A Night To Remember

By everla_

493K 43.6K 3.7K

Clarissa gadis muda yang kariernya cemerlang berkat mengabdi selama setahun penuh pada bosnya. Pria muda yang... More

Meet The Characters
I
II
III
IV
Additional Charracters
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
XVI
XVII
XVIII
XIX
XX
XXI
XXII
XXIII
XXIV
XXV
XXVI
Additional Charracters
XXVII
XXIX
XXX
XXXI
XXXII
XXXIII
XXXIV
XXXV
XXXVI
XXXVII
XXXVIII
XXXIX
XL
XLI
XLII
XLIII
XLIV
XLV
XLVI
XLVII
XLVIII
XLVIII
XLIX
L
LI
LII
LIII
LIV
LV
LVI
LVII
Epilog
Move On Yuk?

XXVIII

7.2K 707 57
By everla_

CLARISSA manyun saat tangannya ditarik-tarik maminya untuk menemani jalan di mall. Ini hari minggu, dia cuma mau rebahan di kamar. Papinya sudah pergi dengan Marco pagi tadi jam 7. Katanya mau ngegym, entah kenapa jam segini belum balik.

"Temenin Mami dong Clar. Kapan lagi loh mami punya temen belanja. Senyum dong." Clarissa cemberut, kakinya melangkah mengikuti maminya masuk ke sebuah distro.

Wanita itu bergerak bebas melihat-lihat kaos kekinian bernuansa gothic. "Mami kan gak suka yang serem-serem begini Mi, ngapain kesini?" Bisik Clarissa.

"Buat Papi. Udah ah kamu mending bantuin pilih. Papimu itu baju kalo gak sampai bolong juga gak akan cari ganti. Harus Mami yang beliin." Keluhnya sambil membolak-balik kaos berukuran jumbo.

"Mam, gimana kalo misalnya Clarissa menikah sama Marco?" Wanita itu tersenyum.

"Marco baik sama kamu?" Clarissa mengangguk.

"Dia kasar?" Gadis itu menggeleng.

"Seagama?" Clarissa mengangguk lagi.

"Kamu sudah kenal keluarganya?" Ragu-ragu Clarissa menggeleng.

"Cuma maminya?" Christa tersenyum.

"Jangan buru-buru Clar. Kenalan dulu sama keluarganya." Clarissa mengangguk setuju. Siapapun pasti tak akan segegabah itu untuk menikah. Bahkan direstui pun tak cukup untuk Clarissa. Soal masa lalu Marco, sepertinya tak sesederhana itu.

"Mami, dulu papi punya mantan?" Christa menghentikan gerakan tangannya, ia menoleh menatap putri bungsunya.

"Banyak" Clarissa meringis. Bukan rahasia lagi kalau papinya dulu adalah seorang Casanova.

"Maksudnya mantan yang buat mami cemburu karena orang itu yang paling papi sayang." Yang lebih tua terkekeh pelan.

"Kenapa? Marco begitu?"

"Bisa dibilang iya dan tidak sih Mam. Mami tahu Sharena? Influencer muda yang lagi terkenal itu." Christa mengangguk pelan.

"Dia mantannya Marco. Mantan terindah."

"Wow, berat juga ya sainganmu Clar. Terus apa masalahnya?" Tanyanya lagi.

"Menurut mami kalau seseorang masih benci sama mantannya itu karena dia sebenernya masih sayang gak sih Mam? Karena sebenarnya dia masih mau sama orang itu, makanya secara gak sengaja dia selalu ingat dengan dalih benci padahal sebenarnya belum siap ngelepasin aja."

"Pindah tempat dulu yuk, kita ngobrol di tempat yang lebih nyaman." Clarissa menurut. Keduanya berjalan lalu berbelok pada coffeeshop sederhana di salah satu gerai.

Mereka duduk berhadapan. Clarissa tersenyum saat seorang pramusaji membawakan nampan berisi pesanan mereka. Gadis itu mengusap pelan cangkir berisi coklat panasnya. Matanya menatap buih putih di tengah pusaran adukan sendok kecil. Kepalanya seolah ikut berputar. Lalu sebuah sentuhan di tangannya buat gadis itu tersentak.

"Soal pendapat kamu itu ada kemungkinan lainnya Clar. Seseorang masih benci sama mantannya itu bisa jadi karena luka yang ditinggalkan terlalu sempurna. Dalam artian kecewanya sudah gak ketolong. Buat sebagian orang yang lemah, pasti dia akan memilih terus berputar dalam kesakitannya. Terus menyalahkan masa lalu untuk memvalidasi perasaan sakitnya sampai saat ini. Tapi untuk sebagian lainnya, dia mungkin akan terus ingat luka itu untuk dijadikan pelajaran supaya gak terluka lagi. Efeknya apa? Dia jauh lebih posesif sama dirinya sendiri, benteng yang dia bikin akan makin tinggi, lebih selektif dan jelas perlakuannya ke orang baru gak akan sesantai dulu." Clarissa menarik alisnya bingung.

"Bedanya, yang lemah akan terus berharap bisa memperbaiki masa lalu meskipun dia tahu artinya jatuh ke lubang yang sama. Tapi untuk sebagian lainnya akan berusaha membuka lembaran baru, namun dengan daftar yang harus dihindari soal sakit hatinya itu. Lagipula gak bisa dipungkiri mantan itu pernah jadi bagian terindah dalam hidup. Kamu pun begitu, kan? Kamu pasti pernah berharap bisa balikan sama Damasta mantan terindahmu. Tapi gak kamu lakukan, kenapa?" Gadis itu cemberut.

"Dia selingkuh, ngapain aku balikan sama dia. Lagipula udah gak sayang juga" Christa tersenyum.

"Terus apakah berarti dengan kamu kadang ingat Damasta artinya kamu gak siap ngelepas dia?" Clarissa terbelalak.

"Big No. Jelas aku ingat dia karena sebel bukan karena gak siap ngelepas dia."

"Begitu juga dengan Marco. Mami tahu kamu, pasti kamu kan yang lebih sering mempermasalahkan soal mantan ini dibanding dia?" Clarissa mengangguk pelan.

"Kenapa? Minder?"

"Bisa jadi." Ucapnya lirih sambil memainkan buih coklatnya dengan sendok.

"Loh kok bisa jadi? Setiap orang itu spesial Clar. Coba, apa yang kamu punya dan Sharena nggak? Masa gak ada hal yang bikin kamu merasa lebih baik daripada dia?" Clarissa meringis.

"Ya ada sih Mam."

"Ya udah dong aman. Jangan keseringan ah ngungkit masa lalunya Marco. Jangan cari masalah yang nggak ada. Air yang udah bening jangan kamu aduk sampai keruh. Cemburunya kamu ini bahaya banget kalo diterusin. Kamu kira Marco gak ada batas sabarnya?" Gadis itu terdiam. Apa iya Marco yang selama ini tampak haha hihi sebenarnya juga kesal kakau diungkit soal mantan?

"Mam, tapi tuh rasanya kaya Marco sebenarnya masih inget mantan. Apa karena dia masih nyimpan dendam?" Christa tersenyum.

"Tahu gak hal setelah memaafkan yang paling sulit dilakukan itu apa?" Clarissa mengernyit.

"Apa?"

"Ya menyimpan dendam. Bibirmu bisa aja bilang maafin, tapi hatimu itu bisa aja masih menyimpan rasa kesal. Dendam itu gak terucap dan jauh lebih bahaya daripada gak memaafkan kesalahan orang. Coba kamu ngobrol sama Marco, ajak dia supaya memaafkan sekaligus dengan perasaan yang gak terucap dalam hatinya." Clarissa kali ini menyesap coklat panasnya yang mulai tak sepanas tadi.

"Susah ya Clar punya pasangan dengan masa lalu yang buruk? Memang bukan tanggungjawabmu untuk bantu dia melalui masa lalunya. Tapi mau kamu cari manapun manusia di bumi yang tanpa masa lalu buruk jelas sulit. Semua pasti punya, sudah sepaket kalau kamu mau orangnya kamu juga harus mau sama seluruh cerita hidupnya." Clarissa tertegun, dalam kasusnya bahkan tak ada masa pendekatan yang manusiawi. Bukankah sebenarnya dia terkesan dipaksa masuk ke dalam kehidupan Marco? Namun tak bisa dipungkiri lambat laun dia jadi menikmati. Clarissa suka berada dalam dekapan Marco.

"Sebenarnya masalahnya Marco itu gak seberat itu gak sih Mam? Cuma soal mantan yang selingkuh dan dia masih sebel sampai sekarang. Sialnya mantannya itu super cantik dan baik dalam segala hal, makanya itu bikin Clarissa keganggu." Christa terkekeh.

"Gak berat buat kamu bisa aja jadi berat untuk orang lain loh. Tapi mami senang kalau kamu punya pikiran begitu, artinya kamu sudah tahu harus apa kan? Mami doain yang terbaik untuk kali ini. Soalnya papi sudah siapin agenda panjang buat jalan sama pacarmu." Clarissa mendengus.

"Papi kenapa sih sama Marco langsung setuju?" Maminya tertawa pelan.

"Dari lihat orangnya aja Mami berasa lihat Papi versi mudanya Clar. Siapa yang gak senang ketemu versi dirinya yang lain. Ngobrol apapun nyambung." Ah sepertinya dia melupakan fakta kalau Marco memang persis seperti Papinya.

Clarissa cemberut menatap Mami Papinya yang melambaikan tangan dari dalam kereta. Tak rela rasanya jauh lagi dari orangtua. Sedangkan Marco di sampingnya juga ikut melambaikan tangan ke arah dua dewasa itu. Pokoknya Marco sudah sah jadi calon menantu keluarga Jonathan. Bersamaan kereta yang mulai berjalan, Clarissa makin cemberut. Matanya berkaca-kaca mau menangis.

"Jangan nangis dong, nanti kita ke Semarang deh." Clarissa melirik kekasihnya sekilas.

"Coba aja saya dikasih cuti." Marco terkekeh.

"Enak aja, kerjaan kamu tuh numpuk." Clarissa menatapnya kesal.

"Lupa kalo pacaran sama manager sendiri!" Pria itu tertawa geli.

"Tidur di rumah saya ya?" Gadis itu tampak berpikir sebentar. Tidur sendirian di apartemen dengan perasaan sedih sepertinya adalah ide buruk. Clarissa mengangguk membuat Marco tersenyum senang.

"Mau es krim~" rengek gadis itu. Marco terkekeh.

"Oke kita beli sekarang."

"Mau sate taichan juga." Marco menghela nafas.

"Iya boleh."

"Martabak keju, mau boba jugaa, sosis ba—"

"Saya gak mau ngabisin ya kalo cuma kamu icip-icip doang." Sahut Marco memutus ucapan kekasihnya. Clarissa cemberut.

"Bapak gak sayang ya sama saya?" Marco mendengus sebal.

"Belum saya hamilin tapi udah ngidam begini, mana moodyan." Bibirnya makin melengkung kebawah.

"Please ayanggg~" rengeknya sambil menggerak-gerakkan tangan Marco. Pria itu terbelalak, baru sadar Clarissa bisa manja begitu.

"Kamu kenapa sih Clar?" Tanya Marco panik.

"Ayanggg aku mau bobaa ya? Boleh?" Gadis itu mengedip-ngedipkan kedua matanya. Semburat merah tampak di pipi putih pria itu.

"Clarissa! Jangan bikin saya gemes ya!" Gadis itu memeluk lengan Marco lalu menyandarkan kepalanya di lengan Marco.

"Ayang, aku mau martabak keju. Beliin ya ayang? Nanti aku kasih kiss yang banyak deh." Marco menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan.

"Beneran ya dikasih kiss yang banyak?" Clarissa tersenyum lebar.

"Beneran dong." Marco merogoh dompetnya lalu menyerahkannya ke Clarissa. Gadis itu menerimanya lalu menciumi dompet itu dengan girang. Marco menggelengkan kepalanya mengikuti kemanapun kekasihnya berjalan.

"Apasih gemes banget pacar gue. Kenapa dia baru ngeliatin manjanya sekarang? Anjing gemes bangett, gue gigit juga lo Clar." Gumam Marco sambil meremat udara seolah-olah gadis itu yang ia sentuh.

Sementara Clarissa tertawa senang. Ternyata selain sangean Marco juga mudah luluh dengan yang gemas-gemas. Gak sia-sia Clarissa banyak nonton drama Korea untuk belajar bertingkah imut. Managernya jadi korban.

Clarissa benar-benar membeli semua makanan yang dia inginkan. Jelas gadis itu cuma mencobanya beberapa gigitan lalu ia biarkan sisanya tergeletak di atas meja makan Marco. Pria itu akan mengurusnya nanti, dia cuma akan menagih janji yang kekasihnya buat.

Gadis itu kini tengah tertawa menonton film komedi yang diputar pada televisi. Marco tersenyum lalu melemparkan tubuhnya di atas ranjang sambil berusaha melepas kaosnya sendiri. Clarissa terbelalak.

"Bapak mau ngapain??" Marco terkekeh.

"Gerah." Takut-takut Clarissa menggeser tubuhnya.

"Mana nih kissnya? Udah siap loh ini." Ucap Marco sambil mencolek pinggang gadis itu. Clarissa mendengus sebal, ia menatap Marco tajam.

"Nanti." Jawabnya singkat.

"Ya nantinya itu kapan babe?" Jarinya mencolek pinggang Clarissa lagi.

"Nanti astagaaa, saya lagi nonton Pak!" Protesnya kesal.

"Ah lama nih. Tadi aja di stasiun manja banget sekarang kenapa mode galak lagi sih?"

"Berisik banget deh." Sahut Clarissa.

"Babe~" panggil Marco dengan suara mendayu.

"Hm?"

Marco tersenyum jahil.

"Pinjam tangannya buat pijitin ini pegel banget." Clarissa berdecak. Tanpa repot menoleh ke arah Marco ia menyodorkan tangannya, membiarkan pria itu memakai tangannya untuk memijit tangan Marco.

"Pak gelii!" Marco terkekeh sambil terus mengecupi telapak tangan Clarissa. Gadis itu masih menonton aksi aktor di depan matanya. Lalu ia kembali rasakan geli yang menusuk-nusuk kulit tangannya. Ia menoleh, Marco tampak mengusapkan tangannya pada dagunya yang mulai ditumbuhi rambut halus.

"Ngapain sih Pak?" Marco melempar tangan Clarissa lalu mendengus kesal dan membalikkan tubuhnya.

Gadis itu terkikik geli. "Dih ngambek."

Marco menarik sebuah bantal untuk menutupi kepalanya.

"Jadi orang kok ingkar janji." Sindir Marco.

Clarissa tertawa geli. Tangannya menarik bantal yang berusaha Marco pertahankan di kepalanya. Namun sepertinya pria itu sengaja melonggarkan pegangannya hingga bantal itu bisa disingkirkan. Clarissa membuang bantal itu lalu menyusupkan tangannya memeluk Marco dari belakang. Bibirnya ia daratkan di pundak lebar Marco lalu tangannya mengelus otot-otot perut Marco buat pria itu senyum penuh kemenangan.

"Sini katanya mau kiss?" Marco masih bertingkah merajuk. Ia tak membalikkan badannya masih diam. Clarissa jadi gemas sendiri.

"Kasihan banget sih karyawannya gak ada yang tahu kalo Pak Manager ternyata super manja kaya bayi begini." Clarissa kecup lagi pundak Marco.

"Ayangg hadap sini dong~" kali ini akan Clarissa coba lagi luluhkan pria dewasa itu dengan serangan keimutannya. Jantung Marco mulai berdetak cepat. Suara mendayu itu buatnya tak tahan untuk menyengir lebar. Mati-matian dia gigit bibirnya agar tak tersenyum.

"Ihh ayangg aku juga mau kiss lohh, lihat ke aku ayangg~" ibarat medan perang, mungkin saat ini Marco sudah terkapar tak berdaya. Jantungnya seakan mau meledak saking berdebarnya. Bibirnya sudah tersenyum lebar tak tahan untuk bertingkah biasa saja dengan rayuan kekasihnya.

"Ayang hadap sini, pacarnya mau kiss yang banyakkk" seru gadis itu mengerahkan segala kemampuannya dan Marco sudah gagal dalam medan perang. Pertahanannya sudah porak poranda.

Ia membalikkan tubuhnya lalu memeluk gadis itu erat-erat.  "Siapa yang ngajarin godain saya begitu! Ya ampun Clar kamu mau bikin saya jantungan ya?" Clarissa terkekeh, bibirnya kini ia daratkan di sepanjang tulang selangka Marco.

"Sayang mau kiss~" rengeknya sambil mendongakkan kepalanya. Marco menunduk lalu biarkan gadis itu menjemput sendiri ciumannya. Bibirnya tersenyum lebar kala bibir manis Clarissa menyentuh bibirnya, tangannya meremas pelan bongkahan pantat gadis itu. Clarissa terkekeh, ia mengangkat tubuhnya menyangga kepalanya hingga lebih tinggi dari kepala Marco. Pria itu terkekeh saat kepalanya tepat di depan dada Marco.

Ia sandarkan kepalanya di payudara kesayangannya. "Elusin kepala saya sampai tidur ya babe?"

"Nanti dikasih apa?" Marco melengos.

"Cuma disuruh elusin doang minta imbalan mulu nih." Clarissa terkekeh.

"Iya iyaa, udah merem. Aku lagi baik. Selamat tidur, jangan mimpiin Sharena." Marco terkekeh.

"Kalo Mita boleh?" Tahu saja Marco mana yang tak Clarissa sukai.

"Boleh, tapi paginya jangan kaget kalo tititmu ilang." Marco menatap Clarissa horror.

"Iya iya, mimpiin Clarissa doang." Gadis itu menyeringai.

"Tidur yang nyenyak ya, karena besok mau aku interogasi." Marco mengerutkan keningnya.

"Interogasi apa?" Tanyanya.

"Rahasia, udah tidur aja dulu yang nyenyak. Seneng-seneng dulu sebelum besok aku amuk." Marco makin tak tenang.

"Babe? Aku ada salah?"

Clarissa terkekeh. "Nggak kok cuma mau nyelesaiin sesuatu aja besok. Udah bobok yang bener ayang, mau nen?" Marco menatap Clarissa bingung, namun kepalanya mengangguk pelan.

"Dasar!" Marco menatap Clarissa sebentar lalu membuka kancing piyama gadis itu dan mengeluarkan sebelah dadanya. Bibirnya langsung melahap puting yang tampak mengacung lalu ia hisap pelan sebelum kembali larut dalam rasa penasarannya.

"Bayi gak usah mikir berat. Udah tidur aja yang bener." Marco melirik gadis itu sekilas lalu memejamkan matanya.

Selamat malam pasangan gila kita.

Continue Reading

You'll Also Like

2.9M 337K 41
Ambar dan Romi membuat kesepakatan untuk menerima perjodohan mereka. Demi bisa hidup tenang tanpa campur tangan orang tua, mereka menikah, tapi sepak...
6.7M 960K 54
Prahara rumah tangga si cowok spek malaikat dan cewek spek iblis. PART MASIH LENGKAP! TIDAK DI HAPUS SAMA SEKALI ❣️ Novel tersedia di seluruh Gramedi...
2.5M 247K 50
[READY EBOOK 📱] LINK PEMBELIAN EBOOK BISA DM/BUKA DI PROFIL AKU, TEPATNYA DI BERANDA PERCAKAPAN YA☺️ "Ngapain di sini? Jual diri ya." Luna memejamk...
23M 1.9M 91
[CHAPTER MASIH LENGKAP, EXTRA CHAPTER TERSEDIA DI KARYAKARSA] Sembari menunggu jadwal wisuda, Sabrina memutuskan menerima tawaran bekerja sementara d...