"Antara cinta dan rahasia. Dan antara pertemanan dengan rasa cinta. Sesuatu yang harus di pilih tetapi sulit untuk menentukannya."
"Biar rasa ini menjadi rahasiaku sendiri." -Silla
"Menjadi temanmu saja sudah menjadi suatu kebanggaan untukku." -Ello
"Jika tidak bisa menjaga hatinya, maka jagalah raganya. Walaupun secara diam diam."
Happy Reading gengs...
SMA PURNAWIJAYA pagi pagi sudah dikejutkan dengan kedatangannya murid baru. Katanya murid itu laki-laki. Dia memiliki wajah yang sangat tampan, kalem, matanya tajam dan serius, hidung mancung, tubuh tinggi dan alisnya yang tebal.
Saat Silla dan Aji memasuki kelas mereka bersamaan. Kelasnya sudah recok membicarakan murid baru yang disebut-sebut 'sangat tampan.'
"Beb lo jangan ke goda sama tuh cowo ya kalo beneran ganteng." Rengek Toni pada Mimin.
"Engga kok beb." Jawab Mimin sambil mengelus kepala Toni yang bersandar di pundak Mimin. "Kecuali dia kaya, gw bakal tergoda beb." Lanjut Mimin membuat Toni merajuk.
"Emang seganteng apa sih murid baru itu. Emang udah pada liat sampe pada tau ciri-cirinya." Miko ikut penasaran. Pasalnya kalau murid baru itu beneran ganteng 'banget' bakal Miko ajak main bareng. Siapa tau'kan ketularan ganteng.
"Berarti bang bentar lagi lo bakal liat calon ipar lo bang." Ujar Tini pada Toni.
"Semua aja semua!!" Toni kesal karena dirinya yang selalu di bicarakan perihal ketampanan dan soal Toni yang 'katanya' banyak ceweknya.
"Gw yakin lebih ganteng gw." Ucap Aji yang baru saja datang langsung narsis abisss.
"Pede lo!" Sarkas Mimin.
"Biarin. Pede itu harus! Iya'kan Sil?" Balas Aji sambil merangkul Silla.
"I-iya bener." Jawab Silla kikuk.
"Weh tangan lo! Tiara liat bisa mampus lo." Ucap Miko memperingatkan.
"Tenang aja. Tiara bakalan ngerti kok." Balas Aji dengan santainya
"Lo ga boleh gitu Ji. Lo sekarang punya pacar, lo juga harus bisa bedain mana perhatian ke pacar dan ke sahabat. Perlaukin mereka berdua secara berbeda jangan disamain dan jangan dibandingin." Nasehat Toni dengan bijak. Walaupun dulunya seorang play boy Toni sangat paham soal perempuan. Diantara Aji, Toni dan Miko. Toni lah yang paling mengerti soal perempuan.
"Tumben." Ledek Miko. "Lo ga lagi pengen sesuatu kan?" Cecar Miki mencurigai.
"Iya gw tau Ton. Gw tau porsi masing-masing." Ucap Aji.
"Ya bagus kalo gitu. Gw ga mau sampe salah satunya ada yang sakit hati ya?!" Timpal Mimin mengingatkan.
Aji tertegun. Mungkin saja waktu kemarin keduanya merasakan sakit hati. Silla yang dipatahkan cintanya, dan Tiara yang cintanya di balas tapi semuanya palsu.
***
"El Silla pesen kayak biasa ya?!" Ucap Silla dan di angguki oleh Ello.
Silla dan Ello memang selalu istirahat bersama. Mereka memisahkan diri dari Aji dkk. Karena setiap bel istirahat Silla dan Ello tidak langsung keluar kelas. Mereka selalu menyelesaikan terlebih dahulu catatan materi yang ada di papan tulis, setelah selesai barulah mereka ke kantin. Dan setiap di kantin mereka tidak pernah bertemu atau melihat Aji dkk di kantin.
"Hai my queen." Sapa seseorang dari belakang Silla. Tapi yang pasti semua penghuni kantin kini melihat ke arahnya-Tidak bukan ke arah Silla. Tapi ke belakang Silla dengan tatapan seperti orang yang terkagum-kagum atau terpesona.
Silla berbalik dan nampak terkejut dengan laki-laki yang berada di belakangnya itu.
"Haiii!!" Sapa balik Silla dan berhambur ke pelukan orang itu.
Pemadangan itu langsung membuat heboh seisi kantin. Mereka langsung menimbulkan berbagai opini pada Silla
"What!! Di peluk doang!"
"Emang ya! Udah dasarnya kayak ulat bulu tiap ada yang ganteng langsung nemplok."
"Ga Aji, ga Ello semua aja diembat si cupu."
"Gila sih peletnya kuat banget!"
"Ello dan Aji udah dia embat. Buat yang ini gw ga mau kecolongan lagi!"
"Berlagak cupu, tapi ganteng dikit langsung di gas."
"Salome banget ga sii."
Menghiraukan cibiran itu, Silla mengajak Faiz duduk di meja Silla dan Ello.
Ya, murid baru itu Faiz. Murid yang di gadang-gadang memiliki ketampanan diatas rata-rata dan membuat heboh SMA Purnawijaya hari ini.
"Iz kamu kok ga bilang sama Silla sih, kalo kamu pindah kesini." Protes Silla, karena sahabat satunya ini tidak memberitahu hal ini pada dirinya.
Faiz terkekeh melihat Silla yang menggerutu. "Maaf. Kan suprise namanya juga." Ucap Faiz.
"Ehh tapi kamu masuk kelas mana? Kok ke kelas Silla ga ada?!"
"Faiz masuk kelas Bahasa-3." Balasnya lalu memamerkan senyuman manisnya.
"Ekhmm. Sorry ganggu, ini makanan lo Sil." Ujar Ello sambil mengasongkan mangkok berisi mie ayam kesukaan Silla lalu duduk di sebelah Faiz.
"Hallo bro ketemu lagi kita." Sapa Faiz sambil menepuk pundak Ello.
"Hm."
"Masih sama ternyata." Faiz terkekeh. Ternyata sifat Ello memang dingin dan terlampau kalem, kecuali sama sahabatnya tercinta.
"Kamu ga makan Iz?"
Faiz menggeleng. "Tau sendiri'kan, Faiz kalo makan di jadwal?!" Jelasnya dan di angguki oleh Silla.
"Makan aja ribet!" Timpal Ello.
"Bodo amat. Gw gini juga karena ada alasannya. Jadwalnya juga langsung dibuat sama dokternya langsung."
"Hm. Serah, gw ga peduli." Jawab Ello ketus lalu meminum jusnya kembali.
"Kok Silla betah sih punya temen kayak dia?! Faiz aja gedek sumpah."
Silla tertawa dengan pertanyaan Faiz ini. Ya bagi kebanyakan orang pasti malas berteman dengan orang sedingin Ello. Tapi, Ello berbeda saat bersama Silla. Mulut Ello banyak bekerja saat bersama Silla.
"Ello ga gitu kalo sama Silla. Dia'kan udah jatuh cinta sama Silla." Jawab Silla sambil melirik Ello yang sedang berusaha mengontrol dirinya karena malu.
"Pede lo!!"
"Ihhh jahat!! Ga mau ngaku." Protes Silla.
"Lo nya juga cinta orang lain. Ngapain gw jatuh cinta sama lo!"
Damn't
Ello salah bicara. Ello melihat perubahan raut wajah Silla. Nampak sekali raut wajah sedih, galau, kecewa atau entah apalah itu.
"Silla mau ke kelas duluan ya Iz." Pamit Silla lalu meninggalkan Faiz dan Ello yang masih duduk disana.
Ello ingin menyusul Silla tapi di tahan oleh Faiz.
"Biarin aja. Dia lagi masanya galau, dia butuh waktu untuk jadi dewasa." Ujar Faiz, "mending lo disini temenin gw. Temenin keliling sekolah sekalian tebar pesona gitu. Gw jadi hot trending hari ini di sekolah." Ucap Faiz sambil menyugar rambutnya.
Penghuni kantin yang melihat itu dibuat sesak napas, kaki lemas tiba-tiba, jantung berdetak dua kali lebih cepat, bahkan ada yang pingsan.
"Narsis lo! Gantengan juga gw!" Balas Ello tak mau kalah.
***
"Rasilla, gadis cupu yang gatelnya ga ada obat." Ucap Intan yang menghadang jalan Silla.
"Ternyata lo maruk ya Sil." Lanjut Intan geram.
"Kamu merasa tersaingi sama Silla?" Tanya Silla tepat sasaran.
"Gw? Merasa tersaingi sama lo?! Ga deh sorry." Balas Intan mengelak. "Gw cantik gini, gw seleb disini ngapain gw minder sama lo! Yang jelas-jelas beda jauh sama gw!!" Sarkasnya sambil mendorong bahu Silla.
Akibat dorongan itu Silla mundur beberapa langkah.
"Udah kasih pelajaran aja Tan."
"Iya Tan, yang kayak dia gini, kalo di diemin malah makin jadi."
Kedua dayang-dayang Intan mengompori Intan untuk berbuat lebih pada Silla. Banyak siswa yang melihat kejadian itu. Tapi mereka tidak berani memisahkan. Selain takut kena bully oleh Intan and the gang, mereka juga ada beberapa dari mereka yang tidak menyukai Silla karena kedekatan Silla dengan beberapa pentolan sekolah ini.
"Apa yang mau kalian lakuin sama Silla? Lakuin aja Silla ga takut tuh." Ucap Silla menantang. Tentu mengundang amarah Intan semakin menjadi.
Intan mulai membuka karet yang mengikat kepangan rambut Silla secara paksa. Lalu melepas jepit yang terpasang pada rambut bagian depan Silla dan menginjaknya sampai hancur.
Betapa terkejutnya Intan saat melihat rambut Silla yang terurai. Wajah milik Silla itu tampak natural. Ya, sangat natural tidak ada polesan apapun di wajahnya. Intan akui Silla sangat cantik. Tapi Intan tidak suka jika ada yang melebihi dirinya.
"Kamu berani hancurin jepitan rambut Silla!!" Silla mulai berontak karena jepit rambut kenang-kenangan dari Raqil sudah tidak berbentuk lagi.
Intan dkk tertawa melihat amarah Silla. "Ternyata lo bisa marah juga." Ledek Intan.
Silla tidak bisa berbuat apa-apa kedua tangannya dicekal oleh kedua teman Intan dengan kuat. Silla ingin menangis tapi Ia tak ingin terlihat lemah. Silla memutar otaknya untuk balik melawan orang-orang itu.
Silla menyeringai saat mendapatkan sebuah ide. "Kamu kalo mau bully orang pinter dikit." Ucap Silla membuat Intan dkk terdiam bingung.
"Maksud lo apa?!"
"Silla tuh di kepang dua terus pakai jepitan kayak gitu tuh biar keliatan ga cantik." Lanjut Silla sambil menunduk. Lalu tak lama, Silla mendongak dengan senyuman polos tapi ada makna lain tersembunyi dari senyuman itu.
"Tapi kalian yang buat Silla cantik. Makasih ya." Ujar Silla membuat ketiga orang itu terkejut. "Kalian jadi kesaingi deh sama Silla. Tapi jangan salahin Silla, kalian yang buat Silla kayak gini."
"Pede banget lo!!" Sarkas Ayu temannya Intan.
"Tapi emang beneran cantik dia Yu, lebih cantik dari Intan malah. Dia natural banget cantiknya." Celetuk Aura teman Intan yang satunya, yang memang mempunyai kelakuan yang bisa dibilang agak 'beg*'
"Lo diem Ra." Bisik Ayu sambil mencubit lengan Aura.
"Ehh gila si Silla ternyata secantik itu."
"Sekarang gw tau alasannya kenapa para cogan pada nemplok ke dia."
"Kalo saingan gw modelan kayak Silla mah gw mundur."
Telinga Intan panas mendengar berbagai pujian yang diarahkan pada mangsanya itu.
"Makasih buat semua pujiannya temen temen." Ucap Silla sambil tersenyum.
"DIEM LO SEMUA!!" Teriak Intan kesal. Semua siswa langsung kicep melihat kobaran api marah dalam diri Intan.
Intan menjambak rambut Silla. Matanya berapi-api. Baru kali ini Intan di permainkan dan merasa tersaingi sekaligus di permalukan seperti ini.
"Arghh sakit. Jangan jambak Silla kayak gini. Kamu mau Silla jambak balik?!"
"Diem lo!! Lo tuh udah cupu ga tau malu!! Mana ga ada harga dirinya." Sarkas Intan, lalu ia menyeret Silla ke kamar mandi dan mendoronghya sampai Silla terantuk ke washtafel.
"Gw mau lo jauhin mereka bertiga kalo ga mau sesuatu yang buruk terjadi sama lo." Ancamnya.
"Mereka bertiga?"
"Ck! Gausah sok ga tau deh lo. Gw tau lo itu ga sepolos itu Silla." Intan melangkah mendekati Silla. Lalu Intan mencengkram pipi Silla.
"Ini peringatan buat lo!! Selama ini gw diam karena gw cari aman. Tapi lo makin kesini makin menjadi. Jadi lo dengerin gw atau lo terima akibatnya!!" Intan menghempaskan cengkramannya itu. Lalu pergi meninggalkan Silla sendirian di dalam kamar mandi.
Sepeninggalan Intan dkk, air mata Silla turun membasahi pipinya yang kemerahan karena cengkraman Intan tadi.
"Bu, ternyata dunia luar jahat sama Silla. Silla gamau lagi. Silla cape, kenapa semuanya marah sama Silla. Banyak yang ga suka sama Silla bu." Silla bangkit dan memandangi dirinya pada cermin.
Penampilan Silla saat ini sangat acak-acakan. Rambut yang berantakan, baju seragam yang kusut dan pipi yang agak memerah.
Silla memcuci mukanya, membenarkan rambutnya dan merapikan seragamnya. Bibir tipisnya ia paksa untuk tersenyum manis. "Silla kuat, ga boleh nyerah. Memang berat tapi itulah tantangannya biar hidup Silla ada rasa seru nya." Lalu dengan rasa percaya diri Silla melangkah keluar kamar mandi.
***
"Faizal!!" Suara agak cempreng menyapa Faiz dari belakang. Faiz menoleh dan melihat penampilan perempuan itu. Dandanan yang berlebihan membuatnya sudah ilfil duluan melihatnya.
"Hai, gw Intan dari kelas IPS." Intan mengulurkan tangannya, tapi Faiz tidak menerima uluran tangan itu.
"Hm. Salam kenal." Jawab Faiz lalu berbalik dan kembali berjalan menuju kelasnya.
Merasa diacuhkan Intan langsung menyusul langkah panjang Faiz.
"Oh iya tadi gw denger gosip. Di kantin lo di peluk sama cewe cupu itu ya?!" Ucap Intan. Faiz masih berjalan sambil mendengarkan orang disebelahnya ini berbicara.
"Dia emang gitu orangnya. Dia juga belum lama jadi murid sini, tapi awal dia masuk sini langsung gatel sama cowo gw. Gatel banget kan!! Terus tadi dia peluk-peluk lo, udah keliatan ya dia tuh gatel. Luarnya aja cupu, tapi sifatnya menjijikan-"
"Arghh" Faiz menjambak rambut Intan. Sorot matanya menghunus tajam kedalam mata Intan. Sirat kemarahan terpancar disana.
"Sebelum lo ngejelek-jelekin orang lain. Ngaca dulu, punya kaca'kan?! Kalo ga punya gw beliin!!" Intan nampak terkejut dengan perlakuan Faiz ini.
"M-maksud lo apa?!"
"Harusnya gw yang nanya gitu. Maksud lo apa ngejelek-jelekin Silla!! Lo cari mati hah?!" Balas Faiz semakin mengeraskan jambakannya.
"Kok lo belain dia sih Iz. Dia udah meluk lo sembarangan tadi di kantin." Ucap Intan sambil memberontak mencoba melepaskan jambakan Faiz.
"Jelas gw belain dia. Karena apa yang lo bilang tentang dia itu ga bener!! Lo tau apa tentang hidup dia?! Lo tau apa!!" Faiz mengangkat tangannya dan bersiap menampar gadis di depannya ini. Tapi tangannya dicekal.
"Jaga image lo disini Iz. Lo baru, kalo lo ga mau bikin Silla marah. Lo harus jaga sikap lo sama perempuan."
"Tapi dia udah ngehina Silla, Ji!!"
"Gw tau. Gw denger dan gw liat apa yang dia lakuin ke Silla tadi di kamar mandi." Ucap Aji, membuat Intan semakin ketar-ketir dan banyak timbil pertanyaan di otak milik Intan itu -kalo dia punya otak itu juga.
"Lakuin apa maksud lo Ji?!" Tanya Intan.
"Iz lo boleh ke kelas. Dia urusan gw." Faiz pun mengangguk dan pergi meninggalkan Aji dan perempuan itu disana.
Intan tampak dibuat bingung. Mengapa Aji, Silla dan Faizal begitu dekat. Ada apa dengan mereka. Apa hubungan mereka.
"Intan, Intan. Nama yang cantik dan indah tapi tidak dengan sifat lo." Sarkas Aji.
"Kalian semua tuh kenapa sih pada belain tuh cewe cupu!!" Protes Intan.
"Wess santai dong mbak nya jangan nge gas gitu." Aji merangkul Intan. Dan sudah di pastikan hal itu membuat Intan ketar-ketir. "Gw mau berpesan sama lo. Kalo mau ngebully, jangan ngebully Silla. Dia terlalu pintar buat lo yang ga ada otaknya."
"Intinya gini Tan. Kalo lo mau tetep sekolah disini jangan macem-macem sama Silla, karena kalo sampe ketahuan Ello, lo bakal di keluarin. Terus kalo ketahuan sama Faiz kayak tadi, bokap lo bakal di depak dari perusahaan milik Faiz. Dan tadi lo ketahuan sama gw, gw bisa aja nyebar foto-foto seksi lo dan semua aib lo biar ketenaran lo lenyap sekejap mata." Bisik Aji membuat Intan menelan ludahnya susah payah.
"S-seberpengaruh itu Silla bagi kalian?" Tanya Intan dengan nafas yang sudah tercekat. "Tapi'kan Ji, lo pacaran sama Tiara, tapi kenapa lo lindungin Silla?"
"Pertanyaan lo konyol. Silla itu prioritas nomor satu bagi gw, mungkin bagi Ello dan Faiz juga. Karena Silla sahabat kita, ratunya kita. Walaupun gw sama Ello ga akur sih. Dan Tiara pacar gw, beda lagi urusannya." Jelas Aji.
"Lo paham'kan yang gw omongin tadi? Kalo ga paham nanti gw jelasin lagi. Sekarang gw ngantuk mau ke kelas." Ucap Aji, lalu meninggalkan Intan yang nampak terkejut.
***
Okey gengss Al comeback yuhuuuu
Back to school jadi Al bakalan agak lama updatenya, sorry ya gengs.
Komentar untuk part ini dongg???