Rahasia Seroja

By peachxss3

31 0 0

"Kalau bisa memutar waktu, lebih baik gue nggak perlu tau tentang kenyataan ini..." Seroja ingat, hidupnya se... More

1 - Siapa Dia?
2 - Pertemuan
3 - Pemilik Gantungan Kunci
4 - Insiden Telat
5 - Hal Tak Terduga
6 - Kemah
7 - Rahasia lagi
8 - Kembali
9 - Tamu Tak Diundang
10 - Aneh
11 - Perlahan
12 - Satu hari bersamanya
14 - Tertangkap basah
15 - Terkuak
16 - Akhir dari semua (END)

13 - Pengakuan

1 0 0
By peachxss3


 Sebentar lagi SMA Kencana akan melaksanakan ujian sekolah. Seroja dan Gina sepakat akan belajar bersama sampai hari ujian itu tiba. Dari pulang sekolah hingga malam tiba, mereka berdua masih berdiskusi tentang mata pelajaran yang belum diketahui. Untungnya, rumah Gina jaraknya tak begitu jauh dari rumah Seroja.

Ibunya bahkan sampai heran, sejak kapan Seroja belajar dengan fokus seperti ini. Tetapi, ibu berpikir mungkin karena sebentar lagi akan ujian, anak gadisnya ini ingin menunjukkan nilai yang terbaik selama bersekolah.

"Kemarin lo ke mana? Gue telepon nggak diangkat?" tanya Gina sambil menggigit buah apel yang sudah dihidangkan oleh ibu Seroja.

Seroja mencoba memutar otak, bagaimana ia harus menjawab pertanyaan menjebak ini. Kalau dijawab jujur sudah pasti Gina akan menyuruhnya bercerita sampai ke akarnya, dan jalan satu-satunya mau tidak mau ia harus berbohong.

"Ke rumah nenek gue di Pangandaran, healing sebelum ujian. Dari pada di rumah, mending gue pergi aja." Dalihnya agar Gina tidak bertanya-tanya lagi.

Gina pun tidak bertanya lagi dan melanjutkan belajarnya. Selagi menunggu Gina yang masih belajar, Seroja mengambil ponselnya dan bertukar pesan dengan seseorang.


"Nge-chat siapa sih sampe senyum-senyum kayak orang gila?"

"Kepo banget, ini adalah urusan orang dewasa. Kamu masih kecil."

Gina melemparkan bantal kecil yang berada di atas sofa. Seroja hanya tertawa terbahak-bahak dan pergi menghindari Gina yang masih saja berlari mengejarnya.

***

Malam ini Reano ikut pergi menghadiri acara keluarga. Sebenarnya ia tidak ingin ikut, tetapi karena bunda memaksa, dengan berat hati ia menyetujuinya. Padahal ia sudah ada janji dengan Abian, katanya ingin berbincang-bincang sedikit.

"Ckk.. tadi katanya mau ketemuan, tapi sampe jam segini belum ada pesan apa pun yang masuk." Reano berdecak sebal. Ia sudah bosan berada di tempat ini, jika Abian menghubunginya, hal ini dapat ia jadikan alasan agar bisa ke luar dari sini.

Bunda yang melihat gelagat aneh dari anak laki-lakinya pun bertanya. "Ada apa sih, No? Kok kamu kayak gelisah begitu? Aneh banget."

"Si Bian mau ajak ketemuan, tapi Rean malah dibawa sama Bunda ke acara ini. Jadinya anak itu nggak bisa dihubungin deh." Bisik Reano. Mendengar itu Bunda langsung tengok kanan-kiri, takut ada yang mendengar.

"Kamu mau ketemuan sama dia?"

Reano mengangguk, "Reano pulang aja kali ya?"

Lalu ia meraih tangan bundanya. "Boleh ya Bun, Reano pulang duluan? Lagi pula di sini Reano kayak kambing congek, nggak ada temennya."

Manik matanya masih menatap bunda dengan pandangan memohon. "Ya.. pergilah. Percuma juga Bunda nahan kamu di sini, pasti di rumah bakal diungkit-ungkit terus."

Reano tertawa kecil, bunda sangat tahu kebiasaannya jika permintaannya tidak dituruti. "Terima kasih, Bun! Nanti Reano beliin rainbow cake kesukaan Bunda deh."

"Terserah kamulah, udah sana temuin Abian. Jangan pulang malam-malam, ingat kamu masih pelajar."

Sebelum pergi, tangannya membentuk tanda bulat. "Oke, Bunda. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Hati-hati,Nak."

Selepas Reano pergi, bunda mengambil ponselnya di dalam tas, lalu menelepon seseorang.

"Tolong bereskan kamar tamu di sebelah kamar Reano ya Bi, kalau capek nanti sisanya saya aja yang rapikan. Terima kasih."

"Baik, Bu!"

Suara dari sana mengakhiri pembicaraan tersebut. Bunda tersenyum simpul, ada baiknya bila mengajak Abian untuk tinggal bersama, supaya Reano tidak kesepian lagi.

***

"Ibu, Oca mau pinjam sepatu warna hitam yang jarang dipakai sama Ibu tuh, boleh nggak?" teriak Seroja dari dalam kamarnya.

Ibu yang sedang berada di ruang tamu menyahutinya kembali. "Buat apa sepatu itu?"

Seroja bergegas keluar kamar. Memerhatikan Ibunya yang sedang asyik menjahit. "Buat jalan sama Gina. Ada nggak, Bu?"

"Astaga, kamu bikin kaget aja. Ada di kamar Ibu, tolong liat lemari paling bawah, sepertinya ada di sana. Coba kamu liat aja sendiri, ganggu aja Ibu lagi jahit!"

Protes ibu yang merasa terganggu karena Seroja banyak bertanya. Ia pun mengusir Seroja dari ruang tamu, dan kembali melanjutkan kegiatan menjahitnya. Dengan cepat, gadis itu berlari menuju kamar ibunya.

Selagi dirinya mencari sepatu sang ibu, tak sengaja Seroja menemukan sebuah buku catatan kecil yang sudah lusuh dan menguning. Sepertinya, buku ini sudah tersimpan lama sekali. Ketika Seroja membuka buku itu, tiba-tiba selembar foto jatuh ke lantai.

Diambilnya foto tersebut, Seroja mengernyit karena melihat seseorang yang cukup ia kenal di dalam foto tersebut. Ibunya sedang menggendong seorang anak laki-laki kira-kira usianya sekitar dua tahun. Seroja juga merasa familiar dengan anak laki-laki itu, tapi ia lupa pernah melihatnya di mana.

"Apa gue coba tanya Ibu ya? Kayaknya foto ini udah lama banget, semoga aja Ibu masih ingat." Harapnya semoga sang ibu dapat mengingat siapa anak laki-laki itu. Sungguh ia sangat penasaran.

"Bu?"

"Apalagi Seroja cantik, senang banget sih bikin Ibu kaget. Nggak liat ini Ibu lagi pegang jarum, kalo ketusuk bagaimana?" seru ibu mencoba menahan kekesalannya karena terkejut.

"Oca nemuin foto ini pas lagi cari sepatu di lemari bawah, Ibu kenal sama anak laki-laki itu? Kok mukanya mirip banget sama Ibu, terus juga Oca juga nggak asing sama wajah anak itu, tapi Oca lupa liat di mana." Seroja memberondong banyak pertanyaan pada ibunya.

Tampaknya Ibu terlihat sedih saat melihat foto lusuh itu. ia pun menghela napas. "Sepertinya ini waktu yang tepat, kamu juga sudah dewasa. Anak yang sedang Ibu gendong itu,"

"Ibu jangan bikin Oca takut deh"

Ibu memberi jeda sebentar, "Anak laki-laki itu, kakak kamu Ca."

Seroja melongo tak percaya, bagaimana bisa dirinya memiliki seorang kakak laki-laki.

"Kok bisa? Maksudnya, kenapa Ibu nggak pernah beritahu Oca?"

"Oca dengerin dulu, bukannya Ibu tidak ingin memberitahu kamu. Tapi.." Ibu bingung harus menjawab seperti apa karena Seroja terus saja memotong pembicaraannya.

"Tapi apa, Bu? Ibu menyimpan rahasia sebesar ini, bagaimana Oca nggak kaget kalo ternyata Ibu masih memiliki anak selain Oca."

Seroja merenung. Masih tidak percaya bahwa ibunya menyimpan sebuah rahasia yang sama sekali tidak pernah ia ketahui. Mempunyai kakak? Itu adalah sebuah kejutan besar bagi dirinya dan ia baru tahu saat usianya sudah 17 tahun. Betapa hebatnya ibu karena menyembunyikan rahasia itu sejak ia lahir.

"Namanya siapa? Kakakku?" tanya Seroja penasaran.

"Abian Rendra Wijaya."

Seketika tubuhnya menegang saat ibu menyebutkan nama lengkap tersebut. Semua pertanyaan yang ingin dilontarkannya hilang semua. Pikirannya langsung tertuju pada satu orang.

"Apa benar itu nama lengkapnya, Bu?" sekali lagi Seroja bertanya pada ibu untuk memastikan kalau ia tidak salah dengar.

Ibu mengangguk seraya menatap foto itu dengan raut wajah sedih. "Mungkin sekarang kakak kamu hidupnya sudah lebih baik. Ibu ingin sekali bertemu dengannya walau hanya sebentar. Tapi, sampai saat ini Ibu nggak tahu ia tinggal di mana."

Seroja beranjak dari kursi tamu, meninggalkan ibu yang masih memandang foto itu . Ia pun masuk ke dalam kamarnya dan merebahkan diri di atas kasur. Sekali lagi, ia masih tidak percaya dengan rahasia yang baru saja ibu ceritakan.

"Nama itu, sama persis dengan Abian. Tapi, nggak ada nama belakang Wijayanya." Seroja berpikir positif, bahwa kakaknya bukanlah Abian yang ia kenal

"Ah, mungkin namanya emang pasaran. Tapi, kenapa pas liat fotonya kayak pernah gue liat ya?"

Buru-buru ia membuka lemari bajunya dan mengambil sebuah kotak kecil dari bawah. Kotak itu merupakan pemberian dari Abian saat masih bersamanya. Dibongkarnya kotak itu, sampai akhirnya ia menemukan sebuah foto anak kecil yang wajahnya mirip sekali dengan sosok anak yang ada di dalam foto bersama ibunya.

"Abian Rendra dan Abian Rendra Wijaya, wajahnya saat masih kecil juga hampir mirip. Nggak mungkin!" gumam Seroja sembari memejamkan matanya sebentar.

Seroja mengacak-acak rambutnya kasar. "Wah, kalo mereka ini satu orang yang sama. Gimana dong?"

Bibirnya bergetar menahan tangis, dalam hati ia menyesal, seharusnya tak perlu menanyakan tentang foto itu kepada ibu yang malah membuatnya jadi pusing seperti ini.

Ia menggelengkan kepalanya, berusaha untuk menepis semua kemungkinan yang berputar di dalam otaknya. Seroja menitikkan air mata, napasnya terasa sesak. Ia menyadari bahwa akan ada sebuah rahasia lagi yang mungkin akan terkuak berkat foto yang baru saja ia temui.

Ia tidak ingin memercayainya, tetapi melihat perubahan raut wajah ibu yang sangat sedih saat melihat foto itu, rasanya seperti bukti kuat yang tidak bisa dielakkan. Satu-satunya yang bisa Seroja lakukan saat ini adalah menolak kenyataan.

***

Jam digital di ponselnya menunjukkan pukul 21.00 ketika Reano tiba di rumah. Dan, sampai saat ini Abian belum menghubunginya kembali.

Ini jadi nggak sih Bian ketemu gue?

Sementara menunggu Abian datang, Reano berbaring di sofa sembari mengecek ponselnya. Karena bosan, ia membuka album foto di ponselnya. Selagi ingin membuang foto yang tidak penting, matanya tertarik untuk melihat sebuah foto seorang gadis yang sedang tertawa riang melihat matahari terbenam.

Ada sesuatu yang hangat menjalar di dalam dada Reano kala ia menatap foto tersebut. Gadis itu benar-benar membuatnya jatuh hati. Namun, lagi-lagi ia teringat rahasia itu.

"Hayoloh, lagi liat fotonya siapa?" suara bisik itu membuatnya terkejut setengah mati, bahkan ponselnya sampai terlempar dan jatuh ke lantai.

"Emang nggak punya adab, minimal kalo mau masuk rumah orang itu ngucap salam!" jawabnya ketus, Reano bangkit dari sofa dan pergi ke dapur untuk mengambil minum.

"Lah, gue udah ngucap salam kali. Lo aja yang sibuk liatin foto cewek cantik, makanya nggak tau kalo gue udah masuk rumah." Teriak Abian. Ia protes karena saat datang ke rumah Reano, pintunya dalam keadaan terbuka dan sebelum masuk pun ia juga sudah mengucapkan salam. Memang Reano saja yang sedang kasmaran, jadi tidak mendengarkan apa pun termasuk kedatangan Abian.

"Gue mau balikin ponsel." Ujar Abian tiba-tiba.

"Kenapa?"

"Ya, karena gue mau hubungin Oca tanpa harus bohong lagi."

Reano menggeleng tak setuju. "Kartu simnya aja yang dibalikin."

Ia sudah nyaman menggunakan ponsel Abian ini, apalagi di dalam ponsel ini terdapat banyak foto Seroja yang ia ambil saat bersamanya kemarin.

"Salah banget ngajakin Reano tukeran ponsel." Ucap Abian sedih. Padahal ponsel itu baru saja ia beli saat pulang ke Bandung.

Reano terkekeh sebentar, lalu kembali dengan senyum datarnya. "Lo nggak nge-chat Seroja yang aneh-aneh kan?"

"Liat aja sendiri." Senyuman licik terlihat dari wajah Abian.

"Jangan lupa kirimin foto adik gue yang manis itu ya, kayaknya dia senang diajak ke pantai lagi."

Reano mengangkat kepalanya ketika mendengar pernyataan Abian. "Berarti benar yang dia bilang itu?" gumam Reano.

"Seroja bilang apa?" Abian yang penasaran bertanya kepada Reano.

"Mau tau aja, lo tuh nggak diajak!" ejek Reano. Ia bergegas pergi meninggalkan Abian yang masih sibuk dengan rasa penasarannya itu.

"Kurang ajar! Rean, sini lo!" Abian mengejarnya, tak lupa membawa bantal sofa untuk memukul adik tirinya itu.

***

"Abian, Tante sudah bereskan kamar tamu dan sekarang itu jadi kamar kamu. Dan, hari ini pun kamu sudah bisa tidur lagi di sini."

"Lho, Bunda nyiapin kamar lagi buat Bian?" tanya Reano yang kaget karena bunda tidak memberitahunya sama sekali. Namun, pertanyaan Reano tidak digubris olehmya.

"Beneran, Tan?" mata Abian berbinar-binar.

"Ya benar dong, kamu kan juga bagian dari keluarga ini. Terus jangan merasa sungkan kalo di rumah ini, kamu juga boleh kok manggil 'Bunda' sama kayak Reano." Ujar Bunda santai.

Bunda tahu bahwa Abian sudah lama terpisah jauh oleh ibu kandungnya. Selama ini bunda juga tahu alasan Abian pergi dan menghilang bagai tertelan bumi, sebab ayah telah membohonginya jika Ibu kandungnya telah tiada. Namun, tak sengaja ia menemukan beberapa foto seorang gadis dan iIbunya yang berceceran di lantai kamar kerja ayah. Yang lebih mengejutkannya lagi, ia menemukan sebuah dokumen tes DNA, di sana tertulis sebuah nama yang begitu ia kenal, menyebutkan bahwa nama tersebut 99% adalah anak kandungnya.

"Kamu juga udah berbaikan sama ayah, jadi nggak masalah kalo kamu tinggal di sini lagi. Daripada kamu ngekos, ayah khawatir kamu tinggal sendiri di sana."

Tak sanggup berkata-kata, Abian menitikkan air matanya. Bunda yang melihatnya tanpa ragu memeluk tubuh tinggi itu.

Tidak bisa dipungkiri, pemilik bola mata cokelat itu membuatnya merasa nyaman meskipun statusnya hanyalah ibu tiri baginya. Tetapi, kasih sayang itu terpancar begitu dalam untuknya. Lagi-lagi, Abian merindukan sosok ibu kandungnya yang sekarang entah berada di mana.

"Terima kasih, Bunda." Tuturnya dengan lembut. Sekali lagi bunda memeluk Abian dengan rasa sayang. Reano yang berada di sana seperti patung yang hanya menontoni kebahagian mereka berdua.

"Rean nggak dipeluk juga, Bun?" tanya dengan muka memelas.

"Kamu siapa?" seru Abian yang sepertinya ingin balas dendam karena tadi Reano mengejeknya.

Reano malah melengos dan berbalik menuju kamarnya. Tawa bunda dan Abian pun memecah kesunyian rumah ini melihat kelakuan Reano yang seperti anak kecil.

***

Sementara itu, di lain tempat. Seroja sudah menghilangkan rasa cemasnya terhadap semua rahasia yang baru saja ia ketahui. Ia berharap, semoga tidak ada lagi kebohongan-kebohongan yang merajalela di hidupnya, karena Seroja benci dengan seorang pembohong.

Lebih baik ia menyibukkan diri untuk belajar ujian. Tidak ada yang boleh menurunkan semangatnya, ini adalah babak awal untuk menentukan ke mana ia akan melangkah menuju kesuksesan. Semua hal yang saat ini ia alami, hanyalah batu loncatan menuju masa depan yang cerah.

Seroja merenggangkan seluruh persendiannya yang terasa kaku. Akhirnya ia sudah menyelesaikan belajarnya, walaupun hanya dapat tiga mata pelajaran. Menurutnya itu sudah cukup bagus dan ada perkembangan, karena biasanya saat belajar bersama Gina ia hanya bisa menghabiskan satu mata pelajaran saja.

Ponselnya berkedip, dan muncul sebuah notif pesan masuk. Seroja pun mengecek siapa yang menghubunginya malam-malam begini.

Seketika suara teriakan memenuhi kamar tidurnya. Ia terkejut bukan main, sejak kapan Reano mengirimi pesan tidak penting seperti ini? Apa cowok itu terjatuh dan kepalanya terbentur benda tajam? Ah, ia juga tidak terlalu peduli sih dengan itu. Sekarang ini, waktu sedang berpihak kepadanya untuk bertanya kepada Reano perihal gantungan kunci bulan yang sejak awal bertemu menarik perhatiannya.

Namun, ketika ia menanyakan hal tersebut, mengapa sulit untuk memercayai jawaban dari cowok itu. Seingatnya, Gina pernah bergosip kalau Reano tidak suka berkumpul dengan sanak saudaranya, bahkan ia selalu meminta pulang jika di ajak pergi ke acara keluarga.

Melihat jawaban dari Reano, ia sedikit tersipu. Lihat saja, mana ada seorang Reano tengah malam begini sedang menggombali gadis macam dirinya. Ia yakin, cowok ini sedang mencoba untuk membohongi dirinya.

Jika benar semua ini adalah kebohongan yang sedang ditutupi oleh Reano. Haruskah ia mengubur kembali rasa yang baru saja bersemi di hatinya? Tapi, yang namanya perasaan itu tidak bisa dipaksakan bukan?

Lho, kok gue jadi ngaku sama perasaan sendiri?

Continue Reading

You'll Also Like

916K 74.6K 38
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 6) ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ______________ Dalam novel berjudul 'kisah u...
330K 29.9K 50
"Resusitasi adalah prosedur medis darurat yang dilakukan untuk menyelamatkan nyawa seseorang saat pernapasan atau jantungnya berhenti. Lakukan dengan...
STRANGER By yanjah

General Fiction

1M 110K 59
Terendra tak pernah mengira jika diumurnya yang sudah menginjak kepala empat tiba-tiba saja memiliki seorang putra yang datang dari tempat yang tak t...
144K 6.2K 32
ini bukan bl yaww‼️ albara kalandra bocah yang memiliki wajah imut, cantik, dan tampan secara bersamaan. entah keberuntungan apa yang bara dapatkan...