Happy reading!!!
Natasha berkutik dengan alat masak di dapur mewah rumah Aaron. Dia sudah memasak beberapa makanan. Dia tidak sendiri, dia di temani oleh bunda Aaron dan salah satu pembantu rumah Aaron.
Dia begitu fokus dengan masakannya hingga tidak sadar dengan keberadaan Aaron di sampingnya. Pemuda itu tersenyum melihat Natasha yang begitu fokus, sesekali dia terkekeh melihat Natasha yang sedikit kesal karena masakannya.
"Santai aja kali masakannya, ini bukan master chef" ledek Aaron ketika Natasha menggerutu.
"Diem kak, kakak gak tau kalau masakan itu harus enak" jawab Natasha tanpa menoleh. Tangannya sibuk menaburkan garam dan beberapa penyedap rasa. Di rasa rasanya sudah enak, Natasha tersenyum puas.
"Udah selesai" seru Natasha bahagia. Dia segera menaruh masakannya di piring kemudian dia taruh di meja makan. " Bunda, aku udah selesai nih"
Natasha berjalan mendekati bunda yang ternyata juga sudah selesai memasak. Aaron yang di abaikan berdecih. Jika sudah berdua Aaron di abaikan, tapi dia senang karena Natasha sudah begitu akrab dengan sang bunda.
"Bunda juga udah selesai nih, yuk kita makan"
"Nyonya, saya juga selesai masaknya" bibi memberikan sepiring ayam goreng kepada bunda Aaron.
"Bibi ikut kita makan aja, boleh kan bunda?" Natasha melirik bunda, meminta persetujuan. Wanita itu mengangguk sambil tersenyum. Tentu dia mengizinkan bibi untuk makan bersama.
"Enggak deh non, bibi makan di belakang aja"
"Kita masak banyak loh bi, masa cuman bertiga"
"Udah gak papa bi, yuk kita makan sama-sama" ajak bunda.
"Serius gak papa nyonya?" Bunda mengangguk, " makasih nyonya, non"
Natasha tersenyum ramah. Lagi pula mereka memasak banyak, mana mungkin bisa habis hanya dengan tiga orang di meja makan. Mereka berempat duduk dengan nyaman dan segera menikmati masakan hasil dari tiga chef.
"Makan yang banyak bunda" Natasha memberikan sepotong ayam goreng untuk bunda, dia juga memberikan kepada bibi dan juga Aaron.
"Kamu udah pantes sih jadi istri aku" celetuk Aaron membuat Natasha mengerutkan keningnya. " Bunda, kalau aku nikah sama Natasha boleh gak?"
"Emang Natasha nya mau sama kamu?"
Pertanyaan bunda membuat wajah Aaron berubah datar dan itu mengundang tawa Natasha dan bibi. Bukanya di dukung malah di ledek pikir Aaron. " Ya pasti mau lah, kalau gak mau pasti Natasha gak jadi pacar Aaron" bela Aaron penuh percaya diri.
"Kalau gak di paksa aku gak bakal jadi pacarnya kak Aaron, bunda" sahut Natasha membuat Aaron gemas sendiri. Ingin rasanya berteriak karena tidak ada yang mendukung.
"Bi, kalau menurut bibi Aaron cocok gak sama Natasha?" Aaron beralih menatap bibi. Perempuan paruh baya itu tersenyum kemudian mengangguk membuat Aaron kesenangan. bibi memang yang terbaik. " Cuman bibi doang yang dukung Aaron, gak kaya kalian berdua"
Aaron memeluk tangan bibi, dia menyenderkan kepalanya di bahu bibi. Di asuh sejak kecil oleh bibi membuat Aaron lebih dekat dengan bibi daripada kedua orangtuanya. Mungkin ini kali pertamanya dia bisa merasakan kebahagiaan bersama keluarganya meskipun tidak lengkap. Sang ayah belum juga pulang, padahal Aaron sudah menunggu untuk berbicara dengan bundanya agar masalahnya cepat selesai.
***
Setelah makan, Aaron mengajak Natasha ke kamarnya. Mereka duduk di sisi ranjang, menatap ke depan tepat balkon kamar Aaron terlihat. Aaron melirik ke arah Natasha, dia menyelipkan anak-anak rambut di telinga Natasha.
"Sha..."
Panggilan itu membuat Natasha menoleh. Menatap mata Aaron yang begitu teduh untuk di tatap. " Kenapa kak?"
"Kamu sayang gak sih sama aku?"
Natasha terkekeh mendengar pertanyaan konyol Aaron. tentu dia sayang, ya meskipun awalnya dia sangat benci dengan Aaron yang seenaknya mengajak pacaran tapi memaksa. Tapi dengan berjalanya waktu, dia sudah bisa menerima kenyataan bahwa dia adalah pacar dari Aaron.
Hari-harinya di habiskan dengan Aaron membuat Natasha jatuh cinta dengan apa yang Aaron lakukan. Seperti hal kecil yang membuatnya yakin dengan Aaron adalah dia selalu merasa aman. Dulu dia akan menjadi sasaran bully oleh Alexa dan teman-temannya, tapi saat Aaron mengatakan jika dia adalah pacarnya, tidak ada lagi yang mengganggunya karena dia adalah seorang gadis miskin.
"Kenapa nanya gitu?"
"Cuman nanya aja, gak boleh?"
Natasha menggeleng, " aku sayang kok sama kakak, meskipun masih ada sedikit rasa kesel"
"Kesel karena aku maksa kamu jadi pacar aku?" Natasha mengangguk, " terus alasan kamu bertahan sama aku, apa?"
"Karena aku nyaman sama kakak...gak tau kenapa kalau sama kakak aku merasa aman dan rasanya bahagia...ya meskipun agak ngeselin karena posesif"
Aaron terkekeh kecil, dia posesif karena tidak mau Natasha di ambil oleh orang lain. Natasha itu hanya miliknya untuk selamanya. Aaron tidak akan membiarkan siapapun merusak hubungan yang sudah berjalan beberapa bulan ini.
"Aku posesif artinya aku sayang sama kamu...aku gak mau kamu suka orang lain selain aku apalagi sampai kamu pergi dari kehidupan aku" Aaron menatap mata Natasha begitu dalam. Dia mengusap punggung tangan Natasha kemudian tersenyum.
"Kak...aku mau tanya sesuatu, boleh?" Aaron mengangguk, " kenapa kakak suka sama aku, sama cewek miskin yang bahkan di bawah keluarga kakak?"
"Aku sebenernya gak suka di tanya kaya gitu, tapi aku bakal kasih tau alasan aku suka kamu... pertama kamu itu baik, pinter dan juga entah kenapa beda aja sama cewek-cewek di luar sana...dan soal masalah ekonomi kamu, aku gak pernah mikir sampai ke sana... karena aku cari pendamping hidup bukan dari itu tapi dari hatinya"
Natasha tersenyum manis mendengar alasan Aaron menjadikanya sebagai seorang pacar. Meskipun dia bahagia, tapi kadang dia memikirkan masa depannya bersama Aaron. bagaimana jika keluarga Aaron tidak suka dengan hubungan antara dirinya dan Aaron? Itu adalah halangan terbesar.
"Makasih kak"
"Aku juga makasih karena kamu bisa nerima aku"
***
Setelah percakapan yang begitu intens, keduanya segera keluar dari kamar dan mereka dikejutkan dengan keberadaan ayah Aaron dan juga Alexa.
Natasha yang sedikit takut, berjalan di belakang Aaron dengan tangannya memegang baju Aaron. Dia melihat tatapan tidak suka dari dua orang yang baru saja masuk kedalam rumah.
"Kenapa kamu bawa dia kesini Aaron? Ayah tidak suka!"
Aaron tidak menggubris, dia malah menarik tangan Natasha kemudian merangkul pundak gadis itu. Memperlihatkan kepada ayahnya bahwa dia tidak peduli dengan apa yang dikatakan. Dia sudah berjanji akan berjuang dengan hubungan ini meksipun ayahnya tidak suka. Toh, dia yang mempunyai hubungan kenapa ayahnya yang tidak suka.
"Kalau datang cuman mau ngomong itu, ayah mending pergi deh dan lo Alexa, kenapa lo ke rumah gue?" Aaron menatap Alexa tidak suka.
"Aaron, berbuat baiklah kepada Alexa, dia itu calon istri kamu nanti"
"Persetan dengan perjodohan yang ayah buat, aku gak peduli!...dan juga jangan harap aku bakal nikah sama Alexa!"
Karena tidak mau membuat Natasha melihatnya bertengkar dengan sang ayah. Aaron segera membawanya keluar dan mengantarkan Natasha pulang. Dia takut ibu menunggu karena ini sudah lumayan malam.
"Kakak setuju di jodohin sama Alexa?"
Aaron menggeleng. Dia tidak ada niatan untuk mengiyakan perjodohan bodoh yang ayahnya lakukan dengan ayah Alexa. Dia tidak mencintai Alexa, dia tidak pernah menganggap gadis itu ada.
"Aku gak pernah setuju, jadi kamu tenang aja"
Natasha merasa lega mendengarnya tapi meksipun begitu dia takut Aaron tiba-tiba setuju dan meninggalkan begitu saja. " Kakak janji kan gak akan ninggalin aku?"
Aaron melirik sekilas kemudian menepikan mobilnya. Dia mencondongkan tubuhnya kearah Natasha, dia tersenyum. " Aku harus gimana kalau mau buktiin kalau aku gak bakal ninggalin kamu?"
"Cium aku"
Entah keberanian dari mana Natasha pengucapan kalimat Kramat itu. Dia hanya ingin membuktikan saja, tidak lebih. Jika Aaron berani dia akan percaya Aaron tidak akan meninggalkannya.
"Yakin?" Tanya Aaron memastikan. Di dalam hatinya sudah bersorak kegirangan, malam ini akan menjadi malam bahagia untuknya. Kapan lagi Natasha mengijinkannya seperti ini.
"Aku yakin"
"Aku tanya sekali lagi, kamu yakin?"
"Aku ya-"
Ucapan Natasha terhenti ketika dengan cepat Aaron menarik tengkuknya hingga bibir tebal Aaron dan bibir tipisnya menempel sempurna. Mata Natasha melotot karena terkejut tapi ketika dia mulai tenang, Natasha segera menutup matanya.
Bibir mereka bergerak pelan, tidak ada nafsu di ciuman pertama mereka ini. Tidak saling menuntut. Aaron melumat bibir tipis Natasha pelan, sesekali menyesap bibir manis itu yang dipastikan akan menjadi candu baginya.
"Gimana? Sekarang percaya?" Tanya Aaron setelah melepaskan ciuman manis itu. Dia menatap Natasha dengan pipi yang mulai memerah. Meksipun pencahayaan yang minim, tapi Aaron bisa melihat pipi Natasha merona. Itu sangat menggemaskan.
"Aku percaya"