The Antagonist Witch Doesn't...

By Pelmen_Minmin

171K 23.3K 1.5K

[ Romance- Fantasy-medieval, Transmigrating ] [ Origins of Roosevelt ] [ 🔞 Mature Content ] [ Bonus bab ters... More

Bab 1: Awal
Bab 2: Lazuard Klyn Arsigus
Bab 3: Dunia novel
Bab 4: Menunggu
Bab 5: Siang
Bab 6: Berita
Bab 7: Pergi
Bab 8: Alam bawah sadar
Bab 9: Rosellyn Lucette Grimsbane
Bab 10: Pasar
Bab 11: Bicara
Bab 12: Kabar buruk
Bab 13: Kembali
Bab 14: Pemakaman
Bab 15: Surat Undangan
Bab 16: Debutante
Bab 17: Zeyglar Qian Morelli
Bab 18: Si gila itu Tiran
Bab 19: Serangan
Bab 20: Damballa?
Bab 21: Pemulihan
Bab 22: Rencananya
Bab 23: Ibu kota
Bab 24: Regina
Bab 25: Mengancam
Bab 26: Perpustakaan istana
Bab 27: Pesta yang kacau
Bab 28: Penyusup
Bab 29: Damballa
Bab 30: Persimpangan
Bab 31: Penyelamat
Bab 32: Pulang
Bab 33: Pulang (2)
Bab 34: Pertemuan
Bab 35: Pengakuan
Bab 36: Sumpah
Bab 37: Teman, atau saudara?
Bab 38: Zayeera Prish Morelli
Bab 39: Sudah diketahui
Bab 40: Teh dan racun
Bab 42: Sebuah kebebasan
Bab 43: Melarikan diri
Bab 44: Dunia di luar tembok
Bab 45: Pelarian
Bab 46: Duchy
Bab 47: Dikendalikan
Bab 48: Pelarian (2)
Bab 49: Yang terpendam
Bab 50: Akhir pelarian
Bab 51: Penjara
Bab 52: Hukuman
Bab 53: Ingin Membebaskanmu
Bab 54: Ending novel
Ingpo Author

Bab 41: Penahanan

1.8K 327 25
By Pelmen_Minmin

Publish: Rabu, 2 November 2022.

(Mulmed) Penjara sementara untuk Rosellyn.





***

Jubah hitam berkibar saat Zeyglar melompat turun dari kuda, mantap menapak tanah sebelum langkah pertama diambil cepat, berlari di sepanjang jalan menuju istana dari gerbang depan. Ekspresi mengeras di wajah itu membuat kesatria dan pelayan yang dilewati urung menyapa, hanya merundukkan tubuh memberi hormat meskipun tidak dibalas.

Jarak antara depan istana ke ruang takhta Kaisar terasa lebih jauh dari biasanya, padahal sudah ditempuh dengan berlari sekencang mungkin, seakan menyongsong musuh di garis depan perbatasan perang. Keringat tipis menghiasi pelipis, dan anak rambut bergoyang di sepanjang langkah, bahkan gemerincing kecil terdengar samar-samar dari setiap pin yang bergesekan dengan pakaian.

Setelah sekian meter berlari, akhirnya tiba di depan ruangan yang dituju, tanpa menunggu kesatria penjaga membukakan pintu, Zeyglar sudah lebih dulu mendorong benda itu agar terbuka memberi celah lebar, cahaya matahari menyorot masuk memberi bayangan memanjang di lantai saat melangkah masuk dengan pasti.

Puluhan pasang mata yang sebelumnya tampak serius menghadap Kaisar mendadak dibuat menoleh, niat menyapa diurungkan saat melihat wajah itu tidak bisa dikatakan ramah, jadi mereka hanya kompak merundukkan tubuh sebagai gestur memberi hormat meskipun diabaikan.

"Pangeran Pertama, ada apa dengan kedatanganmu kembali? Bukankah seharusnya di perbatasan Utara sekarang?" Permaisuri bertanya, terkejut oleh kedatangan tanpa kabar dari Zeyglar yang baru satu minggu lalu pergi.

Mereka heran dengan kedatangan Zeyglar yang jelas sekali terlihat tergesa-gesa, apalagi ekspresi wajah mengeras itu, membuat semua orang waspada tanpa sadar.

"Apa yang kamu lakukan, Zeyglar? Berhenti di sana, dan mundur!"

Keheranan Kaisar tidak berlangsung lama, sebab langkah lebar-lebar Zeyglar membawa hingga naik ke lantai singgasana, mengharuskan memberi perintah lantang.

"Astaga!"

"Yang Mulia-!"

"Ya Tuhan!"

Detik selanjutnya napas seluruh penghuni ruangan dibuat tertahan oleh bunyi desing pedang yang ditarik dari sarungnya, membuat suasana menjadi lebih tegang dan terhenyak di tempat tanpa berani bergerak seinci pun, hanya pekikan tertahan keluar dari beberapa mulut kanselir.

Puluhan pasang mata di ruangan itu terbuka lebar, pupil menyempit mendapati mata pedang Zeyglar berbenturan dengan milik Zephyr, ujung mata pedang mengarah ke depan leher orang nomor satu di kekaisaran, satu inci lagi menyentuh jakun Kaisar yang membeku.

"Apa yang kamu lakukan, Kak? Turunkan pedangmu," bisik Zephyr dengan geraman rendah menahan emosi.

Zeyglar tidak peduli, tetap menatap lurus pada Kaisar yang spontan bersiaga melindungi di depan Permaisuri.

Sorot mata bengis Zeyglar tertuju lurus, mulut yang terkatup rapat akhirnya terbuka. "Apa yang kalian lakukan pada Rosellyn?" tanyanya rendah.

"Hanya demi gadis Grimsbane itu kamu melakukan ini, apakah ini setimpal, Kak?" tanya Zephyr mencibir rendah.

Zeyglar masih tidak peduli, hanya melirik tajam sekilas dan menekan pedang lebih keras menimbulkan suara gesekan besi yang mengilukan pendengaran.

Tatapan dan mata pedang memiliki ketajaman yang sama dalam versi berbeda, mengirimkan sensasi dingin menusuk tengkuk, menggetarkan tubuh di bawah atmosfer mencekik. Seberapa keras pun sudah membangun martabat di depan para bangsawan dan rakyat, hal itu tidak akan berpengaruh jika berhadapan dengan pedang berlapis mana yang dikeluarkan dari sarung milik Zeyglar.

"Zeyglar, Nak, bisakah kamu turunkan pedangmu dulu? Kita bisa membicarakan perlahan, oke?" Permaisuri membujuk, melirik sekitar masih begitu banyak para petinggi istana.

Pandangan membebani dari Zeyglar berpindah pada wanita di samping Kaisar, sudut bibir ditarik naik membentuk seringai. "Tahukah sudah berapa kali bujukan itu Anda berikan untuk saya, Permaisuri? Dan itu tidak akan berguna untuk kali ini," ujarnya sinis, lalu kembali menatap Kaisar.

"Sekali lagi, Yang Mulia, apa yang sudah Anda lakukan pada Rosellyn?" Mengulang pertanyaan yang sama, Zeyglar semakin geram karena waktu terus terulur.

Seharusnya saat ini memang masih berada di perbatasan Utara, bersama para kesatria untuk menjaga perbatasan, tapi berita tentang Rosellyn yang ditahan pihak istana dengan tuduhan meracuni Regina beserta Putri Zayeera membuat Zeyglar kembali ke ibu kota, memacu kuda berlari gila-gilaan tanpa istirahat empat puluh delapan jam penuh.

"Demi putri Marquess itu kamu kembali dari perbatasan dan mengarahkan pedang pada ayahmu? Zeyglar, apa kegilaanmu selama ini tidak cukup memuaskan?" Kaisar akhirnya angkat suara bertanya dengan sorot mata menghina sangat kentara, meremehkan sikap yang ditunjukkan Zeyglar saat ini.

"Saya tidak datang untuk mendengar ejekan Anda, Yang Mulia," balas Zeyglar menggeram.

Maju selangkah dan sedikit menurunkan ujung pedang hingga berhasil sejajar dengan dada, tanpa sadar membuat kedutan tertekan muncul di dahi Zephyr yang sedang mencoba menahan sejak tadi tapi tidak begitu berguna.

"Di mana. Rosellyn. Sekarang?" lanjutnya lebih rendah penuh penekanan di setiap suku kata.

"Penjara."

Jawaban bukan datang dari mulut Kaisar, melainkan Permaisuri yang sudah tidak kuat melihat ancaman tidak main-main yang diarahkan Zeyglar, sedikit terkesiap saat tatapan sengit berpindah seakan ingin membakar setiap inci sel tubuh.

"Nona Grimsbane untuk sementara ditahan di penjara selama masa menyelidikan, hanya selama masa penyelidikan, tidak ada yang boleh menemuinya tanpa terkecuali," tambah Permaisuri memberanikan diri menjelaskan lebih panjang, menekankan di bagian kata yang penting.

Demi keselamatan nyawa semua orang di ruangan ini, dan keamanan jantung masing-masing, memberitahu keberadaan target pencarian Zeyglar adalah jalan terbaik.

"Penjara ..." Zeyglar mengulang pelan, genggaman pada gagang pedang semakin erat, aura berat menyelimuti hingga seakan menguapkan oksigen di sekitar.

Dalam hitungan detik pedang ditarik dari posisi mengancam, Zeyglar memilih berbalik untuk pergi setelah memberikan delikan penuh amarah terpendam pada pasangan di depan takhta. Pergi dengan langkah lebar meninggalkan Kaisar dan Permaisuri beserta seluruh jajaran menteri, menuju pintu yang terbuka sempurna.

Membiarkan orang-orang di sana segera bernapas lega setelah tercekik oleh suasana mencekam hanya karena satu orang dan sebilah pedang.

***

Dalam diam Rosellyn menatap jerami yang menjadi alas di penjara, duduk bersandar di tembok sambil memakan sebuah roti bertekstur keras dan berjamur yang baru saja diberikan oleh penjaga bersama secawan susu kedelai hampir basi. Memegang satu roti di dua tangan karena pergelangan disatukan oleh sihir putih belenggu pengunci mana, untuk menahan sihir diaktifkan.

Masih mengenakan gaun yang dipakai menghadiri pesta teh dua hari lalu, gigi itu mengunyah lambat dengan tatapan kosong. Tekstur keras dan rasa yang sudah berubah dari roti di dalam mulut tidak dihiraukan, karena yang terpenting harus mempertahankan kesadaran, tidak ingin pingsan kelaparan.

Helaan napas keluar dari celah bibir setelah menelan roti, Rosellyn tahu mengubah garis takdir tidak akan menjadi hal yang mudah, bahkan jika berhasil membuat melenceng dari plot dunia novel, nyatanya hal-hal tertentu masih berjalan sebagaimana mestinya. Yang seharusnya terjadi akan tetap terjadi, dan yang direncanakan hanya akan menjadi angan, memberitahu betapa pahitnya kenyataan.

Memang benar Rosellyn berhasil tidak mencintai Putra Mahkota, tidak membuat masalah dengan Mirelle, dan bergerak kebalikan dari Rosellyn asli. Namun, beberapa bagian penting novel tetap terjadi, seperti kematian Marquess dulu, perang, hubungan percintaan Putra Mahkota dengan Mirelle, dan hal-hal lainnya.

Justru, rasanya kemalangan Rosellyn jauh lebih banyak dibandingkan yang diceritakan novel, masalah dengan Damballa adalah salah satunya, seakan tanpa jalan keluar walaupun ada informasi dari Lazuard tempo minggu.

"Aku lelah," bisik Rosellyn kosong, lalu menghela napas lebih berat lagi.

Kepala yang sempat miring seperti orang depresi akhirnya diangkat, membuang sisa roti berjamur ke tanah dan menatap ke arah lubang ventilasi kecil di tembok atas. Memejamkan mata sambil menarik napas panjang, dan menghembuskan perlahan lewat mulut, mengulang hal itu beberapa kali untuk menekan sesak di dada.

Walaupun sudah tahu suatu hari nanti dunia ini akan mencapai konflik dari plot cerita, tetap saja Rosellyn merasa tidak menyangka masuk penjara dengan tuduhan meracuni lima orang sekaligus. Di novel Rosellyn masuk penjara karena ketahuan sudah melakukan kejahatan untuk Mirelle, dan akan bertahan selama berbulan-bulan sebelum dieksekusi.

Beberapa saat sempat diselimuti keheningan, kelopak mata tertutup itu terbuka kembali, mengepalkan tangan meremas rok gaun. Masih belum diputuskan akan berapa lama di penjara saat ini, Rosellyn juga tidak akan menerima begitu saja jika ditetapkan sebagai tersangka dan akan dihukum mati.

"Bertahanlah sedikit lagi, Rossie," monolog Rosellyn menyemangati diri sendiri.

Perhatian teralihkan oleh suara samar-samar pintu masuk penjara dibuka, tatapan bergulir memperhatikan lorong temaram yang menjadi satu-satunya akses keluar masuk mengecek tahanan di sel.

Suara langkah kaki cepat mendekat membuat Rosellyn menegakkan posisi duduk, harap-harap cemas menunggu siapa yang datang. Pergantian detik terasa begitu lama, hingga akhirnya sosok tinggi tegap yang familier muncul dengan hazel bergerak liar mencari sebelum menemukan Rosellyn di satu sel sendirian.

"Rosellyn-!"

"Jangan menyentuhnya, Yang Mulia!"

Gerakan tangan Zeyglar yang ingin menyentuh besi penjara dihentikan Rosellyn tepat waktu, bersamaan dengan pemanggilan nama lugas.

"Ada sihir petir di sana," ujar Rosellyn memberitahu lebih lanjut saat mendapat tatapan bertanya.

Zeyglar mengatup bibir rapat begitu mengetahui bahkan keamanan untuk Rosellyn melebihi penjahat sebenarnya, gigi bergemeletuk geram dengan rahang mengeras. Memandang lama sosok di balik jeruji yang tidak jauh berbeda dari ingatan terakhir kali, kecuali sorot mata sekarang menjadi sedikit lebih sayu.

"Bagaimana ini bisa terjadi?" tanya Zeyglar setelah diam meredam gemuruh amarah di hati.

Bangkit berdiri, pelan-pelan Rosellyn melangkah maju mendekat, hingga belenggu sihir di pergelangan tangan bisa dilihat Zeyglar, yang sebelumnya tidak disadari. Untuk sesaat tidak ada jawaban selain saling tatap dalam diam, perhatian Rosellyn tertuju pada keping-keping kecil putih di rambut pirang itu, dan yang sudah meleleh di bagian pundak.

Ah, salju ...

Apa ini hari pertama salju turun?

Atau kemarin?

Pantas saja udara dan tanah yang dipijak semakin dingin dari kemarin-kemarin.

"Rosellyn-!" Zeyglar mendesak saat tidak kunjung ada jawaban, gadis di sel itu malah terlihat melamun.

"Saya ditahan karena kesalahpahaman, penghalang penjara dilapisi sihir dan belenggu agar saya tidak kabur. Karena jika hanya ditahan di penjara biasa, mereka mungkin berpikir saya bisa kabur dengan sihir sendiri," terang Rosellyn akhirnya buka suara.

"Ada yang memasukkan racun pada teh para Regina dan Tuan Putri, kecuali milik saya, jadi Kaisar dan semua orang berpikir saya adalah pelakunya. Tidak ada yang percaya saat saya menyangkal, karena tanaman racun itu hanya tumbuh di selatan kekaisaran, tempat kastel Grimsbane berada." Rosellyn melanjutkan panjang-lebar, sorot mata setengah linglung menatap Zeyglar yang mendengarkan lekat-lekat.

"Tanaman yang dijadikan racun itu memang hanya tumbuh di selatan kekaisaran, lebih tepatnya di jurang di selatan, tapi saya bahkan tidak tahu cara mengolah racun. Yang Mulia Kaisar tidak mempercayai jawaban saya, dan memerintahkan untuk menahan saya sementara penyelidikan dilakukan lebih jauh." Rosellyn menjelaskan semakin lirih, meski tidak ada aliran air mata, tapi bagian putih di mata itu sudah memerah.

Rahang Zeyglar mengeras, kepalan tangan di sisi tubuh mengerat dari sebelumnya, lebih geram setelah mendengarkan penjelasan.

Siapa pun pelaku sebenarnya, pasti terlalu bodoh, bagaimana mungkin melakukan taktik mencolok seperti itu. Sayangnya tidak ada bukti untuk menyangkal, jadi Rosellyn satu-satunya yang tertuduh tanpa bisa mengelak.

"Jika sampai satu bulan pelaku sebenarnya tidak tertangkap, saya mungkin benar-benar akan dieksekusi dengan hukuman mati," tambah Rosellyn hampir seperti bisikan dengan tatapan jatuh pada lantai penjara.

"Itu tidak akan terjadi," ujar Zeyglar cukup cepat dan yakin. "Rosellyn, dengarkan aku, tidak akan ada yang bisa menyakitimu. Aku akan membuatmu keluar dari sini, aku akan membebaskanmu, mengerti? Tenang saja, aku akan membereskan ini semua," lanjutnya kemudian penuh tekad.

Rosellyn sempat diam sebentar sebelum merespons dengan anggukan mengerti dan menelan kata-kata itu bulat-bulat.

"Bagus." Zeyglar mengulas senyum puas menenangkan. "Bisakah kamu mundur sedikit?" pintanya dengan tangan menarik keluar lagi pedang yang baru dimasukkan.

Rosellyn mundur beberapa langkah dengan tatapan heran. "Yang Mulia? Apa yang ingin Anda lakukan?" tanyanya.

Zeyglar tidak mengatakan apa pun, perlahan mengalirkan mana ke bilah pedang hingga diselimuti cahaya keemasan, mundur satu langkah untuk memasang postur bersiap. Selanjutnya, pedang dilayangkan membelah bagian tabir pelindung penjara, dua kali tebasan sayangnya tidak menimbulkan kerusakan seinci pun pada sihir yang terpasang.

"Itu tidak akan berhasil, Yang Mulia, Kaisar mengerahkan penyihir tingkat tinggi kekaisaran untuk membuat pelindung anti sihir serangan," terang Rosellyn sambil kembali melangkah maju mendekati jeruji besi.

Sesaat Zeyglar tampak diam kehilangan kata-kata, sebelum bergerak maju ikut mendekat, tatapan di mata hazel itu gelisah tidak seperti biasa yang selalu malas dan datar.

"Jangan ..." Zeyglar menelan ludah alot, agak canggung mengucapkan kalimat menenangkan lagi setelah sekian banyak kalimat lain. "Jangan khawatir, percayalah, aku akan menemukan pelaku sebenarnya. Kamu tidak akan selamanya di sini, aku berjanji-"

"Yang Mulia," panggil Rosellyn pelan, memotong janji Zeyglar yang ingin diutarakan.

Jarak hanya terpisah sekian senti di antara besi penjara, tidak bisa lebih dekat dari itu karena sihir penghalang akan menyetrum jika disentuh.

"Saya percaya pada Anda."

Dan saya harap Anda juga bisa terus mempercayai saya sampai beberapa waktu ke depan.

Rosellyn berujar pelan, dan melanjutkan dalam hati yang tidak bisa didengar Zeyglar. Setelah lama wajah sendu akhirnya mengeluarkan seulas senyum samar.

Zeyglar mengangguk, lalu setengah berbisik meyakinkan, "kamu akan dibebaskan."

Mundur dua langkah, Zeyglar mengepalkan tangan erat. "Aku akan pergi sekarang, kamu hanya perlu bertahan sebentar saja di sini, oke?" katanya seperti memberikan bujukan.

Diam sejenak, lalu mengangguk mengiyakan. Manik emas memperhatikan saat Zeyglar akhirnya berbalik pergi dengan cepat, meninggalkan bunyi langkah kaki menyisakan satu-satunya tahanan di sel itu.

Seiring sosok Zeyglar menghilang, senyum di bibir Rosellyn meredup dan kelopak mata menurun semakin sayu, sorot mata berangsur kosong menatap kegelapan di batas antar sel, tapi tak lama menunduk dengan menghela napas panjang.

"Anda sangat tulus, tapi saya tidak membutuhkan orang lain untuk menjadi pena takdir saya di dunia ini, Yang Mulia," ujar Rosellyn lirih, kepala kembali diangkat dan berbalik ke tempat duduk semula.

***

"Salam untuk Yang Mulia Pangeran Zephyr."

Gerakan tangan Zephyr yang sedang menulis di kertas putih terhenti, kuas di genggaman diletakkan saat rasa sakit kepala tiba-tiba menyerang, diiringi dengan sekilas ingatan seorang gadis kecil memberi salam. Kerutan muncul di dahi di tengah menahan desisan nyeri, memejamkan mata berusaha memperjelas kilasan yang sangat samar itu.

Namun, bayangan bergelombang yang hadir dalam benak tidak begitu jelas, malah menjadi tumpang tindih dengan visualisasi wajah Mirelle tersenyum manis. Susunan ingatan di kepala Zephyr mendadak seperti diacak-acak, terasa sedikit tidak sesuai dengan yang seharusnya, tapi tidak tahu di bagian mana kesalahan itu.

Bagaimana pun mencoba menggali ingatan, tidak ada wajah lain yang diingat selain Mirelle di semua kejadian pertemuan. Selama ini gadis yang dicintai sejak pertemuan pertama adalah nona muda keluarga Vixen itu, karena tidak ada gadis lain yang bisa dekat dengannya.

"Itu ... Mirelle," gumam Zephyr dengan kernyitan dalam di kening. "Tapi seperti bukan Mirelle," lanjutnya lebih bingung.

***


Ingat kata Putri Zayeera, Rosellyn itu kayak buku misterius yg terbuka, mudah dibaca tapi sulit dipahami.
Kita tau yg dia rasakan dan yg terjadi, tapi kita sulit buat ngerti rencana yg dia susun 😳💦
Tapi kita tebak² aja, siapa tau ada kejutan lain 💅

Continue Reading

You'll Also Like

387K 34.1K 68
[Rated R19+] Mohon kebijaksanaannya saat membaca novel ini. Sekedar untuk hiburan. Irania Mischa, seorang gadis berusia 25 tahun. Mati akibat bun*h...
3.8M 369K 96
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya. ************************************************* Labelina. Atau, sebut dia Lala...
540K 90.6K 39
🌸3. Reincarnation Series Karina Lunarie Winston memiliki banyak penyesalan di kehidupannya. Andai saja dia tak mencintai Raja, dan buta akan perasaa...
489K 1.4K 1
Rosémarie, gadis remaja yang sebentar lagi berusia dua puluh tahun itu mengalami kematian yang tragis. Hanya karena dirinya ingin mempertahankan kisa...