Lagu recommended buat kamu
Happy reading
Bertaut_Cover Ray Surajaya
10:00━●━━━━━━━━━03:12
⇆ㅤㅤ◁ㅤㅤ❚❚ㅤㅤ▷ㅤㅤ↻
=================================
"Gak ada, Falin gak punya impian" seru Falin membuat Bi Sira dan Mamah Falin saling pandang tidak percaya, Falin menghela nafas panjang dan segera bangkit kembali berjalan ke dalam kamarnya
Ia kembali berbaring di kasur dan menatap langit-langit, pintu terbuka menampilkan sosok sang Ibu ia segera bangkit dan duduk bersila
"Ada yang ganggu pikiran kamu?" tanya wanita itu menatap Falin
"Senin depan ada acara festival sekolah, dan semua murid di minta tulis impiannya di kertas nanti di pajang di Mading. Semua orang bakalan liat dan baca" jawab Falin menjelaskan padanya, membuat Mamahnya mengangguk-angguk paham
"Jadi kenapa mesti bingung? Karena Falin gak punya impian apa-apa?" tanya nya membuat Falin mengangguk cepat
"Gakpapa, nanti juga pasti punya. Mungkin sekarang, Falin cuman butuh waktu" ucap Mamah Falin membuat putrinya menatap
"Kalau Falin gak punya impian, berarti Falin gak punya tujuan ya?"
"Gak punya Impian bukan berarti gak punya tujuan. Falin harus pikirkan lagi, walaupun sekarang belum punya suatu saat nanti pasti punya kok" Falin terdiam dan menatap sprai motif garis-garis itu
"Kalau suatu saat Falin gak jadi apa-apa, Mamah gak akan benci kan sama Falin? Falin tetap anak Mamah kan?" tanya Falin membuat Mamah nya terkekeh dan mengusap kepala nya
"Cuman Falin yang Mamah punya, cukup Papah yang ninggalin Mamah. Falin jangan" jawabnya membuat Falin tersenyum dan mengangguk
"Kalau Aftar? Dia mau jadi apa? Falin bisa tanya sama dia Falin cocok jadi apa" lanjutnya lagi
"Kenapa harus Aftar? Dia sudah pasti mau jadi astronot, dan bilang kalau Falin gak cocok jadi apapun selain makan dan bertingkah kayak Bocil. Sebel banget kan?" Mamah tampak terkekeh mendengar nya kedua remaja itu masih sering berdebat meski sudah tumbuh
××××
Menjadi dosen, tidak ada alasan apapun.
Akeno Albara
12 Bahasa 4
Falin menyipitkan matanya menoleh pada Keno yang tersenyum melihat kertas warna hijaunya sudah di pajang di Mading
"Kenapa?" tanya Keno menoleh padanya, Falin menghela nafas
"Lo cocok jadi dosen" jawab Falin dengan senyum hambar, Keno mengangguk dengan senyuman senang
Mengarungi angkasa yang di penuhi galaxy, ribuan kelap-kelip dan memandang di atas bulan, impian bagi siapapun yang menyukai luar angkasa.
Astronot
Aftar Lesmana
12 Bahasa 4
"Benar kan? Lo mau jadi alien? Seharusnya bukan bulan tapi Venus" seru Falin hendak mencoret kertas milik Aftar, dengan Sigap Aftar menepisnya dengan kesal
"Dari pada lo apaan? Secuil tidak bermakna" ucap Aftar membuat Falin mendengus sebal
Impian? Masih jaman nulis impian?
Falin Farlina
12 Bahasa 4
"Dia pikir dunia itu sempit?" tanya seseorang yang berada diantara kerumunan kelas untuk melihat Mading kelasnya
"Menyedihkan" komentar temannya melirik Falin mengejeknya
"Serah gue dong!" sahut Falin menatapnya segit, "Gue do'a-in impian kalian gak kesampean!"
"Ngomong apa lo?!" tanya nya menatap Falin geram
"Budek lo, gue bilang-" ucapan Falin terpotong saat Keno dan Aftar menariknya dari kerumunan dan membawanya menjauh dari mereka
"Sama temen sekelas aja lo gak akrab, apalagi sama kelas lain" seru Aftar membuat Falin mendengus dan menjauh dari Keno dan Aftar beberapa langkah di depan dan menatap keduanya
"Yang nyari masalah duluan itu mereka! Ya kali gue diem aja!" sahut Falin dengan geram
"Mereka gak nyari masalah, yang mereka bilang itu bener. Pikiran lo itu sempit, harusnya lo bisa tulis apapun yang lo mau, sampe hal yang gak mungkin, namanya juga impian bebas berimajinasi" tutur Aftar membuat Falin melongo menatapnya kesal
"Bilang apa lo? Lo juga memihak mereka? Gue pikir lo sahabat gue!" seru Falin membuat Aftar mengerutkan keningnya dan menatap kepergian Falin yang kian menjauh
"Seperti nya, Aftar terlalu keras" komentar Keno menatap kepergian Falin dan beralih pada Aftar
"Keras kata lo? Dia itu kali-kali harus di dorong ke jurang. Supaya mau berpikir" kata Aftar membuat Keno terdiam
"Ke jurang?" tanya Keno tampak mengerjap polos membuat Aftar menghela nafas karena Keno tidak mengerti maksudnya
"Kejar aja dia" kata Aftar mengangguk dan menepuk bahunya lalu segera melengang meninggalkan Keno kearah yang berlawanan dari Falin
Keno menatap kepergian dan memiringkan kepalanya tampak berpikir keras untuk mengerti apa yang di maksud Aftar.
××××
"Kenapa gue harus bohong punya impian? Lagian jujur kan lebih baik" gumam Falin menghela nafas dan menghentikan langkahnya saat melihat Aza yang tengah berpikir sepertinya cowok itu belum menyerahkan kertas warna orange itu
"Hai!" seru Falin dan duduk di sebrang nya, Aza tampak terkejut dan membalik kertas itu dan tersenyum padanya
"Lo belum nyerahin ke Mading? Impian lo apa?" tanya Falin membuat Aza terdiam sejenak
"Lo gimana?" Aza balik bertanya
"Udah gue serahin, ya...gue gak nulis impian gue. Eh emang nya salah ya kalau gak punya impian? Kalau gak punya impian berarti pemikirannya sempit? Enggak gitu kan?" tanya Falin dengan menatap nya penuh harap, Aza terdiam dan berpikir
"Lo gak punya impian?" tanya Aza dan diangguki oleh Falin dengan yakin
"Ya, pemikiran lo sempit" lanjut Aza seperti ada petir menyambar dan membuat senyum Falin menghilang ia meruntuhkan harapan Falin, Falin menghela nafas tampak melongo menatapnya, Aza kembali membuka kertas dan menulis sesuatu
"Coba lo pikirin lagi, gue gak dosa kan gak punya impian? Aza...lo berpihak sama gue kek sesekali orang-orang tega banget dah" ucap Falin merengek kesal dan menjatuhkan kepalanya di meja
"Gak punya impian bukan dosa besar" ucap Aza membuat Falin kembali duduk tegak dan menatapnya
"Tapi tanpa itu, lo kehilangan arah" lanjut nya Falin tampak menunggu ucapan Aza selanjutnya lagi
"Sama hal nya kayak gue dulu, tapi sekarang gue gak akan kehilangan arah dan punya satu tujuan" kata Aza lagi dan tersenyum tipis menunjukan kertasnya pada Falin
Menjadi pemusik dan mencintainya dengan setulus hati. Dapat membuat hidup ini berubah.
"Lo...lo bisa nyanyi?" tanya Falin tampak menatapnya tidak percaya
"Dulu gue pemalu banget, gue gak suka nunjukin bakat ke siapapun. Tapi setelah denger tentang lo barusan buat gue makin berani" jawab Aza dan mengacungkan kertasnya saat seseorang melintas ia ketua kelas Aza di kelasnya dan segera mengambil nya dari tangan Aza
"Apa semua orang di kelas lo takut sama lo?" tanya Falin menatap Ketua kelas Aza yang segera menjauh tanpa bicara apa-apa
"Gue gak pernah ngomong di kelas kalau itu gak mepet" ucap Aza dengan santai
"Tapi lo banyak ngomong ke gue" kata Falin menyipitkan matanya
"Karena lo...gampang di bodohi" ucap Aza mengetuk dahi Falin dengan pulpen
"Ah sial!" seru Falin kelas menatapnya, Aza tersenyum tipis
"Jadi gimana tentang impian gue? Gue bakal kehilangan arah? Ada GPS kan? Gampang kok" ucap Falin membuat Aza menatapnya geleng-geleng kepala
"Gakpapa kalau lo gak punya impian, lakuin aja semua yang lo suka" ucap Aza dan menepuk bahunya lalu pergi meninggalkan Falin begitu saja
"Semua orang so bijak banget dah, kagak ngerti gue" sahut Falin menghela nafas dan kembali menjatuhkan kepalanya di atas meja dengan loyo.
∬∬∬