The Sunshine

By Hima13_

25K 3.2K 449

Ini, tentang kisah lama yang belum terselesaikan antara Haruto dan Jeongwo. Kisah cinta yang terhenti tanpa k... More

Intro
Author's Note
1. The Cousin
2. The Prince Cafe & Restaurant
3. The Meeting
4. The Photo
5. The Best Friend
6. The Firm
7. The Lunch
8. The Missing Piece
9. The Call
10. The Dinner
11. The Painting
12. The Day
13. The Confrontation
14. The Italian Restaurant
15. The Daily Lunch
16. The Boys Night Out
18. The Ghoster
Announcement
19. The Blind Date
20. The Pub
21. The Kiss
22. The Superhero
23. The Startling Twist
24. The Prayer
25. The Heartbeat

17. The Sudden Change

653 90 12
By Hima13_

I's just fanfiction, no hard feeling.

p.s enjoy Everyday by Treasure everyday.

***

Jeongwoo memutar-mutar pen di tangannya. Matanya memandang kosong ke depan. Pikirannya sedang tidak di tempat saat ini. Komputer di depannya dibiarkan menyala begitu saja, menampilkan foto hasil kerjanya beberapa waktu lalu. Sesuatu terasa aneh. Rasanya seperti dia melupakan sesuatu tapi tidak tahu apa itu. Dan perasan itu benar-benar mengganggu.

Hal itu tidak luput dari mata tajam So Junghwan yang tengah bersandar di pintu ruang kerja Park Jeongwoo dengan setumpuk berkas di tangan. Junghwan sudah berdiri di tempatnya kurang lebih sekitar sepuluh menit dan temannya itu masih belum menyadari keberadaannya. Park Jeongwoo terlalu larut dalam perenungannya sampai dia tidak sadar akan keadaan sekitarnya. Junghwan bahkan yakin temannya itu tidak sadar bahwa hanya dia seorang yang tinggal di ruangan itu saat ini. Sudah seperti itu sejak So Junghwan dengan tidak sengaja lewat dan melihat temannya sedang melamunkan entah apa, sampai tidak merespon teman satu ruangannya yang merupakan asistennya saat mereka menanyakan perihal pekerjaan padanya, pun tidak mengatakan apapun saat satu per satu dari mereka pamit untuk keluar makan siang beberapa menit lalu.

Bosan menunggu Jeongwoo menyadari keberadaannya, Junghwan memilih untuk sedikit menyadarkan temannya itu, "ekhem"

Jeongwoo mengangkat kepala dan menatap heran pada So Junghwan yang kini mengambil tempat duduk di depannya.

"Ah, kau perlu sesuatu? Kalau hasil photoshoot kemarin masih aku kerjakan, akan kuberikan pada Hyunsuk-hyung paling lambat besok pagi."

"Bukan itu."

"Lalu?"

"Kau tidak keluar makan siang ya?"

Ah itu dia

Seo;ah sebuah bohlam lampu baru saja dinyalakan di dalam benak Park Jeongwoo, menyadarkannya pada banyak hal yang tadinya tidak terpikirkan olehnya. Pertanyaan itu menjadi jawaban kegelisahannya beberapa waktu belakangan.

"Ini hari apa?" jeongwoo bertanya. Dan dengan keheranan Junghwan menjawab dengan sedikit keraguan, "emm rabu?"

"Rabu?"

"Rabu."

"Ini hari Rabu. Di jam makan siang. Benar?"

"Be..nar?" Junghwa meringis keheranan. Dia dibuat semakin heran dengan tingkah temannya yang dengan rusuh mengeluarkan ponselnya dari kantong celana jeansnya. Raut panik temannya membuatnya ikut panik, sebelum kepanikan itu tergantikan dengan keheranan yang makin menjadi saat melihat raut kecewa temannya saat memandang layar ponselnya. Dengan kening berkerut, Junghwan sedikit memundurkan duduknya saat Park Jeongwoo mengangkat kepala dan memandangnya dengan wajah sedih entah karena apa.

"Ini hari Rabu, jam makan siang, tapi dia tidak menghubungiku sama sekali. He's.. he's just disappeared. Gone."

"Apa .. yang kau bicarakan?"

Jeongwoo menarik nafas panjang sebelum mengusap wajahnya dengan sebelah tangan. Sesegera mungkin mengubah raut wajahnya agar normal kembali. Dia tidak ingin membuat temannya khawatir. "Kau sudah makan siang? Mau makan siang denganku?" Segera, Jeongwoo mengalihkan pembicaraan dan tidak ingin memperpanjang pembicaraan mereka saat ini. Dia tidak ingin terlihat terlalu menyedihkan di depan So Junghwan hanya karena seseorang, tolong garis bawahi, hanya karena seseorang tidak mengajaknya makan siang keluar beberapa hari ini.

Meski bagaimanapun Jeongwoo jelas tidak bisa berhenti memikirkan seseorang yang akhir-akhir ini menjadi partner makna siangnya. Orang itu menghilang begitu saja sejak hari Senin. Tidak ada pesan ancaman atau telepon-telepon mengganggu yang menyuruhnya segera berlari ke parkiran kantor saat makan siang. Tidak ada lagi senyum sombong yang menyambut Jeongwoo di kursi kemudi setelah Jeongwoo berlari seperti kesetanan menghampiri mobil mewahnya di parkiran. Mobil yang selalu berbeda tiap kali Jeongwoo menemui pria itu. Tidak ada. Semua itu tidak ada lagi sejak hari Senin.

Jeongwoo bisa saja tidak ambil pusing dengan keadaan ini tapi tetap saja kan semuanya terasa aneh dan asing. Terakhir kali mereka bertemu adalah hari minggu. Semuanya baik-baik saja. Hari minggu siang Haruto menjemputnya dan mereka pergi makan siang di salah satu restoran di pusat perbelanjaan terbesar di kota. Setelahnya, mereka menyempatkan diri menonton film terbaru yang tayang di bioskop. Everything was perfect. Mereka menikmati film yang direkomendasikan Jeongwoo. Bahkan sepanjang jalan pulang mereka berbincang santai yang benar-benar santai tanpa adu urat. Bahkan Jeongwoo sedikit terkejut mereka bisa mengobrol sesantai itu tanpa bertengkar sepanjang jalan.

Jadi, apa yang salah?

Kenapa Haruto tiba-tiba menghilang tanpa kabar?

"Jadi hari Jumat nanti aku menginap di tempatmu saja ya?"

"......"

Junghwan mengangkat kepalanya menatap lawan bicaranya. Dihadapannya Jeongwoo tengah melamun dengan tangan yang mengaduk-aduk cesar saladnya tanpa minat. Junghwan meletakkan sendoknya dengan sedikit kasar menimbulkan bunyi gaduh di meja yang mereka tempati. Saat ini, mereka tengah menikmati makan siang pemberian Hyunsuk di rooftop gedung kantor mereka. Kantor mereka menyediakan meja-meja panjang dengan kanopi-kanopi lebar yang melindungi dari teriknya sinar matahari.

"Ap.. apa, saladnya tidak enak ya? Mau mencari makan siang lain? Sepertinya kalau pergi sekarang masih sempat." Jeongwoo menjawab dengan gelagapan, matanya melirik sedikit jam di pergelangan tangan. Benar, jam makan siang masih cukup panjang jika mereka memutuskan untuk mencari makan siang lain sekarang.

"Tidak! Ini enak! Tidak mungkin Hyunsuk-hyung membeli makanan tidak enak untuk suaminya!" Benar. Makanan yang tengah mereka nikmati ini adalah salad pemberian Hyunsuk yang tadinya Hyunsuk beli untuk dirinya dan sang suami yang katanya akan mampir ke kantornya untuk makan siang bersama. Sayangnya, sang suami malah mengabarkan bahwa pekerjaannya tidak bisa ditinggal dan meminta Hyunsuk untuk makan siang sendiri. Hyunsuk yang kesal bukan main hampir-hampir melempar kotak saladnya ke tempat sampah sebelum So Junghwan menyelamatkan salad malang itu.

Salad malang yang malah berakhir diaduk-aduk seperti adonan semen oleh Park Jeongwoo. Memikirkannya, Junghwan semakin sebal, bibirnya sudah maju lebih dari lima centi. Jeongwoo yang melihat itu meringis. Matanya mengerjap lucu. Tapi tidak cukup lucu untuk membuat Junghwan berhenti menatap sebal padanya. Sepertinya tadi dia terlalu larut dalam pikirannya sampai-sampai dia tidak mendengarkan perkataan Junghwan dan membuat anak itu kesal padanya.

"Kau tidak mendengarku!"

"Maaf-maaf aku sedikit kepikiran pekerjaan."

"Pekerjaan yang kau abaikan beberapa waktu lalu maksudnya?"

"Ha ha ha baiklah, baiklah, aku minta maaf, aku sedang banyak pikiran akhir-akhir ini. Jadi apa yang tadi kau katakan?" Jeongwoo menggaruk belakang kepalanya.

"Sudahlah abaikan saja." Junghwan masih menjawab dengan nada tidak mengenakan. Tangannya kembali menusuk-nusuk saladnya dengan serampangan. Kentara sekali dia masih kesal.

"Heii tidak bisa begitu dong! Tadi kau bilang mau menginapkan? Iyakan?"

Junghwan menghela napas kesal untuk terakhir kalinya sebelum mengulang perkataannya, "Iya. Aku mau menginap minggu ini jadi hari Jumat nanti kita pulang bersama saja."

"Oh, oke." mendengar nada bicara Junghwan yang mulai santai, Jeongwoo mulai menyuapkan saladnya dengan tenang.

"Tapi bukan itu intinya!" Jeongwoo mengangkat alis.

"Hari sabtu nanti, salah seorang kenalanku di internet mengajak bertemu. Aku tidak tidak terlalu mengenalnya sebenarnya. Kami bertemu di internet dan ternyata kami satu frekuensi. Jadi sabtu nanti dia mengajakku bertemu. Yah, anggap seperti kencan buta begitu katanya."

"Lalu?"

"Lalu, aku setuju untuk bertemu. Dia lalu memberitahuku bahwa dia akan membawa seorang teman dan memintaku untuk membawa teman juga. Jadi ini semacam double date lah begitu. Aku sih langsung setuju tanpa berpikir panjang saking senangnya bisa bertemu dengannya dan siapa tahu kami cocok dan aku bisa melepas status lajang kan. Tapi.." Junghwan menggantung ceritanya dengan dramatis.

"Tapi?" Sejujurnya, Jeongwoo merasa suatu yang buruk akan terjadi padanya tapi cepat-cepat ditepisnya semua pikiran buruk di kepalanya.

"Tapi, lalu aku tersadar kalau aku tidak punya teman." Junghwan mengakhiri kalimatnya dengan nada sedih. Ujung-ujung bibirnya turun dan matanya, katakan Jeongwoo sedang berhalusinasi, tapi dia bisa melihat buir-buir air mata di mata bambi itu.

"La.. lu?"

"Aku teringat padamu.."

"Tidak!" Jeongwoo menyambar cepat. Tidak. Tidak akan. Yang benar saja! Kehidupan romansanya sudah cukup rumit saat ini, set aside blind date! Bikin sakit kepala saja.

Tapi, lihatlah mata bambi yang kini tiba-tiba berkaca-kaca. Jeongwoo jadi pusing. Tangannya dibawa memijat kening yang tiba-tiba pusing. Sedangkan, So Junghwan yang duduk di hadapannya kini menyatukan kedua tangan di dada dengan gestur memohon yang kentara. Ekspresinya dibuat-buat seolah tengah terluka dan mengatakan sesuatu seperti 'aku tidak punya teman selain kau.' atau 'temanku hanya kau seorang' atau sesuatu seperti 'kau adalah teman terbaikku, penyelamatku dari status perawan tua'.

"Bagaimana kalau Hyunsuk-hyung?"

"Kau gila? Kau mau suaminya yang menyeramkan itu memutilasiku hidup-hidup!"

"Err benar juga."

"Ayolaaah hanya kau yang kumiliki saat ini."

"Aha! Bagaimana kalau Mashiho-hyung saja? Dia belum menikah dan masih single. Penampilannya juga menawan dan dia sangat ramah. Dia bisa dengan membangun percakapan dengan teman dari temanmu itu."

Junghwan diam sebentar dan berpikir, "aku tidak ingat pernah memberitahumu tentang ini atau tidak, tapi kurasa Mashiho-hyung memiliki kekasih saat ini jadi dia tidak mungkin mau menemaniku."

"Kekasih?"

"Iya, aku pernah melihatnya diantar oleh seorang laki-laki tampan dengan mobil bagus. Aku juga melihat laki-laki yang sama menjemputnya dari The Prince beberapa waktu lalu, meski mobilnya berbeda, tapi aku yakin itu adalah orang yang sama. Mereka terlihat sangat akrab. Laki-laki itu cukup tampan sih menurutku, dia tinggi dengan proporsi tubuh yang sempurna."

"Laki-laki?"

"Iya, jadi kurasa Mashiho-hyung tidak-"

"Mashiho-hyung punya kekasih?" Jeongwoo bertanya lagi dengan keheranan yang luar biasa. Informasi dari Junghwan barusan seperti tsunami yang menghantamnya dengan kuat. Apa yang selama ini Jeongwoo lewatkan? Apa dia terlalu sibuk dengan dunianya sampai-sampai tidak menyadari perubahan pada sepupunya yang kini memiliki kekasih. Jeongwoo tiba-tiba merasa buruk.

"Kau benar-benar tidak tahu ya?" Jeongwoo mengangguk.

"Aish. wajar saja sih. Akupun tidak akan tahu kalau tidak memergoki mereka secara tidak sengaja."

Jeongwoo mengangguk-angguk lagi. Dia kentara sekali masih sedikit syok.

"Jadi, kau adalah satu-satunya pilihanku yang tersisa." Junghwan kembali menautkan kedua tangan di dada. "Mau ya, mau ya Jeongwoo-hyung temani aku sekali ini saja yaaa."

Lihat anak sapi ini. Kalau ada maunya saja memanggilnya dengan 'hyung'. Kalau tidak saja, seenaknya memanggil dengan nama. Tapi kalau sudah begini, Jeongwoo tidak punya pilihan lain selain mengiyakan permohonanan anak sapi ini. Jadi, satu anggukan Jeongwoo berikan. Selanjutnya, Junghwan melanjutkan makannya dengan bahagia.

***

You are at the end of the story.

08.08.2022

1.531 words.

Streaming Jikjin and I Love You on Youtube.

Continue Reading

You'll Also Like

484K 27.2K 26
"MOMMY?!!" "HEH! COWOK TULEN GINI DIPANGGIL MOMMY! ENAK AJA!" "MOMMY!" "OM!! INI ANAKNYA TOLONG DIBAWA BALIK YAA! MERESAHKAN BANGET!" Lapak BxB ⚠️ Ma...
137K 11.8K 47
Cerita fanfic ini akan fokus kepada kehidupan Hong Haein dan Baek Hyun Woo sebelum mereka menikah kembali, ketika menikah, dan setelah mereka menikah...
89.9K 6.2K 19
Laksita Hana Bahira adalah seorang Perempuan yang terpaksa menyewakan Rahimnya pada seorang Laki-laki karena satu masalah yang sedang membebaninya. N...
281K 25.9K 73
FIKSI