"Lyria, apakah kau sudah melihat grup alumni sekolah kita?" tanya Astelle dengan bersemangat. Dia seharusnya tidak bertanya karena sahabatnya ini terlalu cuek. Lyria tidak akan membuang waktunya dengan melihat grup chat alumni sekolah mereka.
"Apakah terjadi sesuatu?"
"Lihat ini!" Astelle memperlihatkan ponselnya pada Lyria, di sana terdapat sebuah potongan video di mana Tamara bercinta dengan dua orang pria. Wanita itu tampak begitu menikmati di sana.
Lyria seketika merasa jijik, dia tidak menonton video itu sampai selesai. "Itu mungkin video yang sudah direkayasa sebelumnya." Meski Lyria tidak menyukai Tamara dia tidak langsung menilai Tamara sebagai wanita tidak bermoral.
"Itu asli, ada yang sudah memeriksa video itu. Dan kau harus tahu bahwa di grup tidak hanya ada satu video tapi belasan. Tamara benar-benar luar biasa dalam hal itu." Astelle mengatakannya dengan eskpresi jijik. Dia tidak menyukai Tamara karena Tamara merupakan salah satu yang sering mennindas Lyria ketika di sekolah dulu.
Dan sekarang karma sedang menimpa wanita itu. Dahulu dia sering mengatakan bahwa Lyria adalah wanita liar yang berkencan dengan banyak pria, tapi sekarang semua yang dia katakan terlihat pada dirinya sendiri.
Tidak ada yang lebih hebat dari Tamara dalam urusan bersenang-senang dengan pria. Dia bahkan bisa bermain dengan dua pria sekaligus entah itu berkulit putih atau hitam. Sepertinya Tamara memiliki fantasi yang luar biasa tentang seks.
"Jika itu asli maka masa depan Tamara sudah selesai. Orang-orang hanya akan memandangnya dengan hina tidak peduli kebaikan apa yang sudah dia buat." Lyria pernah berada dalam posisi ini. Mereka yang pernah berhubungan baik dengannya juga ikut menghinanya karena rumor yang belum tentu kebenarannya.
"Kau benar. Tidak akan ada pria dari keluarga terkemuka yang mau menikahinya. Dengan wajahnya dan kemampuannya itu dia mungkin hanya akan menjadi wanita simpanan," balas Astelle. "Saat ini Tamara dan Kaitlyn sedang mendapatkan buah kejahatan mereka. Aku benar-benar puas melihat mereka berdua hancur."
"Baiklah, mari berhenti membicarakan mereka. Itu akan membuat kita tidak berselara makan." Lyria juga merasa puas dengan akhir dua wanita yang telah banyak merusak reputasinya, tapi dia tidak akan merayakannya dengan menghina dua orang itu. Tugas itu sudah diambil oleh orang-orang yang dikenal oleh Kaitlyn dan Tamara. Jadi dia tidak perlu membuang energi untuk hal yang sudah dilakukan oleh orang lain.
"Kau benar. Mari kita makan saja. Kita harus tetap sehat agar bisa melihat hal-hal yang lebih baik di masa depan." Astelle tersenyum bahagia.
Keduanya mulai menyantap makanan mereka dengan tenang. Sesekali mereka akan membicarakan tentang beberapa hal yang terkait dengan pekerjaan mereka.
Makan siang itu selesai. Lyria membayar tagihan untuk Astelle. Dua wanita itu memiliki kebiasaan di mana mereka akan membayar makanan bergantian di setiap kali mereka makan bersama.
Lyria dan Astelle melangkah bersama keluar dari restoran, hal yang tidak mereka duga adalah mereka bertemu dengan Razen.
Astelle menunjukan raut tidak sukanya, sementara Lyria wanita itu hanya bersikap acuh tak acuh seperti biasanya. Lyria sudah benar-benar tidak memiliki perasaan apapun terhadap Razen, jika ada yang tersisa maka itu hanya kebencian. Dan Lyria masih sedang menimbang, apakah pria itu bahkan pantas untuk menerima perasaan bencinya.
"Lyria." Razen menatap Lyria dengan rasa bersalah bercampur dengan kerinduan. Dia sangat ingin menemui Lyria, tapi memikirkan tentang apa yang dia perbuat pada Lyria di masa lalu membuatnya malu untuk bertemu dengan wanita yang dulu pernah sangat mencintainya itu.
Lyria mengabaikan Razen, dia bahkan tidak ingin bicara lagi dengan pria itu.
"Lyria, mari kita bicara." Razen menghalangi Lyria.
"Razen, apa yang ingin kau bicarakan dengan Lyria? Apakah kau masih belum puas menyakiti Lyria?!" Astelle berkata dengan sinis.
"Aku hanya ingin bicara saja, Astelle. Aku tidak akan pernah menyakiti Lyria lagi."
"Ucapan laki-laki sepertimu mana bisa di percaya. Kau bahkan bisa menampar seorang wanita," balas Astelle jijik.
Razen tidak bisa berkata-kata menghadapi kalimat yang diarahkan Astelle padanya. Nyatanya dia memang menampar wanita.
"Aku tidak ingin mendengar apapun darimu, Razen. Sekarang menyingkir!"
"Lyria, aku telah melakukan kesalahan. Aku meminta maaf padamu," seru Razen.
Astelle mendengkus sinis. "Apakah kau pikir permintaan maafmu cukup, Razen? Kau sudah menghancurkan hati Lyria! Ke mana kau ketika Lyria sangat membutuhkanmu! Kau sibuk dengan pelacur Kaitlyn! Razen, pria sepertimu tidak pantas mendapatkan maaf dari Lyria sama sekali!"
Razen tidak akan menyangkal kata-kata Astelle, karena apa yang dikatakan oleh wanita itu memang benar. Namun, meski tidak pantas dia masih berharap Lyria memaafkannya dan bisa membuka hati lagi untuknya.
"Lyria, beri aku kesempatan untuk menebus kesalahan yang sudah aku perbuat di masa lalu."
"Tidak akan ada cara menebusnya, Razen. Dan aku juga tidak membutuhkan penebusan darimu sama sekali! Yang aku inginkan hanyalah kau tidak perlu muncul di depanku lagi, melihatmu hanya mengingatkanku tentang bagaimana aku menyia-nyiakan waktu untuk pria bodoh sepertimu!" Lyria menatap Razen acuh tak acuh, dia benar-benar menyayangkan waktu yang telah dia buang untuk mencintai seorang Razen yang bahkan tidak memiliki sedikit kepercayaan untuknya.
Hati Razen sangat sakit. Dia telah melakukan kesalahan yang sangat besar. Andai saja dia tidak mempercayai foto dan video yang diterimanya maka saat ini dia dan Lyria pasti sudah hidup bahagia bersama. Selama mereka menjalin hubungan Lyria tidak pernah lupa memberinya perhatian. Wanita itu selalu mencoba berbagai cara untuk menyenangkannya.
"Lyria, aku benar-benar menyesal."
"Penyesalanmu tidak berguna sama sekali!" sinis Lyria. Wanita itu bergerak ke samping lalu melewati Razen begitu saja.
"Razen, makan penyesalanmu! Lyria tidak akan pernah kembali padamu lagi karena dia sudah menikah dengan pria yang seratus kali lipat lebih baik darimu!" Astelle sengaja memberitahu Razen bahwa Lyria telah menikah, dia ingin pria itu tahu bahwa Lyria sudah benar-benar bangkit dari masa lalu.
"Menikah?"
"Benar, Lyria sudah menikah dengan Axelsev Leander. Kau tahu siapa Axelsev Leander, dia berada jauh di atasmu. Lihat Lyria, dia dikhianati olehmu dan menemukan berlian, sementara kau melepaskan berlian seperti Lyria dan mendapatkan kerikil seperti Kaitlyn. Ckck, Razen, nikmatilah pilihanmu sendiri. Bajingan sepertimu memang pantas bersanding dengan wanita jalang seperti Kaitlyn." Usai mengatakan kalimat tajam itu, Astelle segera meninggalkan Razen yang dalam keadaan linglung.
Perasaan Razen menjadi semakin buruk. Dia tidak ingin mempercayai apa yang dikatakan oleh Astelle, tapi dia tahu bahwa Astelle tidak akan membohonginya. Wanita itu jelas merasa sangat senang karena Lyria telah menemukan pria lain.
Hanya saja bagaimana bisa Razen merelakan Lyria menikah dengan pria lain setelah dia mengetahui semua kebenaran tentang Lyria?
Apa yang terjadi saat ini semua karena Kaitlyn, jika wanita itu tidak menipunya maka dia tidak akan pernah kehilangan Lyria.
Razen semakin membenci Kaitlyn, dia sekarang sangat ingin menghancurkan wanita itu dengan kedua tangannya sendiri.
Lyria sudah mencapai mobilnya. "Aku akan kembali ke kantor sekarang."
"Aku juga akan kembali ke kantor," balas Astelle.
"Baiklah, mengemudilah dengan hati-hati."
"Ya."
Lyria masuk ke dalam mobil detik selanjutnya, begitu juga dengan Astelle. Keduanya berpisah karena perusahan mereka terletak di arah yang berlawanan.
Ponsel Lyria berdering. Wanita itu segera menjawab panggilan dari suaminya. "Ya, Axel."
"Apakah kau sudah selesai makan siang?"
"Sudah, sekarang aku dalam perjalanan kembali ke kantor."
"Ayo kita makan malam di luar malam ini."
"Bukankah ada Asella di rumah? Tidak enak jika kita membiarkannya makan sendirian di rumah."
"Ella sudah pergi ke kediaman Kakek dan Nenek."
"Ah, seperti itu. Baiklah kalau begitu."
"Aku akan mengirimkan pakaian untukmu nanti. Alan akan membawamu ke restoran tempat kita akan makan malam nanti."
"Baik."
"Sampai jumpa nanti malam, Sayang."
"Sampai jumpa, Axel."
Lyria menyimpan kembali ponselnya ke dalam tas. Beberapa menit kemudian Lyria sampai ke perusahaan. Sejak dia memakai mobil milik Axelsev dan dikawal oleh dua penjaga, dia mendapatkan pandangan yang tidak biasa dari orang-orang di sekitarnya.
Lyria tahu bahwa rekan satu kantornya pasti telah membuat spekulasi lain lagi. Namun, Lyria tidak memedulikan hal itu. Nyatanya dia tidak melakukan sesuatu yang tercela.
Sampai di ruangannya, Sarah yang tidak pernah menyukai Lyria juga menatap Lyria dengan penuh cemooh. Akan tetapi, wanita itu tidak berani bicara sembarangan karena dia tidak ingin bernasib sama seperti Mia yang berakhir di penjara.
Wanita itu hanya berpikir bahwa Lyria pasti telah menjadi istri seorang pria berkuasa, lihat saja semua pakaian yang dikenakan oleh Lyria, itu semua berasal dari merk Italia yang dibuat terbatas.
Selain itu Lyria juga menggunakan mobil yang tidak mungkin bisa dibeli oleh Lyria meski wanita itu menabung selama sepuluh tahun sekali pun, belum lagi sopir dan penjaga yang mengantar Lyria.
Sarah berpikir bahwa Lyria terlalu sombong dengan menunjukan semua kemewahan yang didapatnya. Sarah sangat berharap bahwa Lyria akan segera kehilangan semuanya.
Wanita itu merasa sangat iri dengan Lyria, selain Lyria memiliki kemampuan yang hebat dalam merancang busana, dia juga memiliki nasib yang baik dengan disukai oleh atasan mereka serta memiliki seseorang yang mendukungnya.
Beberapa rekan kerja Lyria yang satu tim dengannya juga merasa iri pada Lyria, tapi mereka tidak separah Sarah.
Waktu berlalu, Lyria mendapatkan kiriman dari Axelsev.
"Lyria, apa itu?" Ariana penasaran dengan tas-tas tangan yang ada di meja kerja Lyria. "Apakah ini dikirim oleh kekasihmu? Biarkan aku melihatnya." Wanita itu bergerak tanpa persetujuan dari Lyria.
Lyria hanya melihat tas tangan yang dibawakan oleh Alan kini dibuka oleh rekan kerjanya, sebuah kotak mewah dengan nama rumah mode terkenal tampak di sana. Kotak itu terbuka, ada sebuah gaun berwarna hitam yang tampak sangat memukau.
Semua rekan kerja Lyria mendekat. Mereka tampak kagum dengan gaun yang ada di depan mereka.
"Bukankah ini buatan tangan Oliver? Ini hanya ada satu di dunia, bukan?" Selena mengenali baju itu.
"Itu pasti hanya tiruan." Sarah menanggapi tidak senang.
"Sarah, apakah kau mengakui dirimu berada dalam industri fashion dengan mengatakan gaun ini adalah tiruan?" Ariana yang memegang gaun menatap Sarah mengejek.
"Lyria, kau benar-benar beruntung. Kau bisa mengenakan gaun mahal ini," seru Ariana yang kembali beralih pada Lyria.
Lyria semakin membuat rekan-rekan wanitanya menjadi iri. Di sana ada empat wanita dan dua pria yang berada satu tim dengan Lyria.
Dari gaun, mereka melihat ke barang lainnya. Di sana ada sepatu dan tas tangan serta perhiasan.
"Lyria, katakan pada kami siapa kekasihmu?" Tiga orang wanita tampak sangat bersemangat ingin mengetahuinya, sementara Sarah wanita itu hanya menguping dari tempatnya tampak tidak tertarik apdahal juga sangat ingin mengetahuinya.
Sementara dua pria di sana hanya merasa hati mereka patah. Dua tahun mereka mencoba untuk mendekati Lyria, tapi tidak pernah dianggap lebih dari sekedar rekan kerja oleh Lyria. Jika mereka bersaing dengan pria yang memberikan barang-barang mewah pada Lyria maka jelas mereka akan kalah.
"Apa yang kalian lakukan di sini? Apakah kalian sudah tidak ingin bekerja?" Suara tegas Jenifer membuat seluruh rekan kerja Lyria meninggalkan meja kerja Lyria yang kini berantakan dan kembali ke tempat mereka masing-masing.
Jenifer memperhatikan bawahannya satu per satu dengan tajam lalu setelah itu dia pergi ke ruangannya. Dia sendiri sudah mengetahui dengan siapa Lyria berhubungan, tapi dia tidak membocorkannya pada siapapun karena dia pikir itu tidak perlu sama sekali.
Sebagai atasan Lyria, Jenifer senang karena Lyria menemukan pria yang sangat hebat. Jenifer berharap bahwa Lyria akan bisa lebih menikmati hidupnya. Selama Lyria menjadi bawahannya dia tahu bahwa Lyria tidak pernah bisa hidup dengan baik, ada banyak luka yang ditanggung oleh Lyria, baik itu karena ibunya atau lingkungan di sekitarnya.