Di Balik Layar ✓

By bluubearies

67.3K 6.3K 1K

Di balik kerjasama dan kerja keras yang mereka dedikasikan untuk menyukseskan acara himpunan, tidak ada yang... More

PROLOG - Dua Anak Manusia
O1. Rapat Program Kerja
O2. Mencari Sponsor
O3. Di Balik Himpunan
O4. Keresahan Kareline
O5. Mantan Pacar
O6. Sebuah Penawaran
O7. Teman Perempuan Raska
O8. Rapat Sampai Tipes
O9. Klub Malam
1O. Laverna
11. Sikap Kemanusiaan
12. Salah Paham
13. Yang Tak Diharapkan
14. Di Tengah Kemacetan
15. Risau
16. Raska Dan Ketidaksadarannya
17. Rasa Takut
18. Kepulangan Kareline
19. Fall In Love
20. Pengantar Tidur
21. Evaluasi
22. Bastard
23. I'm Sorry
24. Menjauh
25. Kabar Buruk
26. Part Time
27. Hutang
28. Malam Perpisahan
29. Insiden
30. Don't Leave Me
BONUS CHAPTER [01] - Keluarga Bahagia

END - Ajakan Bahagia

3.1K 198 80
By bluubearies

⚠️Mature content

Waktu enam tahun bukanlah waktu yang singkat untuk menjalin sebuah hubungan. Hubungan Raska dan Kareline sebenarnya tidak bisa dibilang seperti kebanyakan hubungan pada lainnya. Kalau dikata tanpa status, memang itu faktanya. Kareline tahu bahwa Raska menyayanginya. Raska juga tahu kalau Kareline tidak bisa jauh dari dirinya. Kedua orang itu sama-sama saling membutuhkan satu sama lain.

Namun sejauh ini keduanya tidak pernah mengatakan mengenai perasaan satu sama lain. Hanya saja Kareline tidak pernah protes atau menghindar sewaktu Raska menyentuh atau menjamah tubuhnya.

Perlahan Kareline juga mulai bisa menerima ketakutannya sendiri. Jika dulu ia masih ragu memberikan apa yang ia miliki untuk Raska—sebab sebelumnya Kareline juga melakukan hal yang sama kepada Jafran dan berakhir membuatnya sakit—sekarang sudah tidak lagi.

Seperti yang terjadi pada malam ini. Dengan diiringi melodi yang menenangkan, keduanya saling menjamah satu sama lain. Melepaskan penat karena seharian keduanya berkutat dengan kerjaan yang tak ada habisnya. Tidak ada perasaan terpaksa yang dirasakan oleh Kareline saat Raska meminta dirinya sepenuhnya malam ini.

Kareline menerimanya dengan senang hati.

Bagaimana perempuan itu menyebut namanya di saat ia berada di puncak kenikmatan, lenguhan perempuan yang berada di bawah kukungannya menjadi suara favorite Raska. Dan di saat peluh yang menghiasi kening Kareline, Raska selalu mengusapnya dengan sayang.

Kareline mungkin tidak pernah mengungkapkan hal ini, bagaimana ia sangat menyukai ketika tangan berurat Raska mulai menjamah setiap inci tubuhnya. Jari-jari panjangnya yang mulai memasukinya di bawah sana. Kareline tidak bisa mendeskripsikan itu. Semuanya terasa sangat memikat.

"Ras?" panggil Kareline di saat laki-laki itu sibuk menyembunyikan kepalanya pada dua gundukan milik Kareline.

Seakan tuli, Raska tidak merespon panggilan itu. Justru ia semakin gencar meremasnya dan memainkannya dengan lidah yang tentu saja membuat Kareline kembali melenguh.

"Ras?"

Raska mendongak, menatap wajah Kareline yang sayu. "Kenapa?"

"Udah, ya. Nanti aku ada kelas."

Jarum jam menunjukkan pukul tiga pagi saat Kareline mengucapkan kalimat seperti itu. "Sekarangkan hari sabtu, biasanya kamu, kan, libur."

"Mata kuliah pengganti."

Seharusnya mereka sudah terlelap. Namun sifat mesum Raska yang baru Kareline ketahui akhir-akhir ini membuatnya harus bergadang setiap laki-laki itu menginginkannya. Mereka telah memulainya dari jam sembilan malam tadi. Tapi ternyata waktu selama itu tak cukup untuk memuaskan hasrat Raska.

"Tunda aja, ya. Bikin double atau kasih tugas buat jurnal di pertemuan selanjutnya aja. Aku belum selesai, Line."

Raska berbalik, membiarkan Kareline berada di atasnya kali ini. Ini adalah posisi yang sangat disukai Kareline. Mungkin ini adalah salah satu cara agar perempuan itu luluh dan membiarkan Raska menjamahnya lebih lama. Kalau bisa sampai matahari terbit.

Seperti diberikan kesempatan, Kareline tak menyiakan hal tersebut. Padahal baru beberapa detik yang lalu ia mengeluh karena Raska tak mau berhenti.

Dorongan kuat dari inti tubuh Kareline membuat milik Raska semakin memasukinya. Ini sangat mengagumkan. Miliknya terasa penuh dan sesak. Kareline bahkan tak segan-segan bertukar saliva dengan Raska.

Benang saliva itu teruntai dengan indahnya saat Kareline mengangkat wajah, merasakan bahwa sesuatu akan keluar. Raska sangat mendamba bagaimana perempuan itu bergerak sangat cantik di atas tubuhnya. Buah dada yang menggantung membuat Raska semakin kehilangan akal.

Seperti lupa apa yang telah menanti mereka di jam-jam berikutnya, desahan serta decitan ranjang semakin memenuhi isi kamar Kareline. Tak takut kalau nanti tetangga apartemennya akan menegur mereka karena suara berisik akibat ulah keduanya.

Yang jelas saat ini dunia terasa berada dalam genggaman.

Kareline luruh di atas tubuh Raska saat puncak kenikmatan itu berhasil menghantam tubuhnya. Dan untuk pertama kalinya, Raska mengeluarkan cairan itu di dalam rahim Kareline. Tak ada penolakan dari Kareline sendiri, sebab ia pikir sekarang bukanlah masa suburnya.

"Ras, kita ini apa sih?" tanya Kareline dengan suara lemahnya.

Sementara Raska mencoba membenarkan posisi wanitanya agar terasa nyaman. Sebab setelah Kareline mengutarakan kalimat tersebut, ia terlelap dalam mimpinya. Perlahan Raska mengulas senyum, dengan sayang laki-laki itu mengelus rambut halus Kareline yang sekarang sudah tak sepanjang dulu.

*****

Siang ini yang tak sesuai dengan janjinya karena Kareline terpaksa membatalkan jam mengajar gara-gara olahraga malamnya bersama Raska. Kareline bahkan baru bangun jam sepuluh, di saat ia harus mengisi jam setengah sebalas siang.

Nanti tolong absenkan siapa saja yang hadir. Ibu beri tugas secara berkelompok untuk membuat jurnal yang sudah kita pelajari minggu kemarin. Maaf, ibu tidak bisa datang karena ada kendala. Terimakasih.

Kira-kira begitulah isi pesan yang Kareline kirimkan kepada ketua tingkat dari mata kuliah yang ia ampu dan selanjutnya hanya dibalas, baik bu.

Wangi sabun seketika tercium saat Raska baru saja keluar dari dalam kamar mandi yang hanya menggunakan handuk sebatas pinggang. Oh ayolah, siapa yang tidak tergiur dengan tubuh atletis milik laki-laki itu meskipun tidak seperti binaragawan. Kareline bahkan masih ingat rasanya saat jari jemari miliknya meraba dada hingga perut Raska.

"Beneran nggak jadi ngajar?" tanya Raska sembari mengambil baju dari dalam lemari.

"Enggak. Emang masih ada waktu kalau berangkat jam segini?"

"Nggak ada. Makanya itu aku nyuruh kamu buat cancel aja." Raska berjalan menghampiri Kareline yang masih setengah duduk di sisi ranjang. "Mandi, Line. Nanti aku pesenin makanan. Mau makan apa?"

"Iya, ini mau mandi."

"...."

"Kenapa masih di sini? Keluar!!"

Raska tahu maksud Kareline. Perempuan itu memang masih malu-malu saat Raska mendapati dirinya tak mengenakan sehelai benang pun. Sudah berapa kali Raska memberitahu bahwa ia telah melihat semuanya. Tetap saja, fakta tersebut tak dapat merubah pemikiran Kareline.

"RASKA KELUAR!!"

"Kenapa, sih? Kan, aku udah sering lihat."

"MALU."

"Nggak usah malu. Aku aja nggak malu, kok."

"BEDA. Kamu, kan, emang seneng lihat yang begitu-begitu."

"Begitu-begitu yang gimana?"

"Halah, tuh di laptop kamu banyak. Awas!!!"


Tak butuh waktu lama, Kareline sudah berada di meja makan dengan seporsi nasi padang. Semenjak mereka mengetahui perasaan masing-masing, tak jarang Raska meninggalkan apartemennya demi menginap di tempat Kareline.

Waktu masih kuliah dulu, Karelinelah yang lebih sering mengunjungi Raska—itupun karena paksaan dari laki-laki itu. Sekarang semuanya berbalik, apartemen Raska sudah mirip seperti apartemen kosong yang sudah lama ditinggalkan oleh pemiliknya.

"Line, ditanyain sama Mama. Katanya, kok lama nggak pernah dateng ke rumah."

Hubungan Kareline dengan orangtua Raska berlangsung baik. Tidak ada penolakan seperti yang terjadi di novel atau film pada umumnya. Begitu juga dengan Raska. Dari awal orangtua Kareline sudah menyukai keberadaan Raska yang dekat dengan anaknya.

"Nanti malem ke sana aja gimana?"

"Jangan nanti malem. Aku mau ngajak kamu dinner soalnya."

"Dinner?" Kareline mengerutkan alisnya heran. "Tumben? Kenapa dadakan banget?"

"Gapapa, biar surprise. Oh iya, Bapak sama Ibu gimana? Jadi datang ke sini?"

"Jadi, kok. Kemarin udah ngasih tau. Katanya kalau nggak lusa ya besoknya lagi," ucap Kareline yang sudah selesai dengan makanannya.

"Nanti pokoknya kabarin aja. Biar aku yang jemput," kata Raska yang langsung diberi acungan jempol oleh Kareline.

*****

Malam ini Kareline tampak mengagumkan. Dengan dress hitam yang menunjukkan bahu dan leher jenjangnya, Kareline berjalan tepat di samping Raska. Membiarkan tangannya digandeng oleh laki-laki itu.

Raska bilang kalau laki-laki itu ingin membicarakan sesuatu setelah makan malam nanti. Kareline jelas penasaran apa yang akan Raska bicarakan kepadanya. Karena tak biasanya Raska mengajaknya makan malam hanya untuk membicarakan suatu perihal.

Sedangkan Raska dengan tuxedo formalnya tampak gagah. Raska yang masa kuliah dulu sudah sangat tampan. Sekarang jauh lebih tampan. Senyumnya juga masih sama. Sama-sama membuat wanita yang melihatnya hampir gila.

Raska mempersilakan Kareline untuk duduk setelah ia menarik salah satu kursi yang ada di depannya. Oh God, kenapa Raska tiba-tiba seromantis ini?

"Mau bicara apa, sih? Jangan bikin penasaran dong," seru Kareline tak sabaran ketika Raska baru menutup buku menunya.

"Makan dulu, Line. Habis itu aku janji bakal ngasih tau kamu."

Tak mau membuang-buang waktu, Kareline langsung menyantap makanan yang ada di depannya dengan lahap. Raska berhasil dibuat terkekeh atas tingkah Kareline baru saja. Terasa sangat lucu melihat perempuan itu dengan mulut penuhnya.

Sejauh mata memandang, restoran ini terasa sangat nyaman. Menyuguhkan berbagai kelap kerlip lampu dengan pencahayaan yang sedikit temaram. Tapi Raska masih bisa menikmati wajah cantik wanitanya itu.

"Udah. Sekarang bilang mau ngomong apa," ucap Kareline yang sudah mengosongkan piringnya.

"Mau nambah, nggak?"

"Ihhh, Ras. Cepetan."

Sejak kapan Kareline jadi semenggemaskan begini? batin Raska.

Jujur saja, jantung Raska berdentum tak karuan. Padahal tadi ia sudah menghapalkan kalimat apa yang harus ia ucapkan di depan Kareline. Mengapa sekarang ia mendadak lupa seperti ini?

Dan dengan satu tarikan napas, Raska meraih satu kotak beludru berwarna merah dari dalam saku jasnya. Ketika dibuka, Kareline terpukau dengan kilauan cincin yang ada di dalam kotak tersebut.

"Ras, ini?"

Raska berdehem, menetralkan suaranya. "Hmmm, gue nggak tau mau mulai semuanya darimana. Kamu sendiri tau, kan, kalau aku nggak pernah main-main sama kamu? Kamu juga tau setulus apa perasaanku. Udah terhitung enam tahun hubungan kita gini-gini aja. Sekarang kita udah sama-sama dewasa, sama-sama ngerti satu sama lain. Aku juga udah mapan, udah bisa lebih dari cukup buat ngehidupin kamu. Maka dari itu, malam ini aku berniat buat ngelamar kamu. Nikah sama aku, jadi istriku. Mau, kan?"

"Ras..." Kareline seperti kehilangan kalimatnya. Satu bulir berhasil jatuh membasahi pipinya. Bedanya air mata itu bukanlah air mata kesengsaraan, melainkan air mata bahagia.

"Kenapa nagis, hmm?"

"Aku mau, Ras. Aku mau!"

"Serius?"

"Iya!!"

Mendengar ajakan nikahnya yang diterima langsung oleh Kareline membuat Raska berhambur memeluk perempuan itu. Penantian panjang ini akhirnya menemukan jawabannya. Kareline pun tak perlu berpikir lagi mengenai siapa dirinya untuk Raska, ia bisa membanggakan kalau dirinya adalah calon istri Raska.

Lagipula tak ada alasan untuk Kareline menolak laki-laki itu. Seperti yang dibilang Raska, mereka berdua sama-sama mapan. Raska yang bekerja di perusahaannya sendiri dan Kareline sebagai dosen di sebuah universitas ternama.

Pelukan tersebut perlahan terlepas tapi tidak dengan netra keduanya. Raska dan Kareline saling pandang, menyelami satu sama lain sampai sapuan lembut yang menyapa bibir Kareline mulai Raska berikan.

Tidak ada tuntutan dalam penyatuan tersebut, yang ada decapan lembut dengan penuh kegembiraan. Sesekali keduanya tersenyum di tengah cumbuan yang mereka buat di bawah langit malam ibukota.

Raska dan Kareline kini telah menemukan bahagianya.

End.

*****
Raska Aditama Manggala

Kareline Samantha

Noted :
Finally, work ini tamat juga. Setelah berusaha buat semuanya jadi lebih cepat, Raska dan Kareline akhirnya menemui kata usai. Jujur, selama aku ngerjain work ini, aku seneng banget. Nggak ada kata terpaksa buat aku. Aku bener-bener enjoy. Apa karena keduanya bias aku? Hehehe.

Pas ngetik kata end, perasaanku campur aduk antara seneng dan sedih. Soalnya bakal berpisah sama Raska dan Kareline. Ternyata gini ya rasanya, huhuhu.

Apapun itu guys, aku berterimakasih banget sama kalian yang udah dukung karya ini dari awal sampai akhir. Aku terimakasih banyak-banyak sama kalian. Terimakasih karena udah ninggalin komentar yang positif—yang tentunya buat aku jadi makin semangat.

Sekali lagi terimakasih banyak.

Semoga di lain ke sempatan kita bisa ketemu Raska sama Kareline di versi yang berbeda yaa. Love you all.

Salam hangat,


Dia.

Continue Reading

You'll Also Like

311K 11.1K 67
Apa yang terjadi ketika seorang adik terlibat suatu hubungan dengan sahabat sang kakak? Apakah akan berjalan dengan baik? Atau malah sebaliknya? Seja...
6.6K 853 12
Mina belum siap berkomitmen meski telah berpacaran dengan jeongyeon selama 10 tahun. Pada suatu kesempatan mina pergi menuju Australia untuk sekolah...
143K 12K 16
Aku cowo, jadi mommy.. emang bwolee? ⚠️LAPAK BXB, [GAK SUKA? SKIP] ⚠️MPREG ALIAS COWO HAMIL. ⚠️HOMOPHOBIC MENJAUH!!! 🔞🔞🔞 • • • • • • 'Sepa Adi...
318K 18.1K 61
Liliona tak percaya dengan perasaanya sekarang! ia bahkan menyukai anak bos nya sendiri! Ini benar-benar tak masuk akal! bagaimana bisa?? Ia tak pern...