sekitar tiga puluh menit lagi untuk bersiap pergi menuju kediaman Mahaprana sebelum bersiap ia memutuskan untuk menjemput Zayn di kamar Dylan.
"Zayn?" panggil Disha membuka pintu kamar Dylan dengan pelan, di sana Zayn serta Papa nya tengah bermain diatas ranjang Dylan ia tatap cowok itu masih sama belum bersiap-siap.
"Sayang ayo kita siap-siap dulu yuk?" ajak Disha hendak menggendong Zayn.
"Papa sama Mama pergi keluar kota," ucap Dylan memberitahu belum sempat Disha keluar dari kamar gadis itu menoleh.
"Acara ulang tahun dibatalin sampe tiga hari karna Papa ada tugas di luar kota," lanjut cowok itu yang hanya dibalas deheman paham saja dari Disha.
"Sha," panggil Dylan seraya menahan sebelah pergelangan tangan Disha entah sejak kapan cowok itu sudah berada di belakangnya.
"Lo kenapa?" tanya Dylan ia benar-benar binggung dengan sikap Disha yang acuh padanya sendari tadi, bahkan gadis itu selalu menunjukkan sifat dinginnya pada Dylan dihadapan para sahabat Disha hal tersebut membuat Dylan mendengus heran.
"Gak apa-apa." balas Disha singkat lantas siap melangkah lagi namun Dylan kembali menahan.
"Lo marah sama gue?"
"Gak."
Dylan menghela kasar ia berusaha sedikit lebih sabar. "Terus lo kenapa?"
"Gak apa-apa Lan," balas ketus Disha, gadis itu tampak risi dengan sebelah tangan Dylan yang menahan lengannya untuk tak pergi dari sana.
"Kalo lo gak apa-apa kenapa lo kaya gini?"
Disha menoleh dengan tatapan tajam sekaligus sinis ia menatap dalam suaminya itu yang masih terlihat binggung sendiri.
"Bukannya ini yang lo mau?" tanya Disha membuat dahi halus Dylan berkerut binggung.
Gadis itu menghela nafasnya terasa tersendat. "Gue udah pikir in sekarang Lan."
"Maksud lo apa sih, Sha?"
"Gue udah putus in juga, gue bakal bersikap acuh biasa aja agar gue gak lagi salah paham sama rasa yang gue rasain ke elo."
"Sha."
"Gue gak mau ngerasa dibegoin lagi sama perasaan gue sendiri Lan, jadi gue mohon lo jangan pernah kasih gue harapan lebih,"
"Gue bakal sadar posisi dan gue gak akan pernah ketipu lagi sama rasa bodoh ini."
"Disha," panggil Dylan cepat.
"Kita harus jaga jarak Lan, gue gak mau rasa aneh ini balik lagi ke hati gue."
.
.
.
BERSAMBUNG...
. . .
Follow Instagram : @sssin17
FOLLOW Instagram 2 : @dailysweetdreams.secret
Follow Wattpad : @sssin17
Facebook : @Newly Daily iaa-kim
Jangan lupa baca cerita pertama aku : Most Wanted Boy in the School (Arjuna Story)
Cerita kedua : KIARA