Jangan lupa vote sama komennya
Typo : Anugerah
Happy Reading
***
Jaemin tidak bisa mengekspresikan perasaannya dengan baik. Rasa yang begitu membuncah saat melihat tangan kecil itu bergerak. Mata bulat kecilnya yang menatapnya polos dan bibir kecilnya yang bergerak gerak. Hidungnya yang kecil. Tubuh yang mungil nan rapuh.
Jaemin tersenyum. Membawa bayinya untuk di timang pelan. Sudah berapa waktu yang sudah ia lewati untuk tiba di sini?
Jaemin kembali menatap bayinya gemas. Dia tidak akan pernah bosan. Jika seandainya saja.. Mark meninggalkan begitu saja. Seandainya Mark tidak begitu gigih untuk bertanggungjawab. Apa yang akan terjadi?
Jaemin mungkin masih hidup di tengah banyak yang hal yang mencekiknya.
"Aduh, baby kenapa lucu sekali.." kata Jaemin gemas. Membuat bayi 2 bulan itu mengerjap dan tersenyum.
"Aduduh.. lihat itu, baby tersenyum.. apa baby itu tahu baby itu lucu sekali makanya tersenyum begitu.. aduh Minhyung tampan sekali, wangi jugaa.." ujar Jaemin riang.
Minhyung.. Nama Korea Mark. Tapi Jaemin memilih untuk memberi nama putranya dengan nama yang sama. Toh, nama Mark sendiri sudah melekat di kartu tanda penduduk, passport dan lain lainnya. Jadi, Nama Minhyung sudah seperti tidak ada gunanya lagi bagi Mark.
Sebenarnya bukan itu juga alasannya.
"Minhyungiee, sekarang saatnya bobo ok?" Jaemin membaringkan bayi itu di atas tempat tidurnya. Bayi itu tampak mengerjap dan mulai memasukkan tangannya ke dalam mulutnya.
"Eii, tidak boleh di masukkan yaa, kotor sayang.." Jaemin menggeleng. Tapi balasan si bayi hanya tersenyum lebar. Jaemin tersenyum, segera mengambil botol susu.
"Ayo, Baby minum susu dan tidur siang.."
Minhyung tampak tenang meminum susu sambil menatap wajah sang ibu. Jaemin tidak bisa berhenti tersenyum. Ahh... Beginikah perasaan setiap orang yang memiliki seorang anak?
"Minhyung sudah tidur?" Suara Mark terdengar. Jaemin menoleh. Menggeleng. "Jangan berisik, sepertinya sebentar lagi.." kata Jaemin pelan.
Kepala Minhyung bergerak, sepertinya dia mulai mengenali suara ayahnya. Mark tertawa pelan.
"Halo, Jagoan.." sapa Mark.
"Hyung, kenapa pulang? Ini belum waktunya.." Jaemin melirik ke arah jam.
"Hanya.. ingin makan siang di Rumah dan aku rindu Minhyung.. selesai itu aku akan kembali ke kantor.." jelas Mark.
Jaemin mencebik. "Rindu Minhyung saja? Aku tidak ya? Memang aku tahu Minhyung itu imut sekali.. Tapi bagaimana bisa kau melupakanku begitu saja?" Jaemin menggerutu kesal.
Mark rasanya ingin tergelak, namun ia sadar ia akan membangunkan singa yang tertidur jika mengusik jadwal tidur Minhyung. Jadi akhirnya hanya bisa mengulum senyum.
"Jaemin sayang.." panggil Mark lembut.
Jaemin menoleh dengan malas. Mark mengecupi wajah Jaemin dan mengecup bibir Jaemin yang mengerucut karena kesal di akhir. "Mana mungkin aku tidak merindukan kesayanganku?"
Jaemin tidak bisa menyembunyikan senyumnya. "Iya, bagaimana mungkin bisa? Aku tahu itu kok.."
"Eh, susunya habis.." Jaemin melepaskan dot bayi secara perlahan dari mulut Minhyung namun bayi itu justru malah menangis keras.
"Aduh, baby kecil sayang.. sshh.." Jaemin reflek meletakkan botol itu sembarangan dan mengangkat Minhyung ke dalam dekapannya.
"Ssssshh.. Susunya mau di buat lagi, sebentar saja.. Minhyung baby pintar karena mau menunggu hmm.." Jaemin tersenyum.
Mark tidak pernah menyesal dengan keputusannya karena pada akhirnya hari ini Mark tidak bisa melewatkan pemandangan seperti ini. Pemandangan dimana Jaemin menimang putra mereka dengan senyum di wajahnya.
Waktu sudah berlalu begitu saja ya? Gumpalan daging yang awalnya di perut Jaemin kini menjelma menjadi seorang bayi yang hadir di antara mereka. Mark tersenyum lebar.
"Sebentar ya, Minhyung.. Biar Appa yang menyiapkan susu baby dengan cepat.." Mark mencium pipi Minhyung gemas.
"Heh, Jangan cium cium pipi Minhyung. Bakteri.. Kulit bayi Minhyung itu masih sensitif.." seru Jaemin kesal. Mark hanya tertawa, lalu mencium pipi Jaemin sebalum akhirnya berjalan keluar kamar untuk menyiapkan susu.
"Appa akan segera kembali!!"
***
Jaemin menghela nafas lega saat bayinya yang berusia 2 bulan itu sudah bisa tertidur pulas. Akhirnya, dia bisa sedikit bersantai. Kakinya ia langkahkan menuju ruang keluarga, merebahkan diri di atas sofa dan menyalakan televisi dengan volume kecil.
"Jagoan kita sudah tidur?" Tanya Mark duduk di samping Jaemin.
Jaemin mengangguk tanpa menoleh, memilih langsung menyandarkan kepalanya di bahu Mark.
"Aku harap Minhyung tumbuh sepertimu.." kata Jaemin pelan. Mark menoleh, mengangkat alisnya. "Kenapa?"
Jaemin tersenyum, mengangkat kepalanya dan memusatkan perhatiannya pada Mark. "Karena.. Bagiku kau adalah keajaiban dengan seluruh sifatmu yang kadang aneh.."
"Aku mencintaimu.." kata Jaemin pelan.
Mark tersenyum. "Aku lebih lebih mencintaimu, Jaemin.. Terimakasih untuk semuanya.."
"Kenapa berterimakasih? Dilihat dari segi apapun kita sangat berbeda? Kau berpendidikan tinggi sementara aku hanya seseorang yang bahkan tidak tamat kuliah.." Aish.. Jaemin benci sisi overtingking yang selalu datang tiba-tiba ini. Ya, akhir akhir ini memang perasaannya lebih sensitif dari biasanya.
Mark mencubit pipi Jaemin gemas. "Kenapa harus bertanya sesuatu yang sudah jelas jawabannya? Pertama, Masakanmu yang terbaik. Aku bahkan tidak bisa menggoreng telur dengan baik, Ingat? Kau pintar mengelola uang dengan baik.. Kau juga banyak pesona yang membuatku jatuh cinta.." Mark mulai menciumi wajah Jaemin.
"Kau bisa dengan mudahnya menguasai hatiku, menjatuhkan hatiku, mengerahkan semua cintaku padamu di saat Renjun yang butuh waktu lumayan lama untuk menjadi seseorang yang hanya aku sukai. Sampai sini jelas?" Mark tersenyum lembut.
Mulut Jaemin melengkung ke bawah, langsung menghamburkan dirinya pada pelukan Mark. "Mulutmu kenapa manis sekali?" Keluh Jaemin dengan suara serak.
"Mulutmu juga tidak kalah manis, apalagi saat kita berciuman.." cetus Mark polos.
Jaemin reflek melepaskan pelukannya. Berdecak. "Hyung tahu apa maksud dari ucapanku bukan?" Tanya Jaemin tak percaya.
Mark mengangguk, "tentu saja.. seperti apa yang aku maksudkan bukan?" Jawaban polos Mark benar membuat Jaemin memukul Mark sekencang-kencangnya.
Jaemin mendengus puas saat melihat wajah kesakitan Mark. Suaminya ini entah bodoh atau terlalu mesum, Jaemin tidak tahu.
"Pengalih namaan Butik Mamaku bagaimana sudah selesai?" Tanya Jaemin ketus. Sekarang dia tidak mood lagi untuk bersikap baik pada Mark.
"Sudah, kenapa kau ingin mengalihkan namakan butik milik Mama mu? Bukankah itu sesuatu yang harusnya berharga untukmu?" Mark balik bertanya.
Jaemin mengangguk. "Justru karena berharga, aku ingin butik Mama tumbuh besar. Makanya aku memberikannya pada Renjun sebagai hadiah pernikahan, Seseorang yang aku sangat percaya yang tidak mungkin menghancurkan butik Mama.." Jaemin tersenyum dengan mata seolah menerawang jauh.
"Wah, lihat ini.. Aku jatuh cinta pada Na Jaemin untuk ke sekian kali.." ujar Mark takjub.
Jaemin menoleh ke arah Mark. "Oh ya?"
"Iya, kali ini mungkin bangunan cinta milikku jauh lebih besar dan kokoh dari sebelumnya.." sahut Mark serius.
Jaemin tertawa. Mark mengulum senyum, memainkan pipi Jaemin gemas.
"Nanti, ketika kita sudah keriput.." ucapan Mark menggantung.
"Oh, hyung tahu bagian tubuh mana yang mudah keriput?" Tanya Jaemin antusias. Mark mengerjap bingung. "Bagian mana?"
"Leher!! Makanya agar Hyung tidak cepat tua pemakaian skincare itu penting!!" Seru Jaemin bersemangat.
Mark menghela nafas. "Butuh, berapa sayang?" Tanya Mark dengan nada manisnya. Jaemin tersenyum lebar.
"Berikan saja aku kartunya ya, Sayang? Aku harus belanja banyak kali ini.."
Mark mengangguk. "Iya, Selamat bersenang senang hmm.." Mark menyerahkan kartunya.
Jaemin memeluk Mark erat. "Terimakasih!!" Seru Jaemin riang.
"Kita akan bersama sama sampai tua nanti, sampai keriput dan punya cucu.. Tenang saja.." ucap Jaemin dengan senyum lebarnya.
"Aku sudah menyiapkan rumah dan dana pensiun kita.." lanjut Jaemin. "Kita berencana hidup bersama selamanya bukan?"
"Tentu saja.. Bersama selamanya.." Mark menarik Jaemin untuk menyatukan bibir mereka.
Bagi sebagai orang. Mungkin pertemuan mereka adalah sebuah kesalahan. Tapi bagi Mark dan Jaemin itu adalah jalan terakhir yang mereka punya karena sudah terlalu putus asa dengan cinta. Mereka berusaha untuk saling mencintai dan menjadi pasangan yang sehat dengan selalu berkomunikasi agar tidak pernah ada kesalahpahaman.
Ciuman Jaemin dan Mark terlepas. Mata mereka saling memandang dengan dalam. Tidak ada yang mereka katakan tapi mereka dengan jelas menyatakan mereka adalah pasangan yang saling mencintai dan bahagia.
***
END
Tamat!!
Mungkin endingnya kurang puas buat kalian ya? Tapi tuh.. aku beneran pengen cepet tamat akhirnya ngebut buat setengah chapter ini setelah nonton SMTown. Karena sejujurnya selama nonton tuh kek roller coaster gitu perasaan saya.. Apakah ada yang sama?🥲
Jadi harapannya cerita ink jadi pelipur lara begitoooh..
Makasih yang udah ngikutin Responsibility dari awal, kalo ada yang dari one shoot aku jauh lebih berterimakasih hiks..🤧
Maaf kalo masih banyak kekurangan HUHUHU... Maaf banget juga kalo ada kata yang menyinggung. MAAFKAN POKOKNYA 😭😭
Beneran aku sangat berterimakasih untuk semuanyaaaaa, dan untuk yang terakhir SEE YOU SOON!!
20 Agustus 2022