"Apa yang terjadi antara kau dan Hyeri di Sokcho satu minggu yang lalu?" Bibir Seokjin terkatup. Sebuah pertanyaan yang tak pernah ia sangka muncul dari mulut Seo Namjun. Bagaimana bisa ia tahu bahwa dia bertemu dengan mantan kekasihnya itu? Apa Jung Hyeri menceritakan semua kejadian pada sahabatnya ini?
"Tak ada yang terjadi," bohong Seokjin.
"Aku melihat Hyeri menangis saat turun dari mobilmu. Wajahnya sembab," sanggah Namjun. Tak ada yang Seokjin tutupi sekarang. Akan lebih baik ia menceritakan semuanya.
"Aku hanya menyuruhnya berhenti berbicara tentang masa lalu. Apalagi membahas tentang anak yang dikandungnya. Hyeri meminta maaf kepadaku karena telah melakukan aborsi saat itu. Aku mengatakan padanya kalau aku sudah memaafkan semuanya dan menegaskan bahwa anakku di dunia satu-satunya hanyalah KimHyunjin. Apa aku salah mengatakan hal seperti itu? Kenapa pula dia yang menangis. Playing victim," ucap Seokjin dengan amarah yang ia tahan.
"Apa kau yakin tidak akan jatuh cinta lagi padanya ketika kalian bersama sebagai partner kerja?" Entah kenapa Namjun bertanya hal yang tak masuk akal tapi kalau boleh jujur ini adalah ketakutan besar Namjun sebagai sahabat. Ia tak bisa membayangkan bagaimana perasaan Park Hana jika semua itu terjadi.
"Bagaimana bisa aku kembali mencintai wanita yang mencampakkanku dan membunuh nyawa tak berdosa?" jawab Seokjin dengan tatapan tajam.
"Aku akan pegang kata-katamu, Seokjin-ah. Jika kau melanggarnya aku tak segan merebut Hana darimu."
Seokjin dan Namjun saling bertukar pandang dengan tatapan tajam serta serius. Ada sebuah ancaman dari Namjun untuk Seokjin agar sahabatnya tak berbuat macam-macam. Sedetik kemudian mereka tertawa kecil karena omongan Namjun. Walaupun Seokjin tahu bahwa pemuda berlesung pipi ini bukan asal bicara namun ada sebuah keseriusan dibalik tawa sang dosen muda, Seo Namjun.
*****
Jung Hyeri menjalani hari pertamanya menjadi sekretaris sesuai arahan paman Kang Joon. Ia begitu berusaha keras agar tidak membuat kesalahan di hari pertama ia bekerja. Awalnya semua berjalan dengan lancar namun konsentrasinya terpecah ketika melihat Seokjin kembali ke kantor. Saat dimana sang mantan kekasih melewatinya jantung Jung Hyeri berdetak tak beraturan. Lagi-lagi, kupu-kupu tak kasat mata seolah menari-nari bebas di dalam perutnya. Ada rasa bahagia namun juga ada rasa sesak. Hyeri pun tersadar jika perasaannya kepada Seokjin semakin hari semakin kuat. Ia tak mengelak jika ia masih mencintai Seokjin. Bukan cintanya yang salah tapi siapa yang ia cintai itulah yang masalah. Karena pria yang ia idamkan sekarang adalah suami orang.
Ketika wanita cantik berambut pendek itu sedang melamun. Tiba-tiba seorang resepsionis datang menghampiri seraya membawa beberapa surat masuk untuk perusahaan yang harus ia berikan kepada Seokjin. Sebelum bertemu dengan orang yang membuatnya tak fokus beberapa jam terakhir ini. Hyeri menyortir beberapa surat yang termasuk jenis surat pribadi ataupun surat dinas untuk Seokjin. Wanita itu menghela napas panjang untuk mengatur seluruh tubuhnya agar tetap rileks dan konsentrasi. Ia tak mau membuat kesalahan bodoh di depan atasannya. Usai mencatat semua Hyeri kemudian mengambil beberapa surat yang sudah ia pilah untuk diberikan pimpinan. Momen ini adalah momen yang menegangkan bagi Hyeri karena ia harus bertatap muka dengan Seokjin. Hanya berdua dalam satu ruangan.
Hyeri menghentikan langkahnya sejenak tepat di depan pintu ruangan Seokjin. Ia menghela napas panjang lalu membuangnya pelan. Ia tahu bahwa bahwa reaksi Seokjin pasti jauh dari kata ramah. Namun, wanita berambut pendek itu sudah bertekad tidak akan sakit hati demi profesionalitasnya dalam bekerja. Dalam penuh keberanian Hyeri mengetuk pelan pintu ruang kerja mantan kekasihnya itu. Terdengar sahutan lirih dari dalam untuk mempersilahkan dia masuk. Seperti yang sudah diduga Hyeri sebelumnya bahwa Seokjin bertingkah tak peduli dengannya.
"Maaf, sajangnim, ini ada surat dari beberapa perusahaan yang ditujukan untuk Anda," ujar Hyeri.
"Silahkan duduk," perintah Seokjin.
Seperti yang dipikirkan Hyeri sebelumnya bahwa mantan kekasihnya ini enggan untuk melihat ke arahnya dan sibuk berkutat dengan laptop. Namun, perlakuan dingin Seokjin seolah tak ia anggap karena mata indah gadis itu tak henti memandang wajah pimpinannya yang begitu menawan. Beberapa detik Seokjin menunggu Hyeri melaporkan kegiatannya namun wanita itu tak bersuara. Suami Hana yang merasa kesal kini menatap tajam ke arah Hyeri. Gadis berambut pendek itu terperanjat dan menyadari tingkahnya sekarang.
"Maafkan, saya sajangnim. Anda mendapat surat dari beberapa perusahaan. Yang pertama PT. Beautyflow, PT. SYS, dan PT Pure Skin. Mohon untuk dicek kembali," ujar Hyeri seraya menyodorkan surat-surat itu ke arah Seokjin.
"Letakkan saja surat-suratnya di meja. Nanti aku akan periksa. Sekarang kau boleh pergi," jawab Seokjin ketus sambil terus menatap layar laptopnya.
Hyeri tersenyum kecil mendapat perlakuan tak mengenakkan dari Seokjin namun dia juga tidak kaget karena jauh sebelumnya gadis itu sudah tahu jika ia pasti akan merasakan hal yang tak mengenakan. Dengan perasaan berat hati Jung Hyeri keluar dari ruang pimpinan. Dari situ ia mulai sadar bahwa pekerjaannya akan jauh lebih sulit dibanding yang lain. Walau bagaimanapun ia harus tetap profesional dan tegar demi uang untuk bertahan hidup. Bukan berarti Jung Hyeri adalah gadis matre. Hanya saja hidup di dunia memang membutuhkan uang. Tanpa uang kau tak akan bisa makan.
Jika Hyeri menguatkan hatinya sendiri untuk tak mengambil hati semua sikap tak menyenangkan Seokjin padanya demi bertahan hidup berbeda dengan Seokjin yang merasa tak nyaman lagi berada di kantor. Melihat wajah Hyeri membuat dia muak dan emosi mengingat kejadian dimasa lalu. Bukan berarti dia tak bisa move on hanya saja ia akan selalu membenci orang-orang yang pernah menyakitinya. Sepeninggal Hyeri dari ruangan. Seokjin menghela napas panjang seraya menjambak kecil rambutnya.
"Ini menyebalkan. Kenapa Sekretaris Kangjoon harus memilih dia. Kantor bukan lagi tempat yang nyaman bagiku. Sialan," umpat pria tampan itu.
*****
Satu hari kerja Hyeri sudah mendapat tekanan yang luar biasa. Mulai dari atasan sampai banyaknya pekerjaan yang harus ia handle sendiri. Beruntung dia memiliki rekan kerja yang baik dan mau mengajarkan banyak hal padanya. Entah bagaimana dia harus mempertebal telinga dan hatinya lagi jika kondisi kerja hari-hari akan terus seperti ini. Bahkan disaat dirinya sudah menyiapkan semua hal untuk meeting bersama kolega bisnis yang lain dengan baik. Tak ada kata terima kasih dari pimpinannya itu. Iya tahu, kalau ini memang pekerjaannya tapi setidaknya Seokjin harus sedikit menghargai usaha orang lain. Bersikap profesional. Bisa memisahkan antara masalah pribadi dan pekerjaan. Jika dia berlagak seperti itu bukankah akan menghambat pekerjaannya di kantor. Buruknya lagi itu bisa berimbas buruk ke perusahaan juga.
Persetan dengan semuanya. Yang penting dapat uang untuk beli kebutuhan. Itulah yang Hyeri terapkan pada dirinya mulai sekarang. Satu hal yang Hyeri harapkan selama kerja adalah waktu jam pulang. Itu adalah hal paling bahagia selama di kantor. Setidaknya dia tak melihat wajah ketus mantan kekasihnya selama di rumah.
Jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Saatnya mengakhiri diri dari rutinitas yang melelahkan. Jung Hyeri tampak berjalan lunglai diantara gang yang sepi. Beruntung dia hidup di komplek yang aman jadi mau jam berapa pun ia pulang tak masalah. Tinggal beberapa langkah lagi gadis berhidung mancung itu akan sampai ke rumahnya. Lebih tepatnya rumah Seo Namjun. Ada suatu hal yang tak biasa ia lihat. Seorang Namjun kini duduk santai di depan pintu pagar rumahnya dengan baju casual yang ia kenakan. Sepertinya ia sedang menunggu seseorang dan mungkin orang yang ditunggu adalah—
"Hyeri-ya, kau sudah pulang," ucap Namjun yang kini berdiri tepat di hadapan gadis itu. Tumben sekali Namjun bersikap seperti ini, batin Hyeri. "Apa kau mau menemaniku makan ayam sambil minum?" Ujarnya sambil menenteng ayam krispi beserta beberapa bir kalengan.
TO BE CONTINUE
Namjoon sudah ngasih peringatan sedari awal. Dimata orang lain dia terkesan bercanda. Tapi dimata Seokjin dan pada diri Namjoon sendiri. Ucapan dia serius. Seokjin tahu itu. Terus ngapain Namjun ngajak Hyeri makan. Percaya gak kalau dia lagi punya tujuan tertentu. Nemuin Hyeri?