Sekumpulan penjaga yang tadi membawa mereka masuk, kini juga mengawal mereka untuk keluar dari tempat itu. Dibandingkan dengan sewaktu masuk tadi, kini tidak adanya rasa enggan ataupun kebingungan diantara mereka berempat. Malahan, Maxwell dan Larry dapat berjalan dengan langkah kaki yang cukup cepat. Melihat reaksi mereka yang seperti tidak ingin berada di situ lebih lama lagi, kedua penjaga terdepan mempersilahkan mereka berjalan sendiri hingga pada gerbang luar kerajaan.
(–)
Sinar bulan yang cerah memancarkan pantulan cahayanya pada lapangan terluar dari kerajaan. Setelah sepenuhnya menjauh dari area itu, Edmund dan Averie diam berdiri di belakang Maxwell dan Larry yang lanjut berjalan beberapa langkah ke depan.
"sepertinya dia tidak ingin bicara ya?", Larry diam berdiri menghadap ke atas.
"ternyata apa yang dikatakan Tilia benar, raja Alaric tidak ingin mengakui akan keberadaan kelompok magis itu", Maxwell menambahkan.
"sungguh sial ya, sebenarnya aku sedikit mengharapkan bahwa dia akan mengakui hubungannya dengan mereka dan membantu kita untuk menghadapi kelompok magis", lanjut kata Larry masih terlihat sedikit kesal.
"jadi, apa yang akan kita lakukan?", tanya Edmund sambil berjalan ke depan.
"apa ini waktunya kita bertemu dengan kakakku?", Averie memandang situasi yang mereka alami saat ini.
"iya, sepertinya itu satu – satunya pilihan yang dapat kita lakukan", kata Maxwell sedikit menggaruk kepalanya.
"bagaimana menurutmu Larry?", Maxwell melihat raut wajahnya yang masih belum tenang.
"aku rasa itu adalah pilihan yang tepat. Lagipula kita harus bersiap dengan apa yang akan terjadi di Aeithein", jawabnya mulai berjalan.
(–)
Langit malam dipenuhi oleh bintang serta warna gelap yang sangat indah. Hawanya sejuk dan tiupan angin ikut serta menambahkan sensasi dingin yang disukai oleh banyak orang. Namun apa yang telah dirasakan jika waktu seperti ini berkepanjangan? Di tengah – tengah hari yang seperti biasanya ini, suatu hal terasa tidak asing jika pikirkan secara baik – baik.
Apakah tanah yang dipijak ini? Ataukah waktu di mana segala selalu terjadi? Jika hal itu pun benar, tidak ada siapapun yang tahu, bahkan langit yang nampak serupa setiap harinya tidak akan pernah bertemu dengan titik yang sama seperti dulu lagi.
(–)
"Larry, apa kau baik – baik saja?", tanya Averie setelah memperhatikan ekspresinya selama ini.
"ah, iya, aku tidak apa – apa. Aku hanya sedang bergumam pada diriku sendiri", jawabnya sedikit terkejut.
"bergumam ya? Apa ada hal yang kau pikirkan setelah pertemuan kita dengan raja Alaric?", tanyanya kembali masih belum yakin.
Larry berdiam sebentar, pandangannya beralih menuju jalanan hutan yang lurus pada bagian kanan kota. Bersamaan dengan itu, dilihatnya Maxwell dan Edmund yang sedang berbincang – bincang di depan mereka.
"tentunya. Ada banyak hal yang terpikirkan setelah mendengar segala respon yang diberikan oleh raja Alaric. Namun dari segala perkataannya, aku merasa dia tidak jujur kepada dirinya sendiri", Larry menghela nafasnya.
"perkataannya tentang bagaimana ia tidak mempercayai raja Adelio, aku dapat memahami hal itu".
"benarkah?", tanya Averie.
"benar, itulah tindakan yang dilakukan oleh raja – raja demi melindungi rakyatnya. Egois dan eksklusif. Namun meski mengerti akan hal itu. Aku tidak dapat berhenti merasakan bahwa ia memiliki rencananya tersendiri. Entah itu bermanfaat bagi kita atau tidak".
(–)
Malam terus berlalu dengan hembusan angin yang lebih dingin dari biasa. Dari depan, Maxwell dan Edmund dapat melihat Larry yang telah keluar dari keheningan dalam dirinya sendiri.
"kalau dilihat baik – baik, nampaknya Larry merasa lebih nyaman jika berbicara dengan Averie", Edmund berkomentar.
"iya, mungkin karena itu ia memilih untuk melatihnya", kata Maxwell ikut melirik ke belakang.
"yah, selain warna matanya yang berwarna ungu, aku pikir ada benarnya hal itu", Maxwell kembali memandang ke depan.
Edmund juga kembali memperhatikan jalannya di depan dengan hamparan pohon serta rerumputan hijau yang bergerak – gerak diiringi oleh tiupan angin malam.
"tampaknya ada sesuatu yang berubah dengan Larry ya?", Edmund melihat reaksi perkataan Maxwell tadi.
"yah, walau dia orang yang sedikit misterius dan kadang terlihat menutup dirinya. Kini aku pun dapat melihat sikapnya yang semakin lama semakin berubah", Maxwell memandang ke langit.
"seperti apa dia sewaktu dahulu?", Edmund mulai penasaran.
"hahaha, aku tidak suka membicarakan orang di belakangnya. Tapi...", kata – katanya terpotong.
"karena kita berjalan di depan, tidak apa – apa sedikit saja", jawabnya yang berkebalikan dengan apa yang dipikirkan oleh Edmund.
"hmm, mulai dari mana ya?", kedua mata kuningnya memperhatikan gerakan bintang di langit yang bersinar.
"semua itu bermula sejak aku bertemu dengannya hampir sembilan tahun yang lalu. Dia adalah salah satu orang khusus yang dipilih langsung oleh raja Adelio sebagai pengumpul informasi berhubungan dengan kota Aeithein, ataupun Nocterum. Karena segala peperangan yang terjadi tak lama sebelumnya, banyak situasi panas membara yang terjadi antar sesama kerajaan, maka dari itu, ia ditugaskan dengan hal tersebut".
Maxwell menghentikan perkataannya sebentar lalu memandang Edmund dengan ragu.
"sebenarnya tidak ada kejadian yang menarik antara kita berdua. Baik itu tugas ataupun interaksi sesama. Karena hal itulah aku selalu melihatnya diam dan hanya melakukan tugasnya dengan tenang. Jika aku perlu mengatakan suatu hal menarik terhadapnya, maka Larry adalah orang yang sangat terpercaya. Dia selalu melakukan tugasnya dengan cepat dan juga efisien. Mungkin dia bisa diduga sebagai orang yang malas atau tidak suka dengan tugasnya, namun dengan segala ketelitian dan dedikasinya akan apa yang selama ini ia hasilkan, aku rasa dia hanyalah orang yang tidak suka dengan tugas yang menumpuk", Maxwell tersenyum kecil setelah mengatakan hal itu.
"yah, walaupun begitu. Sebagai sesama anggota prajurit kerajaan yang paling dekat, aku masih belum mengetahui banyak akan kehidupannya sebelum masuk ke dalam kerajaan maupun hal – hal kecil lainnya", lanjutnya.
"aku juga merasakan hal yang sama dengannya", kata Edmund sedikit meliriknya juga.
"bahkan aku juga belum mengetahui banyak hal mengenaimu Edmund", kata Maxwell melanjutkan topik yang sama.
"hah, benarkah?", tanyanya terkejut.
"sewaktu aku pertama bertemu denganmu dan Edzard, banyak pemikiran yang terlintas di kepalaku saat itu. Pada waktu itu, aku merasa bingung mengapa raja Adelio membawakan remaja berusia tujuh belas tahun untuk menjalankan misi menuju kota yang berbahaya ini. Bahkan awalnya aku ingin menolak tawarannya. Namun setelah melihat apa yang terjadi dengan sesama prajurit kerajaan yang terkena warna mata ungu, pada saat itulah aku sadar bahwa kita tidak memiliki banyak pilihan berkaitan dengan orang yang dapat diandalkan", kata Maxwell.
Mendengar perkataan darinya itu, Edmund merasa terkejut dan senang dengan pendapat yang diberikan olehnya terhadap dirinya. Meski ia tidak dapat membantu banyak hal berkaitan dengan segala misi ini, Edmund merasa lega bahwa dirinya dapat bertemu dengan Maxwell dan dilatih hingga menjadi seperti sekarang ini.
"namun, meski berkata demikian, aku masih memiliki satu hal yang tidak dapat kulepaskan", nada bicaranya berubah.
"ada apa itu?", tanyanya merasa khawatir.
"kau pasti telah mendengar Tilia mengatakan hal ini sebelumnya ya? Tapi apa yang ingin kukatakan adalah. Aku tidak ingin membawamu ke dalam bahaya lebih banyak lagi. Karena kita ingin bertemu dengan salah satu markas kelompok magis, aku ingin agar kau tetap berada dekat denganku dan mempersiapkan dirimu dengan segala teknik tombak yang telah kuajarkan. Bahkan jika aku tidak dapat datang denganmu ke markas mereka, aku harap kau masih dapat melakukannya", Maxwell mempersiapkan diri Edmund.
"baiklah", Edmund mengangguk siap.
(–)
"ada apa Larry?", tanya Averie melihatnya yang meraba telinganya selama satu menit terakhir.
"aku tidak tau, rasanya ada yang membicarakan tentang diriku".