ATTACHED

By loistulangow

445K 44.2K 1K

Buku Kedua dari empat buku dalam seri T.A.C.T. (Fantasy - Romance) Apa yang akan kamu lakukan saat mencuri de... More

...Note...
1. Penyusup
2. Kutukan
3. Kamar Terlarang
4. Kesepakatan
5. Mimpi Buruk
6. Hantu
7. Jaga Jarak
8. Uji Kelayakan
9. Wasiat
10. Sesuatu Yang Salah
11. Ujian Kenaikan Tingkat
12. Buku Segel
13. Piknik
14. Ruang Penyimpanan
15. Buku Harian
16. Sakit
17. Asal Muasal Mimpi
18. Penawar Racun
19. Tindakan Gila
20. Perubahan DNA
21. Renggang
23. Perubahan Positif
24. Bayangan Pengikut
25. Penyimpan Ingatan
26. Pengganti
27. Mengamuk
28. Takdir Shadow-Hand
29. Portal Tak Terduga
30. Ular Tangga
31. Ketakutan Terbesar
32. Ruang Makan di Pemakaman
33. Pengakuan
34. Para Penjaga Baru

22. Kilasan Ingatan

9.3K 1.1K 31
By loistulangow

"Bagaimana kau melakukannya?" tuntut Evert begitu ia menjauh dalam jarak yang cukup normal. "Dindingnya menjadi terlalu kokoh untuk didorong dan secara tiba-tiba aku ditarik paksa kembali padamu."

Faenish tidak sempat menjawab. Tiba-tiba saja pandangannya berubah menjadi putih menyilaukan, seakan ada orang iseng yang menempatkan lampu besar tepat di depan matanya. Saat cahaya itu hilang, Faenish melihat sosok Nenek Magda berdiri di pintu perpustakaan.

Entah bagaimana, Faenish kini berada di perpustakaan. Anehnya, tidak ada tanda-tanda bekas kebakaran dan koleksi buku Magda terlihat masih utuh. Di depannya berdiri seorang gadis yang wajahnya sangat mirip dengan Faenish. Namun ia tidak sempat memperhatikan lebih jelas karena Nenek Magda sudah melancarkan serangan. Faenish segera menghindar dan selama beberapa saat terlibat lempar segel dengan Nenek Magda.

Sebelum Nenek Magda kehabisan tenaga, wanita itu melemparkan sebuah segel ke arah si gadis yang tertimbun buku. Tubuh Magda kemudian rubuh. Faenish dengan segera meraih wanita itu dan membaringkannya di atas bantal duduk.

Dengan cepat Faenish meraih salah satu tabung ramuan dari balik jubahnya. Aroma khas dedaunan menguar begitu Faenish membuka sumbat tabung dan menyodorkan mulut tabung tersebut ke mulut Nenek Magda.

Belum seperempat bagian cairan hijau itu masuk ke mulut Nenek Magda, tiba-tiba saja Faenish merasakan sensasi tersengat listrik tegangan rendah di sekujur tubuhnya. Faenish mengedarkan pandangan sekeliling. Ia tidak menemukan orang lain di sana, kecuali gadis yang tadinya diserang Nenek Magda.

Gadis itu memandangnya, seakan mengharapkan sesuatu terjadi. Sesuatu memang terjadi. Sengatan listrik di sekujur tubuh Faenish semakin terasa menyiksa, seakan seseorang sedang menaikan voltasenya secara bertahap, dan akhirnya badan Faenish tersungkur ke lantai.

Di sampingnya, Nenek Magda tampak mulai sadar. Selama beberapa saat, nenek itu memandang bergantian ke arahnya dan si gadis.

Faenish sendiri sudah tak memiliki tenaga untuk bergerak, ia bahkan tidak bisa melawan saat Nenek Magda tiba-tiba menggambar segel teleportasi dan meraih tubuhnya untuk berteleportasi bersama.

Anehnya, Faenish tidak berpindah ke mana pun. Nenek Magda memang sudah tidak terlihat lagi dalam ruangan perpustakaan itu, tetapi Faenish masih di sana, dan entah bagaimana, kini ia seperti terlihat agak transparan.

Tak lama kemudian, Nenek Magda kembali muncul di dekat Faenish dengan posisi tersungkur. Faenish mencoba berbicara dengan Nenek Magda, tetapi Nenek Magda mengabaikannya. Nenek Magda justru merangkak dengan susah payah ke arah si gadis yang kini sudah pingsan.

Jelas sekali tenaga Nenek Magda sudah terkuras banyak saat ia melakukan teleportasi dua kali. Namun Nenek Magda tetap memaksakan diri untuk meraih sebuah buku tua dari samping si gadis sebelum kembali merangkak dengan terseok-seok hingga ia meringkuk di sudut terjauh ruangan.

Selama beberapa saat tidak ada yang melakukan pergerakan, tetapi tiba-tiba saja kobaran api muncul dari dalam pelukan Nenek Magda. Faenish coba mendekat untuk melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi. Namun seakan ada tembok kokoh tak kasatmata yang menghalangi Faenish untuk lebih mendekat.

Dari tempat Faenish saat ini, ia bisa melihat buku di dalam dekapan Nenek Magda sedang terbakar dan apinya mulai merambat di baju yang dikenakan Nenek Magda.

Buru-buru Faenish menggambar segel air di udara dan mencoba mengaktifkannya, tetapi tak ada air yang tercipta. Faenish yakin ia sudah menggambar segel dengan benar. Namun walaupun sudah mencoba berulang-ulang, tetap saja ia tidak dapat mengeluarkan air setetes pun. Seakan bakatnya hilang begitu saja.

Semakin lama api semakin besar, tetapi anehnya, Faenish sama sekali tidak merasa kepanasan. Bahkan ketika ia menjulurkan tangan ke arah sulur-sulur api, ia sama sekali tidak terbakar.

Cahaya menyilaukan kembali memenuhi penglihatan Faenish, dan detik selanjutnya ia tidak lagi berada di tengah kebakaran. Faenish kembali berada di teras belakang.

Faenish tak tahu apa yang terjadi dan ia sama sekali tak mengerti bagaimana ia bisa melihat kejadian malam itu dalam sudut pandang Evert. Namun ada masalah lain yang lebih menyita pikiran Faenish. "Ramuan Penambah Energi," gumam Faenish.

Setelah belajar di Akademi Pelatihan Bakat, Faenish semakin mahir mengenali ramuan. Ia sangat yakin, ramuan yang dilihatnya dalam bayangan barusan adalah Ramuan Penambah Energi. Ramuan yang biasanya digunakan sebagai pertolongan pertama pada Kaum Berbakat yang terlalu banyak mengeluarkan energi dalam membuat segel.

Jika benar apa yang dilihat Faenish barusan adalah fakta, maka Evert sama sekali tidak berniat membunuh Magda, pemuda itu justru berusaha menolong. Faenishlah yang membuat Nenek Magda tidak meminum Ramuan Penambah Energi yang dibutuhkan wanita tua itu.

"Aku yang membunuh Nenek Magda?" gumam Faenish dengan sangat pelan. Ia sudah tidak terlalu memikirkan fakta bahwa tubuhnya sedang digendong masuk ke rumah oleh Evert.

"Maaf...." Suara Faenish terdengar parau. "Maaf ... aku telah menuduhmu membunuh Nenek Magda."

"Magda yang memilih untuk mati. Jika ia memang ingin hidup, ia akan meminum ramuan penambah energi yang ada di jubahku," ujar Evert seraya meletakan tubuh Faenish di atas tempat tidur.

Sejak hari itu, Faenish dan Evert semakin gencar melakukan peregangan. Rasa bersalah Faenish membuatnya bertahan dari siksaan sensasi tarikan serta benturan-benturan tak terelakkan. Untuk saja Evert tidak lagi memaksa dengan beringas, pemuda itu bahkan menyiapkan area khusus untuk Faenish dengan menempatkan kasur di salah satu dinding.

Sosok transparan Evert tidak lagi terlalu transparan seperti arwah. Walaupun samar, Faenish sudah bisa merasakan sentuhan Evert. Sama seperti saat Faenish merasakan keberadaan badan Evert yang menembus dirinya waktu lalu.

Entah apa substansi yang membentuk sosok transparan Evert, yang jelas substansi itu berangsur-angsur berubah semakin padat.

Jelas sekali ikatan di antara mereka semakin melemah, artinya bakat Faenish semakin memudar. Entah apa yang akan terjadi setelah bakat Faenish memudar, kecacatan? atau mungkinkah ia akan mati muda karena perubahan DNA yang sedang terjadi di dalam tubuhnya?

***

Hari pertama di tahun ajaran baru tiba, Faenish agak khawatir dengan jadwalnya di Akademi Pelatihan Bakat. Sudah lama sekali sejak Faenish tidak mengikuti kelas karena larangan Drina. Apalagi mengingat ikatannya dengan Evert yang semakin lama semakin renggang, Faenish takut ia sudah benar-benar kehilangan bakatnya.

Masalahnya, Drina memutuskan bahwa ini sudah saatnya bagi Faenish kembali ke dunia Kaum Berbakat. Menurut Drina, Faenish tidak menunjukan tanda-tanda buruk selama beberapa bulan terakhir, jadi tidak ada salahnya mencoba apakah akan ada reaksi jika Faenish menggunakan segel. Faenish tentu saja tidak bisa mengatakan soal ikatannya dengan Evert yang semakin merenggang, akibatnya, ia tak punya alasan kuat untuk membantah keinginan Drina

Begitu Faenish melangkah melewati portal. Ia merasakan tarikan yang cukup besar disusul rasa geli di sekujur tubuh saat sosok transparan Evert menyambar dan menembusnya dari belakang. Akibatnya, Faenish sedikit limbung dan nyaris roboh. Untung saja Drina sudah lebih dahulu menembus portal dan menunggu Faenish di ruang lingkar Jalan. Berkat Drina yang sigap menahan tubuhnya, Faenish tidak jadi mencium lantai.

"Kau baik-baik saja?" tanya Drina panik.

Faenish menggangguk dan berusaha keras untuk tidak melirik ke arah Evert.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Ryn yang menyusul di belakang Faenish.

"Aku merasa sehat, hanya sedikit terlalu gugup sampai tak bisa berjalan dengan benar," jawab Faenish.

"Kenapa dia tadi seperti terlempar dan menembus kita berdua?" tuntut Drina seraya memberi isyarat ke arah sosok transparan bertudung yang berdiri di dekat mereka.

"Apa kau merasakan dirinya?" tanya Faenish.

Drina menggeleng.

Faenish berusaha keras menahan ekspresi lega sekaligus penasarannya. "Mungkin dia hanya terlalu bersemangat?"

"Sosok itu menembus kalian?" tuntut Ryn heboh. "Apa dia bisa menyerang kalian? Bagaimana—"

"Dia tidak bisa menyentuh kami, Ryn. Hanya saja, jika tidak segera menyingkir dari depan portal, beberapa siswa mungkin datang dan menyambar kita." Faenish tersenyum untuk meyakinkan kedua temannya kalau dia baik-baik saja. Ia memang merasa baik-baik saja. Hanya sedikit penasaran dengan tingkah aneh Evert tadi.

"Benar juga," gumam Ryn. "Apa kau yakin tidak merasa sesuatu yang aneh? Pusing? Mual? Ingin buang air besar? Lapar? A—"

"Aku baik-baik saja Ryn," potong Faenish sebelum Drina sempat mengambil tindakan untuk mendiamkan Ryn.

***

Pemilihan kakak dan adik asuh adalah prosesi wajib di hari pertama tahun ajaran baru. Faenish tidak melalui upacara ini karena ia masuk di pertengahan tahun, dan Pak Raizer sendiri yang memilihkan kakak asuh untuknya. Jadi tak heran kalau Faenish sangat bersemangat untuk menyaksikan prosesi tersebut.

"Apa itu cucunya Nenek Agnes?" bisik Drina saat seorang gadis berjalan melewati tempat duduknya untuk mengikuti prosesi pemilihan kakak asuh.

"Ya, tetapi kudengar dia hanya diadopsi," jawab Ryn. "Kasian benar anak itu, ia adalah korban percobaan orang yang sekarang harus dipanggilnya nenek."

"Setidaknya dia tidak harus benar-benar memanggilnya nenek karena aku ragu dia pernah bertemu dengan Nenek Agnes setelah kejadian itu," sambung Drina

"Apa menurutmu dia berbahaya?" tanya Ryn.

"Apanya yang berbahaya?" Faenish balas bertanya.

"Kita tidak tahu entah hal apa yang sudah dilakukan Agnes pada anak itu."

"Lalu?" tanya Faenish.

"Bagaimana kalau ternyata dia memiliki kelainan atau sesuatu—yah kau tahulah dia korban percobaan."

"Kau juga sama tidak tahunya dengan kami kan, jadi tak usah berpikiran yang tidak-tidak," sergah Drina.

"Tetapi kita harus siap pada segala kemungkinan terburuk," kilah Ryn. Begitu gadis yang mereka bicarakan menyentuh Tabung Seleksi tanpa menghasilkan reaksi apapun, Ryn berseru, "Apa kubilang, ada sesuatu yang aneh darinya."

Belum sempat Faenish maupun Drina mengatakan sesuatu, terdengar seruan seorang gadis dari barisan anak kelas satu di depan, "Kau tak berbakat? Apa kau mengikutiku setelah menabrakku di luar dan kau menyusup masuk ke sini?"

Gadis di depan tabung tidak mengatakan apa pun, ia justru memejamkan matanya. Sesuatu perlahan mulai muncul. Bukan hanya Faenish yang menyadari itu, seseorang di belakang Faenish tiba-tiba berseru, "Hei lihat! Apa itu benang awan? Tipis sekali!"

"Kurasa ia hanya perlu beradaptasi dengan bakatnya," bisik Faenish. "Jangan berprasangka buruk dulu."

"Baiklah, baiklah. Maafkan aku."

Namun esok harinya saat jam istirahat, Ryn kembali mengungkit tentang gadis itu. Secara kebetulan Maery datang membawa gadis yang sedang mereka bicarakan. Siapa sangka gadis yang bernama Clarine tersebut bukanlah Kaum Berbakat tetapi secara tidak sengaja melewati portal. Clarine kemudian meminta bantuan mereka agar ia bisa keluar dari akademi dengan selamat.

"Apa kita harus membantunya?" tanya Ryn begitu Maery dan Clarine berjalan pergi. "Kita masih punya masalah kita sendiri, Faenish mungkin terlihat baik-baik saja, tetapi kalian tahu sendiri. Ditambah lagi aku merasa sosok misterius yang mengikuti Faenish sekarang nampak lebih padat dari sebelumnya, benar-benar membuat bulu kudukku merinding. Kita harus mencari cara menyingkirkannya. Bagaimana kalau nanti dia menjadi cukup padat hingga bisa mencekik Faenish?"

"Aku merasa baik-baik saja," ujar Faenish. "Kurasa tidak ada salahnya kita membantu orang lain dahulu, masalahnya bahkan lebih mendesak dari masalahku."

"Inilah risiko bersahabat denganmu Faenish," ucap Ryn sambil menggelengkan kepala. "Jadi apa yang harus kita lakukan?"

"Aku akan mempelajari ulang peraturan akademi, siapa tahu ada sesuatu yang bisa kita gunakan," ujar Faenish.

"Jangan bilang kita akan menghabiskan waktu di perpustakaan?" pekik Ryn ngeri.

Faenish dan Drina langsung tertawa melihat ekspresi wajah Ryn.

"Aku tidak memintamu untuk ikut denganku Ryn," kata Faenish. "Kau bisa pergi dengan Drina untuk bertanya kepada nenek Via atau orang lain yang sudah pernah berada di akademi."

"Itu terdengar lebih baik," seru Ryn bersemangat, "kalau begitu ayo kita lakukan misi penyelamatan ini!"

Continue Reading

You'll Also Like

23.1M 1.9M 91
[CHAPTER MASIH LENGKAP, EXTRA CHAPTER TERSEDIA DI KARYAKARSA] Sembari menunggu jadwal wisuda, Sabrina memutuskan menerima tawaran bekerja sementara d...
8.6M 678K 71
Kanesa Alfira hanya berencana berlibur usai resign dari Tano Group setelah bekerja selama 6 tahun. Memilih pulau Komodo sebagai destinasi liburan 2 m...
409K 36.2K 37
Buku Ketiga dari empat buku dalam seri T.A.C.T. (Fantasy - Romance) Apa yang akan kamu lakukan saat mengetahui kalau dirimu dijodohkan dengan lebih d...
75K 13.4K 31
[Fantasy - Adventure] Orang tua Viona sudah meninggal sejak lama, sejak ia kecil. Namun, di umurnya yang ke-19 ini, sebuah rahasia besar baru terungk...