iii. Nefelibata - UN1TY

By Kacangtega

3.8K 630 512

Dunianya gelap, tidak ada cerah sama sekali dalam dunianya. Bagaikan berada dalam mimpi, yang akan selalu me... More

Prolog
1. Harap-harap Aiden
2. Rumah pohon
3. Aiden & Bandung
4. Nostalgia Zean
5. Kilas balik ultah Aiden
6. Seqoia Cafe
7. Azriel & Piano
8. Jumpa Sekala
9. Harap yang patah
10. Un morceau de mémoire
11. Déjà vu?
12. Papa, maaf
13. Deeptalk
14. Duka lara Azriel
15. Temu Kangen
17. Rahasia, dan Kemalangan
18. Cinta Pertama
19. Runtuh

16. Ze, are you okay?

142 26 27
By Kacangtega

Play, Sorai - Nadin Amizah.

Kembali ke rutinitas seperti biasa, Zean kembali ke aktivitas biasanya, bersekolah seperti biasa. Kadang Zean merasa iri saat melihat teman teman sebayanya bermain bersma dengan anak anak lainnya, sedangkan ia? Hanya menyimak, memandang, dan berharap ia akan seperti mereka lagi nantinya. "Gue kapan sih kayak mereka lagi? Gue kangen sama mereka," gumamnya miris.

"Mereka baik-baik aja nggak ya? Apa mereka udah ngumpul kayak biasa? Mereka udah seneng seneng lagi? Tanpa gue?"

"Mereka lupain gue sama Bang Galer, kah?"

"Mereka tau nggak sih kalau di sini gue sama Bang Galer kangen banget sama mereka? Sekangen itu gue."

"Nggak adanya mereka di sini itu bikin banyak perubahan sama gue, hidup gue rasanya jadi hampa. Nggak ada  yang bisa hibur gue lagi, biasanya kalau gue lagi sedih gini mereka dengan tanpa ada basa-basinya dateng terus beraksi konyol, yang bikin gue ketawa," ujarnya sembari tersenyum tipis.

"Rumah gue kayaknya emang kokoh, tapi nggak sama dalemnya, udah hampir rusak. Beda lagi sama rumah ke dua gue itu, kayaknya emang udah bener bener rubuh. Perbaiki pun gue nggak yakin kalau rumahnya bakalan tetep kokoh."

"Ngapain lo melamun di situ? Ngelamunin kenapa lo nggak punya bapak, ya?" celetuknya dari sebrang sana.

Zean menghembuskan napas, ini masih pagi kenapa anak itu malah mengusiknya sih? Sekuker itu kah ia? Tidak ada kerjaan lain apa? Selain mengusiknya?

"Ck-ck malah diem kayak gitu,"

"Mau lo apa sih?" Tanya Zean, menatap bingung lawan bicaranya.

"Gue? Nggak ada mau apa apa, sih. Gue cuma kasian aja sama sepupu gue ini, kasian banget sih nggak punya bapak," katanya seraya megejek.

"Cup cup nggak usah meratapi nasib kayak gitu, kan bokap gue ada. Siapa tau lo mau juga dapet kasih sayang dari bokap gue?" ujarnya sembari tersenyum. "Gue bersedia lho Ze, berbagi kasih sayang sama lo."

Sepupuya itu meragkul Zean, "Ya, anggap aja gue adik tiri lo. Secara adik tiri lo itu jauh, kan?"

Oh shit! Kenapa sih sepupunya itu? Lagipula, dari mana sepupunya itu tau? 

"Nggak usah bingung gue tau ini darimana. Nyokap lo kan akrab banget sama nyokap gue, ya alhasil? Nyokap lo cerita sama nyokap gue, di hadapan gue."

"Lo nggak usah ikut campur!" tegas Zean sembari menatap sepupunya itu nyalang.

Sepupunya itu menatap Zean menukik, "Bukannya seharusnya kalau kita sepupu itu saling bantu? Gue kan cuma mau lo kayak orang-orang, bisa ngerasin kasih sayang dari bokapnya."

"Gue nggak perlu itu!"

"Oh ya? Jangan bohong sama gue Ze, gue tau banget dalam lubuk hati lo yang paling dalam lo mau banget kan dapet kasih sayang dari bokap lo?"

Zean segera melepas rangkulan sepupunya itu, menatapnya semakin nyalang. "Lo nggak usah sok tau!"

"Wih, santai dong. Kan niat gue baik Ze," ujarnya heran.

"Kail, stop. Lo nggak perlu kut campur di urusan ini. Lo nggak cape apa ngusik gue mulu?" Zean menatap jengah sepupunya itu—KAILANDRA AMORFATI

"Yaudah sih, terserah lo. Gue kan cuma ngasi saran. Siapa tau bisa lo pake kan?" katanya. "Tapi kayaknya nggak kepake ya saran dari gue?"

Setelah itu Kail tersenyum, tangannya menepuk-nepuk pundak Zean, "Bilangin sama nyokap lo, jangan mau-maunya jadi yang ke dua. Nggak dipeduliin gini kan?" bisiknya. Membuat Zean mengepal, rasanya Zean ingin menonjok Kail sekarang juga.

"Kalau lo butuh apa-apa hubungi gue, atau lo dateng ke rumah gue. Pintu rumah gue kebuka lebar buat lo, Ze." 

Zean menghela napas lega, setelah melihat Kail pergi. Kenapa rasanya hari ini berat banget, sih?

Di sebrang sana Kail tersenyum, tangannya mengetikan suatu pesan di ponselnya.

You
Gue punya kerjaan buat lo.

Wih apa tuh?

You
Gue pengen lo habisi Zean, bikin dia babak belur, dan sebarin berita kalau dia anak dari hasil selingkuh.

Tapi?

You
Ck, nggak ada tapi-tapi. Lo mau duit nggak?

Mau lah! Oke, gue bakalan lakuin perintah lo.

Kail tersenyum penuh kemenangan setelahnya. "Permainan bakalan di mulai, Ze. Selamat menderita," katanya.

***

Kaki-kaki jenjangnya berjalan menuju perpustakaan, tujuannya ke sana untuk menghilangkan suntuknya. Siapa tahu dengan itu emosiya sedikit mereda. Meladeni Kail sangat menguras banyak tenaga.

Saat menginjakan kakinya di sana, banyak pasng mata yang menatapnya tidak suka. Ada apa ini? Kenapa tatapan mereka begitu nyalang? Menatapnya jijik?

"Oh jadi itu anak pelacur? Pantesan nggak pernah keliatan ada bokapnya ke sekolah,"

"Ya pantes lah orang anak pelacur, nggak akan mungkin dapet perhatian selayaknya nak kandung."

"Gue nggak nyangka deh, ternyata ketua eskul ekstensi itu anak dari pelacur,"

"Untung aja waktu ada reorganisasi OSIS dia nggak nyalonin, kalau nyaloni sih ngggak kebayang gimana kacaunya OSIS kalau diurus sama dia,"

"Gue yakin bapaknya malu pasti, makanya nggak pernah ke sini buat jadi walinya dia,"

"Harusnya dia mati aja nggak sih? biar nggak bikin malu bapaknya,"

Cibiran-cibiran pedas itu memasuki telinganya, oh god! Siapa yang berani-beraninya menyebarkan berita buruk tentangnya? 

"Jangan pikir, gue di sini nggak denger cibiran-cibiran lo semua, gue denger!"

"Oh? Bagus dong, lo kan emang anak pelacur? Mau ngelak kalau ini berita hoax?"

"Sepupu lo sendiri, Kail, yang bilang kalau lo anak hasil perbuatan semalam. Anak haram!" Shit! Ternyata Kail? Semua ini ulah Kail? Ya Tuhan, kenapa Kail selalu ikut campur sih?

"Anak haram kayak lo harusnya mati aja nggak sih?" katanya menatap jijik ke arah Zean.

Cih, memangnya dia siapa? Zean menukik, menatapnya tajam. "Kalau yang di atas ngasih gue hidup, lo mau apa?" 

"Berani lo?"

"Buat apa gue takut sama lo? Kita sama-sama makan nasi, kan?" ujar Zean menantang.

"Sialan, awas lo ya!" katanya kesal.

Zean hanya terdiam. Oh shit, melawan mereka nyatanya membutuhkan tenaga ya? Rasanya tenaganya sudah habis.

***

Zean merebahkan tubuhnya, hari ini sungguh sangat melelahkan. Energinya sudah habis begitu saja rasanya, badannya sangat lemas sekarang.

Untuk sekedar bicarapun rasanya Zean sudah tidak sanggup. Energinya terkuras habis utuk melawan cibiran tiada guna siswa-siswi SMA Galaksi. 

Matanya perlahan mulai memejam, tapi niatnya untuk beristirahat itu terganggu karena ulah sang Abang--Galer. Terdengar suara ketukan pintu yang lumayan keras karna Abangnya itu.

Zean berdecak kecil, lalu mulai bangkit, membukakan pintunya  untuk sang Abang. Alisnya mengernyit saat melihat sang Abang berkacak pinggang, menatapnya tajam.

"Apa sih, Bang? Zean ngantuk tau, ganggu ah!"

"Ngantuk-ngantuk, kenapa tuh sepatu ama tas lo berserakan di depan hah? Lo mau bikin Mama marah-marah apa?"

"Ya maaf, nanti Zean beresin deh, sekarang Zean lagi ngantuk banget, capek." 

Galer menahannya, "Enak aja main masuk gitu aja, rapihin dulu lah."

Zean berbalik, menatap nyalang sang Abang. ''Apa sih? Zean ngantuk Abang!!" rengeknya.

"Oke-oke, lo boleh tidur. Tapi gue mau nanya dulu sama lo," Galer berujar sembari mengekori Zean yang memasuki kamar, ia duduk di tepi ranjang Zean.

Zean berdecak. "Nanya apa, sih?"

"Ze, are you okay?  Kalau ada apa-apa cerita sama Abang, Dek,"

Zean segera menggeleng. "Adek nggak papa, Abang nggak usah khawatir."

"Jangan kira Abang nggak peka, lo kalau udah berantakan gini pasti ada apa-apanya, cerita deh sama gue, Dek," ujar Galer sembari merapihkan barang-barang yang berserakan di lantai.

"Nggak, gue gapapa,"

"Gue nggak percaya. Ayo cerita," 

"Ck sama Adek sendiri nggak percaya nih?"

"Abang cuma takut lo boong lagi, kayak waktu itu lo nyembunyiin kalau lo punya penyakit magh akut," Raut wajah Zean seketika berubah saat Galer mengucapkan itu. Rupanya, perbuatannya kala itu masih Galer ingat, ya?

"Zean cuma capek aja Bang, serius," katanya sembari mengacungkan dua jarinya membentuk huruf V. 

"Beneran?"

"IYAAA, ABANGGG!" ujarnya berusaha meyakinkan sang Abang.

"Oke, gue percaya sama lo kali ini." final Galer.

"Berarti sekarang giliran Zean yang nanya sama Abang," Galer mengernyit, mau bertanya apa Adiknya itu?

"Bang, Papa itu ke mana, sih?" Tanya Zean, kini Galer menatap ke arahnya, bingung untuk menjawab.

Bukan menjawab, tapi Galer malah terdiam, ia menunduk, menatap lantai. Sungguh pertanyaan yang sulit untuk dijawab oleh Galer.

"Mama sakit, tapi Papa nggak pernah jenguk. Papa itu kenapa sih, Bang?" tanya Zean lagi. Sudah lama sebenarnya ia bingung akan hal ini, superheronya itu ke mana?

Merasa tidak ada jawaban dari Galer, Zean menatap sang Abang. Menautkan alisnya, netranya melirik ke arah jendela. "Udah berapa lama Papa nggak pulang?"

Zean menghembuskan napas, "Selama kita di sini, Papa nggak pernah ke sini, Bang. Padahal kan, Mama butuh Papa. Tapi Papa sama sekali nggak ada di sini." tambahnya sedih.

Galer tetap diam, ia bingung harus menjawab seperti apa.

"Bang, lo nggak lagi nyembunyiin sesuatu, kan?" tanyanya, menatap lamat-lamat sang Abang.

"Ya kali,"

"Terus? Kenapa kalau gue tanya soal Papa lo pasti nggak bisa jawab?" ujarnya dengan nada tidak percaya. Pasalnya, ini bukan sekali dua kali Galer tidak bisa menjawab pertanyaannya, terutama jika menyangkut tentang sang Papa, entah kenapa rasanya Zean yakin kalau abangnya itu sedang menyembunyikan sesuatu.

Galer menggeleng. Ia saja tidak tahu. "Nggak tau, Yan. Gue juga bingung,"

"Abang serius nggak lagi bohongin Zean, kan?"

Galer mengangguk cepat. "Nggak lah. Yakali gue bohongin elo? Udah ah, ini udah malem anak kecil nggak boleh tidur malem-malem. Tidur sana!"

"Gue bukan anak kecil!"

"Lo anak kecil, Yan."

"Bukan!"

"Anak kecil itu emang lagi lucu-lucunya, jadi ayo tidur. Udah malem. Besok lo sekolah inget. Gue ke kamar ya." Zean mengangguk.

"Selamat tidur, Dek!" teriak Galer sebelum benar-benar pergi dari kamar sang adik.

Setelah menutup pintu kamar sang adik dengan rapat, Galer menghela napas. "Maafin Abang, Dek."

Ia merogoh kantung saku celananya, membuka hpnya dan mengetikan chat di sana.

Superhero sedikit gadungan.

Today, 23.27 PM.

You

Papa kapan pulang? Masih betah di sana, ya?

You
Mama sakit, Pa.
Mama butuh Papa.
Pulang sebentar aja bisa nggak?

You
Zean terus nanyain Papa.
Nggak kasian sama Zean, Pa? Papa nggak mau nemuin Zean?

You

Galer tau mereka penting buat Papa, penting banget ya kayaknya? Lebih dari kita-kita di sini. Tapi Galer cuma minta satu hal, sebentar ajaaa, semalem doang juga nggak papa, kok.Papa pulang ke sini, ya?

You
Seenggaknya, Papa liat kondisi Mama. Liat Zean.

You
Galer harap Papa mau pulang ke sini. Have fun di sana, Pa!
Jangan khawatir sama Mama, juga Zean, ada Galer yang jagain.

You
Galer kangen Papa.
Love u

Ia terkekeh, pesan macam apa itu tadi? Memohon? Oh tidak, harusnya ia tidak lakukan ini.

"Ck sialan, ini gara-gara Zean dari tadi nanyain Papa kapan balik, gue jadi mohon-mohon gini," ujarnya merutuki diri.

"Tapi biarlah. Gimanapun juga, Papa emang harus balik. Istrinya sakit kok nggak dijengukin? Minimal nanya kabar lah, ini? Sama sekali nggak. Ck, brengsek emang."

"Anjing, gue ngehujat Papa sendiri. Dasar mulut!" ujarnya sembari menepuk mulutnya karna telah mengucapkan kata-kata perhujatan untuk sang Papa.

💭

hi haiii, aku udah up lagi yaaa!

hayoo coba tebak bapaknya Zean ke mn?

aku tau kalian pinter, jd pasti bisa nebaknya. Di chap minggu depan, aku kasih cluenya.

selamat menebak and happy weekend!

Continue Reading

You'll Also Like

957K 4K 24
21+ Demi membayar biaya perawatan kekasihnya yang sedang Koma akibat kecelakaan, Bianca terjebak menjadi Maid di Rumah mewah milik keluarga Richard A...
624K 683 39
warning! Cerita khusus 21+ bocil dilarang mendekat!! Akun kedua dari vpussyy Sekumpulan tentang one shoot yang langsung tamat! Gak suka skip! Jangan...
202K 17.6K 49
Jika dirinya Bintang, Dia adalah Bulan. Jika dirinya Kakak, Dia adalah Adik. Lantas, kenapa sosok adiknya sangat berkuasa? ** Tara, begitulah orang m...
1M 75.3K 56
"Seru juga. Udah selesai dramanya, sayang?" "You look so scared, baby. What's going on?" "Hai, Lui. Finally, we meet, yeah." "Calm down, L. Mereka cu...