Fried Rice

By Kartikahandayani17

4.6K 644 256

[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [Romance] Gadis cantik yang memiliki nama panggilan Zeta ini tidak sengaja bertemu d... More

Prolog
1 || πŸ›
2 || πŸ›
3 || πŸ›
4 || πŸ›
5 || πŸ›
6 || πŸ›
7 || πŸ›
8 || πŸ›
9 || πŸ›
10 || πŸ›
11 || πŸ›
12 || πŸ›
13 || πŸ›
14 || πŸ›
15 || πŸ›
16 || πŸ›
17 || πŸ›
18 || πŸ›
19 || πŸ›
21 | πŸ›
22 || πŸ›
23 || πŸ›

20 || πŸ›

83 10 0
By Kartikahandayani17

Halooooo, langsung baca aja.

20.  Khianat

Happy reading ♥️

🍛🍛🍛


Ya, silakan dikerjakan dan besok harus dikumpulkan langsung ke saya." ujar Pak Jupri seraya memberikan lembar soal matematika dengan tegas kemudian melangkah pergi.

"Paak, dikumpulnya minggu depan aja yaa." Zeta merengek sambil membuntuti pria berkumis tebal itu.

"Gak bisa," balasnya dengan wajah datar.

"Paaak..."

Pak Jupri kembali berjalan tapi Zeta terus mengikutinya sambil terus merengek. Terus begitu dari halaman kelas sampai depan perpustakaan.

"Tolong Pak, demi kesejahteraan bersama," ucap Zeta tak berhenti merayu Pak Jupri. Padahal wajahnya sudah ia buat memelas, tapi Dosennya itu sama sekali tak ada rasa iba pada Zeta.

Dosen itu melirik, "Gak bisa, kalo besok gak dikumpul ke saya terpaksa kamu saya beri konsekuensi." Pak Jupri pergi meninggalkan Zeta yang kini tak lagi membuntutinya.


"Ish.." decaknya. Ia fustasi dengan apa yang tengah menimpanya sekarang. "Saula, Sausan, Pijo, Ori, tolongin guee..." ringisnya sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Kerudungnya bahkan sudah terlihat acak-acakan akibat pusing karena kebanyakan tugas dari Dosen paling menyebalkan sekampus.

"RIP otak," celetuk Pijo.

Keempat orang itu menghampiri Zeta yang tengah terduduk lemas di koridor kampus. "Brisik lo." ucap Zeta kesal.

"Yang sabar, Ta." tambah Sausan.

"Gue ga ikut-ikutan ya, Ta." kata Ori yang tengah memakai jaket jeansnya. Sementara Saula hanya menatap iba.

Zeta hanya bisa melamun sambil cemberut, nasib nya kali ini tidak baik. Kenapa dirinya selalu berurusan dengan matematika dan juga Pak Jupri?

"Dah lah, gue mau balik aja," ujar Zeta yang bangun dan berjalan dengan malas dari para sahabatnya itu.

Keempat orang itu hanya menatap kepergian seorang Zeta, benar-benar sedih dan tampak berantakan.

"Jahat lo semua, padahal dia lagi butuh bantuan kita," ucap Pijo. Tak tega melihat perempuan yang sudah sangat baik padanya.

Kalau bukan karna Zeta, mungkin Pijo tidak akan mendapatkan uang untuk bermain slot dan akan mendapat omelan yang sangat tak ingin ia didengar dari mulut Mamanya.

"Yaudah ayo bantuin." balas Sausan.

"Kita kerumah nya aja, tapi gak usah bilang-bilang. Ya walaupun kehadiran kita gak bikin tugas dia kelar, seenggaknya kita ada di saat dia lagi susah," tutur Ori.

Mendengar itu sontak Pijo bertepuk tangan. "War biasah. Otak lo kepentok apa, Ri?"

Ori menyikut perut Pijo yang berada di sampingnya. "Lo tuh ya... Gak bisa kalo gue ngomong bener dikit." ucap Ori kesal.

"Canda, baper amat."

"Bodo."

"Aamiin."

"Ege lo."

Kedua perempuan di samping mereka hanya geleng-geleng, sudah biasa melihat dua lelaki itu adu omong. Bagi mereka, tiada kata akur untuk Pijo dan Ori.




🍛🍛🍛





Zeta langsung meminta Mang Osep menjemputnya, hari ini moodnya sedang kacau. Lelah dengan apa yang terjadi pada dirinya.

Tint tint....

Bunyi klakson terdengar. Mang Osep menyembulkan kepalanya di kaca mobil, "Neng Zeta! Ayo!" ajaknya melambaikan tangan.

Zeta menyebrang menghampiri mobil BMW hitam itu kemudian membuka pintu mobil tersebut. "Ayo Mang,  langsung balik aja."

"Tumben," kata Mang Osep. Karena sudah terbiasa dengan majikannya yang suka mengajaknya mampir entah ke Cafe atau Mall.

Ia menggeleng, "Gak ah, Zeta lagi pusing Mang."

"Oh yaudah atuh."

Mang Osep hanya mengangguk lalu melajukan mobilnya sementara Zeta lebih memilih memperhatikan jalanan dibalik kaca mobil. Perlahan ia melamun entah memikirkan apa, tapi bunyi notif dari handphonenya membuat khayalannya buyar.

Dewa : Zeta, saya mau ketemu.

Ada pesan dari laki-laki yang membuatnya tak bisa tidur semalaman. "Mau ngapain coba?" gumamnya pelan.



Zeta : Mau apa ketemu sama gue?

Dewa : Ada perlu

Zeta : kapan? Dimana?

Dewa : Rumah kamu, sore nanti

Zeta : Lah, kok dirumah gue? Emang mau ngapain? Tau emang rumah gue dimana?

Dewa : Tau

Zeta : boong banget 😏

Dewa : Pokonya nanti sore saya kerumah kamu

Zeta : Dih

Zeta : yaudah ok




Disepanjang perjalanan jarinya sibuk membalas pesan, penasaran apa sebenarnya keperluan Dewa padanya kali ini.

Ia menunggu balasan dari lelaki itu, tapi pesannya hanya dibaca, yaa itu memang kebiasaannya Dewa.

Zeta mematikan layar handphonenya, kemudian melihat lagi jalanan kota di balik kaca mobilnya. Tapi matanya mendelik melihat sosok perempuan berpakaian biru tengah mengobrol dengan laki-kali di sebrang jalan dekat taman.

"Itu... kok kayak Mama ya?" tanya nya pelan. "Ah kayaknya gak mungkin deh." Ia mencoba menepis pikirannya. Mungkin itu adalah orang lain.

Ia kembali menatap layar handphonenya, tapi tetap penasaran juga pada perempuan berbaju biru itu, dan menoleh lagi. Tapi sosok itu hilang, hanya tersisa lelaki yang mengobrol dengan wanita tadi.

"Mang, stop Mang." pinta Zeta.

"Eh, iya Neng." Mang Osep memberhentikan mobilnya secaea mendadak.

"Tunggu sebentar ya." Zeta turun dari mobilnya, kemudian segera menyebrang dan menghampiri pria yang bersama wanita berbaju biru tadi.

"Permisi." panggil Zeta sopan.

Lelaki jangkung itu menoleh, "Ya?"

Zeta mengernyit, mengamati setiap porsi tubuh dari pria didepannya, sepertinya ia kenal dengan pria ini.

"Mm, Om yang kemarin malem ketemu sama Dewa ya? Eh, maksudnya ayah." katanya berhati-hati.

David tersenyum, "Ya, saya ayahnya. Kamu temannya Dewa, kan?" tanyanya dengan logat bule yang baru bisa berbicara bahasa Indonesia.

Zeta mengangguk kemudian tersenyum, "Iya Om."

"Ada apa?" tanya David.

"Mmm... apa Om liat perempuan yang tadi berdiri di sini? Atau tau perginya kemana?"

David menggeleng, "Saya gak liat dan saya gak tau."

"Ogitu ya." Zeta menggaruk kepalanya salting, "Berarti salah orang kali ya gue," gumamnya.

Pria itu melirik, "Kenapa?"

"Eh, gak kok Om. Eumm... kalo gitu saya pamit ya, bye Om," ucap Zeta kelabakan sambil dadah kecil.

David menatapnya aneh karena sikap Zeta yang seperti itu, tapi tidak ia ambil pusing sebab ia juga langsung pergi meninggalkan taman.

Mukanya langsung meringis, "Gue pikir itu Mama." Zeta kembali menyebrangi jalan dan masuk ke mobilnya.

"Ada apa, Neng?" tanya Mang Osep.

"Gak Mang, dikira tadi Mama taunya bukan," jawab Zeta.

"Harusnya Neng pake kacamata." Ucap Mang Osep.

"Biar apa?"

"Biar jelas ngeliatnya atuh Neng."

Zeta memelotot. "Eh Mang, sembarangan. Gini-gini juga mata Zeta masih normal ya, dipikir rabun suruh pake kacamata," jawabnya mendengus.

Mendengar perempuan di belakangnya marah, Mang Osep hanya cekikikan. "Yah si Neng, emang pake kacamata harus orang yang rabun sama mins doang?" tanya Mang Osep.

"Iya juga si," desis Zeta. Menyetujui apa yang Mang osep nyatakan.

Tapi tiga detik selanjutnya ia geleng-geleng, "Yeee, Mang Osep tadi ngomongnya bi-ar je-las ya," ungkap nya sambil mengeja. "Berarti ngatain mata Zeta burem lah."

Mang Osep menutup mulutnya menahan tawa, ternyata anak majikannya itu mudah terpancing emosi.

"Iyaa maap Neng. Salah ngomong Mang Osep teh."

"Maap maap, ayo ah Mang jalan. Pengen cepet sampe rumah nih," ujar Zeta memasamkan wajahnya.



🍛🍛🍛


Dewa sudah menunggunya di depan pagar yang menjulang tinggi, sambil sesekali mengintip ke dalam halaman rumah Zeta, sama sekali tidak ada orang.

Ia merogoh handphone di sakunya, mencoba untuk menelpon perempuan pemilik rumah gedongan ini.

Takut telat karena ia harus berjualan nasi goreng. Baru mau di telpon, mobil hitam datang dan itu artinya Zeta sudah pulang.

Gadis itu langsung turun dan menghampiri Dewa, "Eh, lo udah di sini? Kok tau rumah gue sih? Tau dari mana? Apa lo nanya ke tetangga? Atau jangan-jangan lo fans ber–"

"Jangan banyak tanya, saya buru-buru," potong Dewa. Ia berhasil menghentikan pertanyaan yang bertubi-tubi dari mulut Zeta.

Zeta langsung mengatupkan mulutnya yang terbuka. "Ish, gue belum selesai ngomong juga," decaknya.

"Maaf," tutur Dewa.

Gadis didepannya memutar bola matanya kesal, "Lo ada perlu apa sama gue?" Tanya Zeta.

"Mmm... sayaa, mau pin–"

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, tangannya sudah ditarik oleh Zeta untuk ikut bersamanya.

"Eh, motor saya gimana?" kata Dewa panik karena motornya berada di luar pekarangan rumah Zeta.

"MANG OSEEEEPP, MOTOR YANG DILUAR TOLONG MASUKIN YA!"

Teriakan Zeta yang sangat nyaring itu keluar, Mang Osep yang mendengar langsung menuruti perintahnya.

"Siap Neng!" balas ikut teriak.

Dewa hanya meringis mendengar suara cempreng dari Zeta. Ternyata suaranya sangat merdu saat berteriak.

Zeta terus menarik lengan lelaki berkaos hitam itu. Melihat ada Bi Ayu yang tengah membersihkan vas bunga ia langsung memberinya perintah.

"Bi Ayuuu, tolong bawain dua minuman sama makanan ke kamar Zeta ya!" teriaknya dari atas tangga.

Bi Ayu menaruh lap dan melongo sambil mengangguk melihat paras tampan dari Dewa. "I-iya Non."

Sampai di lantai atas tepat di kamarnya. Dewa tertegun saat tepat berdiri di dalam kamar Zeta. Bukan karena melihat keindahan dalam kamar itu, tetapi karena takut.

Dewa meneguk salivanya, "K-kamu mau ngapain ajak saya ke sini?" tanyanya terbata. "Saya masih waras Zeta.

Lelaki itu tampak tegang dan panik. "Emang kenapa? Yaa.. emang siih kita bukan mahrom."

Entah mengapa setiap kata yang terucap dari mulut Zeta kali ini membuatnya tegang.

"Lo kenapa sih? Tegang banget mukanya." Tegur Zeta.

Dewa menggelengkan kepalanya dengan cepat, "Eng-enggak. Tapii, bisa ditempat lain aja gak, jangan di kamar."

"Ya lo mau pinjem laptop gue kan?"

Tepat sekali. Dewa mengernyit, "Kenapa dia bisa tau kalau mau pinjem laptop." batinnya. Gadis itu seakan tau apa maksud kedatangannya.

Zeta terkekeh, "Tuh, gue liat di tangan lo ada flashdisk. Udah pasti lo mau pinjem laptop kan?"

Seketika Dewa menunduk dan melihat ke arah tangannya, dasar bodoh. Memang benar apa yang dikatakan Zeta.

"Ayo." ajak Zeta.

Ia melangkah menuju balkon kamar nya, terdapat sofa empuk dengan tambahan karpet dibawahnya yang berbulu halus.


Dewa hanya mengikuti dan saat mereka ingin duduk...

Gedebuk!

Dewa tersandung karpet dan jatuh bersama dengan Zeta. Posisi Zeta tepat dibawah lelaki itu, alhasil membuat mereka beradu pandang beberapa detik.

"Gila, ternyata Dewa kalo dari deket begini cakep banget. Mana bagus banget lagi matanya," gumamnya dalam hati.

Sadar akan posisi yang tidak mengenakkan, dengan cepat Dewa bangun dan menggaruk tengkuknya.

Begitu juga dengan Zeta yang langsung duduk dan pura-pura membenarkan jilbabnya padahal tidak berantakan.

Salah tingkah.

"Nih." Zeta menyodorkan laptop dengan tanda apel bekas gigitan di belakangnya pada Dewa.
"Pake aja."

Laki-laki itu hanya menoleh ke arah Zeta. "Makasih."

Zeta mengangguk dan tersenyum. Masih dalam suasana salah tingkah, melihat sosok Dewa dari kejauhan saja ia terkagum, apalagi dengan kejadian beberapa menit yg lalu.

"Lo tadi kenapa? Takut ajak yang enggak enggak ya?" Tanya nya, menyingkirkan keheningan.

Dewa mengegeleng cepat. "Sok tau." timpalnya.

"Cielah, panik ya?" ucapnya sambil tertawa pelan. "Lucu juga ya liat muka tegang lo."

Lelaki yang tengah membuka benda canggih dipangkuannya hanya berdesis menganggapi omongan Zeta.

Tak membutuhkan waktu lama, layarnya menyala dan menampilkan wallpaper bergambar Zeta yang sedang selfie.

Dewa berdecak, "Ck... sok imut." ledeknya pelan, padahal dalam hatinya memang menyatakan kalau dia imut.

"Emang imut kaleeeee," pungkasnya.

"Pede."

Mempersingkat waktu, segera ia sambungkan dengan flashdisk yang ia bawa.

"BTW," Zeta menunjuk flasdishk nya dengan dagu, "Emang itu penting ya?"

Dewa menghela napas panjang, lupa kalau di sampingnya ada Zeta. Ia tidak boleh tau tentang masalah keluarganya.

Ia bingung, bagaimana caranya membuat Zeta tak melihat isi dari flashdisk itu.

"Mm, Zeta." Panggilnya.

"Ya?"

"Saya boleh minta minum?" pinta Dewa.

Zeta mengangkat satu alisnya, "Oh mau minum?"

Dewa mengangguk.

"Oiya ya, Bi Ayu dari tadi kok lama banget ya. Yaudah deh, lo tunggu sini. Gue ambil dulu."

Perempuan berhijab itu bergegas keluar dari kamarnya. Sementara Dewa mulai membuka file yang ada di dalam flashdisk itu.

Hanya ada tiga file yang tertera, ketiganya berbahasa Italia. I membuka file pertama dengan nama Primo Incronto, jika diterjemahkan adalah Pertemuan Pertama.

Di file itu tersimpan beberapa foto David dan sosok perempuan berambut pendek dan memakai kacamata. Gambar itu diambil ketika David pertama kali bertemu dengan wanita tersebut.

Tak ada yang aneh. Beralih ke file kedua dengan nama Con Te yang berarti Bersamamu, disana ada banyak foto benda dan juga kebersamaan mereka.

Yang menarik perhatian Dewa adalah gambar David yang tengah memakaikan kalung di leher wanita itu.

Tunggu. Sepertinya ia kenal dengan kalung itu. Ia memperbesar gambarnya dan mencoba mengingat.

"Sial."

Kalung itu adalah kalung yang ada di kotak dalam kamar Rumi. Ia kira itu adalah pemberian dari David untuk Ibunya.

Terakhir, ia membuka file bernama Fine Della Storia artinya adalah Akhir Cerita. Hanya satu ada dua foto, yaitu gambar surat dan wanita berambut pendek lagi.

Foto surat itu buram, sepertinya diambil dalam keadaan belum siap. Dewa menggerutu pelan, "Sial sial siaal!"

Ia tidak bisa membaca isi suratnya. Padahal ia sangat penasaran apa kalimat dalam surat itu.

Ia menggeser ke slide berikutnya. Foto perempuan berambut pendek itu lagi, tapi kali ini fotonya sendiri, entah apa maksudnya David menyimpannya.

Saat ingin kembali, ada tulisan di pojok bawah kiri. Ia memperbesar gambarnya, sialnya nama depannya tidak terbaca, hanya nama belakangnya.

"Mama..."

Dewa menoleh kebelakang, "Zeta?"






Bersambung....

Thx u so much buat kalian yg selalu nunggu cerita ini sampai akhir, big luv ♥️♥️💖💘 smoga kalian sehat selalu dan ga lupa alur ceritanya ya.

Tapi, ada apa niiichh...
kira-kira bakal kejadian apa yaaa? 😟 semoga di next part adem ayem aja ya bestie xixi:D

Cukup segitu dulu ya, see u next part girls! 😜

Instagram: kartika.hdnyn
Acc IG wattpad : titisanpenaa
Tiktok : tehanget_enak

Continue Reading

You'll Also Like

4.4M 50.7K 35
(βš οΈπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žβš οΈ) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] β€’β€’β€’β€’ punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
364K 945 7
Vote masa cuma sange aja vote juga lah 21+
1.3M 55.3K 37
Mereka teman baik, tapi suatu kejadian menimpa keduanya membuat Raka harus menikahi Anya mau tidak mau, sebagai bentuk pertanggungjawaban atas apa ya...
1.2M 106K 54
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...