Panggil Aku Ibu!!

By park_avocadoo

20.4K 2.6K 142

"Kim Chaeyoung, apakah kamu akan mati jika memanggilku ibu sekali saja? Ingat, akulah yang membesarkanmu dari... More

Prolog
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

1

1.7K 164 8
By park_avocadoo

..

Jennie dengan senang hati membawa nampan makanan untuk putrinya yang berharga.

Chaeyoung saat ini sedang duduk di sofa dengan santainya memegang ponsel, bermain game. Namun setelah bayi itu melihat Jennie datang dia segera menghela nafas dan wajahnya menjadi bosan.

"Sayang putriku yang berharga, waktunya makan."

Jennie dengan riang meletakkan nampan makanan itu di atas meja, kemudian duduk di sebelah Chaeyoung dan mulai membelai rambut putrinya dengan penuh kasih sayang.

"Aku sedang sibuk, aku akan makan nanti." Bayi itu menjawab dengan dingin, matanya masih terpaku pada permainannya.

"Kalau begitu bisakah aku yang memberimu makan?"

Jennie tetap membuktikan bahwa dirinya adalah seorang ibu yang sangat mencintai putrinya dengan sepenuh hati.

Dia adalah tipe seorang Ibu yang akan melakukan apa saja untuk putrinya yang walaupun bayinya memiliki temperamen yang buruk itu.

Tentu saja karena dia adalah seorang ibu yang baik jadi dia harus mengabdikan dirinya untuk anak-anaknya. Tapi alasan besar mengapa dia melakukan itu adalah dia ingin memenangkan hati putrinya, agar hati putrinya tergerak untuk memanggilnya Ibu.

Hanya dengan membayangkannya saja itu cukup membuat hati Jennie merasa bahagia.

Yah, mimpinya mungkin terlalu besar sehingga belum bisa menjadi kenyataan.



"Tidak perlu!" Chaeyoung menjawab dengan tegas.

"Bagaimana bisa kamu menjawab Ibumu dengan sedingin itu Kim Chaeyoung?" Jennie mulai marah.

Dia tidak habis pikir mengapa anak yang ada di hadapannya itu terlalu lancang seperti itu?

Jennie bahkan sudah melakukan begitu banyak hal demi dirinya, namun sikapnya masih saja seperti dia sangat membencinya.

Apa anak itu lupa bahwa dia adalah seorang Ibu, dia yang membawanya pulang, dia yang membesarkannya, dan dia yang mengajarinya.

Sebagai seorang anak, bagaimana dia bisa berperilaku begitu kurang ajar seperti itu pada ibunya?




"Nama belakangku Park."

Ekspresi Chaeyoung masih sangat dingin hingga membuat Jennie semakin naik pitam.

"Tapi aku yang membawamu pulang. Aku yang membesarkanmu, dan mengubahmu menjadi Kim. Kamu adalah putriku, itu tidak bisa disangkal!'" Teriak Jennie marah.

"Kamu masih kecil! Tidak mungkin aku menerima seorang anak-anak sepertimu sebagai ibuku. Itu tidak masuk akal."

Chaeyoung dengan tenang menjawab dan bangkit untuk pergi, tidak peduli seberapa marahnya Jennie saat itu.

Setelah anak itu berjalan beberapa langkah darinya, mata Jennie memerah semakin marah, lalu dia berteriak :

"Panggil aku Ibu sekarang, Chaeyoung!!!"

Chaeyoung mengerucutkan bibirnya lalu tersenyum, dia sama keras kepalanya dengan gadis yanng lebih tua, gadis kecil itu perlahan menjawab "Tidak. akan. pernah!"

Satu kalimat saja sudah cukup untuk membuat Jennie murka, dia mendengar darah di tubuhnya mendidih.





'Lagi pula, aku tidak ingin membesarkan anak yang keras kepala ini lagi. Aku akan pergi ke panti asuhan dan menemukan anak lain yang seratus kali lebih patuh daripada Chaeyoung untuk dibesarkan'




Dengan pemikiran itu, Jennie meraih pergelangan tangan anak itu, dan menyeretnya keluar lalu membanting pintu.

"Jika kamu tidak mau memanggilku Ibu maka jangan pernah pulang!"

Itu adalah kata-kata terakhir yang Chaeyoung dengar sebelum pintu tertutup.

"Apa dia meninggalkanku?"

Park Chaeyoung dengan marah menendang pintu dengan keras.

"Baiklah, aku juga bahkan tidak ingin bersama orang aneh sepertimu"

Setelah mengatakan itu, Chaeyoung pergi dari rumah tanpa merendah untuk memohon pada gadis di dalam rumah.

..

Malam itu sangat dingin, angin yang bertiup dari jendela membuat Jennie menggigil. Dia bangkit dan pergi untuk menutupnya. Saat ini hujan begitu deras. Jennie melihat jam, dan itu sudah menunjukan pukul 10 malam.

"Bagaimana keadaan anak keras kepala itu sekarang? Ini hujan deras, apa bayi itu bisa menemukan tempat berteduh?"

Jennie mulai Khawatir.

"Tunggu, kenapa aku harus mengkhawatirkan anak yang keras kepala itu, dia bahkan tidak pernah menganggapku sebagai Ibunya! Bagaimanapun, aku tidak akan khawatir lagi!"

"Oh iya ada ujian besok, lebih baik aku belajar."

Jennie pergi ke meja belajarnya dan membuka buku pelajarannya, tetapi dia hanya melihatnya sebentar lalu kemudian kembali memikirkan Chaeyoung.

"Tapi ngomong-ngomong, aku sudah membesarkan Chaeyoung sedari kecil, aku tidak bisa mengatakan bahwa aku akan menyerah sekarang, bukan?"

Jennie menumpuk buku-bukunya lagi dan berdiri, dia ingin menemukan putrinya yang berharga tetapi kemudian berhenti sebelum berpikir lagi.

"Tapi Chaeyoung tidak mau memanggilku Ibu, kenapa aku harus membesarkan anak yang keras kepala seperti itu."

Dia menekan emosinya dan duduk kembali di kursinya. Kali ini dia bertekad untuk memperhatikan pelajaran di buku nya.










"Kim Chaeyoung, kamu masih berusia 7 tahun, tapi apa yang kamu lakukan sekarang? Berkelahi? Apa kamu ingin Ibu memukulmu, hah?"




Jennie tiba-tiba teringat ketika Chaeyoung masih berusia 7 tahun, sore hari itu dia dan ibunya mengambil Chaeyoung di sekolah, mereka mendapat kabar dari gurunya bahwa hari itu bayinya berkelahi di sekolah dengan seorang teman.






Jadi sesampainya di rumah, Kim Jennie memarahi Chaeyoung.

"Itu salah mereka! Siapa suruh mereka bicara buruk tentangmu? Itu sepadan!" Kata Chaeyoung membalas

"Meski begitu, tetap saja tidak boleh berkelahi !"

Dalam hati Jennie sebenarnya dia merasa sangat terharu dan bangga melihat putrinya bisa membelanya seperti itu. Dia sangat manis, dia berkelahi karena seseorang berbicara buruk tentangnya. Bahkan jika tindakan anak itu buruk, semuanya bisa dimaafkan.

..










"Ya aku harus mencarinya."

Jennie benar-benar tidak bisa meninggalkan Chaeyoung, pikirannya hanya bisa memikirkan gadis kecil itu.

'Siapa yang tidak akan mengakuinya sebagai ibu jika dia adalah seorang ibu sangat penuh kasih sayang bukan?
Ya benar, Chaeyoung memang masih kecil dan dia sedikit keras kepala mungkin dia akan mengerti lebih banyak ketika dia sudah dewasa.'

Memikirkan hal itu, Jennie segera bangkit dan meninggalkan ruangannya, dia bertekad untuk menemukan putrinya kembali.

Kim Jennie adalah Ibu yang hebat, tentu saja dia bisa mentolerir kesalahan putrinya yang belum dewasa.





"Bayi sayang, di mana kamu?"





Jennie pergi ke semua tempat di dekat rumahnya, setiap sudut besar sudut kecil, dia sudah menjelajah seluruh tempat tetapi dia masih tidak dapat menemukan putri kesayangannya.

Dia sangat sedih, dia menyesal dan takut, bangaimana jika putri kesayangnya benar-benar pergi, dia pasti akan membenci dirinya sendiri.

Putrinya yang berharga, hatinya, jiwanya, di mana bayinya, kembalilah dengan cepat, seorang ibu seperti dia akan menangis.

Di luar masih hujan. Jennie kembali ke rumah lagi dengan harapan Chaeyoung sudah kembali.

Saat pergi ke pintu depan dia menemukan bayangan aneh di atap. Dia mencoba melihat lebih baik dan kemudian panik ketika dia menyadari bahwa itu adalah putrinya yang berharga.

"Kim Chaeyoung, apa yang kamu lakukan di atas sana? Itu bahaya, cepat turun ke sini sekarang!"

Dia berteriak khawatir.

Park Chaeyoung mendengar suara khawatir Jennie, itu membuatnya sedikit senang mengetahui bahwa Jennie masih berperasaan untuk mengejarnya.

Saat itu Chaeyoung tidak menjawab, dia masih duduk santai di atap rumah sambil menggunakan ponselnya untuk bermain game.


"Beraninya kamu meninggalkanku." Gumam Chaeyoung sedih



"Chaeyoung-a, apa kamu mendengarku?"



Kim Jennie mulai gelisah saat melihat guntur dan kilat yang terus menerus menghiasi langit.

Bagaimana jika itu secara tidak sengaja melukai putrinya yang berharga? Dia mungkin akan sedih sampai mati.

"Hey kamu, datang ke sini dan bantu aku mendapatkannya!"

Jennie berteriak dan memanggil pengurus rumah untuk membantunya naik ke atap. Meskipun situasinya sangat berbahaya, tapi orang-orang itu tidak bisa melawan kehendak Nona muda mereka.

Sebelum orangtuanya pergi, mereka selalu memperingatkan bahwa apa pun yang diinginkan Jennie adalah perintah.

Dia akhirnya bisa naik ke atap, dia merangkak ke tempat putrinya yang berharga itu. Jennie sedikit patah hati saat melihat penampilan kesepian dari Chaeyoungnya saat itu. Di usianya yang begitu muda, dia sudah mendapatkan citra yang begitu menyakitkan.

Bayi itu menyadari kehadirannya, dia mulai meletakkan ponsel ke sakunya, lalu membenamkan wajahnya di lututnya, dan melingkarkan lengannya di sekitar kakinya untuk meringkuk lebih jauh ke dalam.

Jennie mengulurkan tangannya untuk membelai rambut putrinya, tetapi kemudian berhenti pada kata-kata bayinya.  "Kamu pergi saja! Biarkan aku mati di sini! "

Bayi itu benar-benar marah. Jennie menghela nafasnya lalu duduk di sebelahnya, untuk membujuknya dengan lembut.

"Aku ini Ibumu, bagaimana aku bisa membiarkanmu mati. Chaeyoung sayang, maafkan aku.. Aku sangat tidak sabar tadi"

Chaeyoung masih tidak menatapnya, bayinya masih terdiam, bahunya yang kecil bergetar.

'Apa dia menangis ?'

Kim Jennie menjadi lebih sedih membayangkan putrinya menangis.

'Ya Tuhan, betapa buruknya dia sebagai Ibu.'

"I-Ibu berjanji tidak akan membutmu pergi. Chaeyoung sayang, Ibu minta maaf.. tolong jangan marah lagi"

Jennie meraih bahu Chaeyoung dan mengguncangnya dengan ringan.


"Kamu bohong, kamu jelas tidak menginginkanku!"


Chaeyoung mengangkat kepalanya, matanya merah karena air mata, bayi Jennie benar-benar menangis.

"Tidak, aku sangat menginginkanmu, aku menyayangimu."

"Benarkah?"

"Iya itu benar." Jennie mengangguk jujur.

"Kalau begitu berjanjilah untuk tinggal di sisiku selamanya."

"Aku bersumpah, aku akan berada di sisimu selamanya. Jangan marah padaku lagi."

Chaeyoung berpikir sejenak, dia tidak puas dengan Jennie, dia tidak bisa memaafkannya dengan mudah.

"Tapi kamu juga tidak boleh memaksaku untuk memanggilmu Ibu. Apa kamu berjanji?"

"Oh, tentang itu.."

Alasan Jennie berusaha keras membesarkan Chaeyoung selama ini adalah dia ingin bayinya bisa mengakuinya sebagai ibu. Lalu jika dia setuju dengannya sekrang, bukankah semua kerja kerasnya selama ini akan menjadi sia-sia? Tetapi jika tidak, maka dengan temperamen putrinya, dia pasti tidak akan pernah berhenti marah.

Oke baiklah, mari kita berkompromi dulu, sampai kita dewasa, dan kita bisa memaksa putri kita untuk memanggil kita ibu nanti.

"Oke, aku tidak akan memaksamu."

Jennie mengangguk setuju.

"Kalau begitu ayo turun, aku lapar"

Chaeyoung berdiri, dengan senyum cerah di wajahnya.



..

Janji-janji itu dibuat ketika Jennie berusia 16 tahun dan putrinya yang berharga berusia 9 tahun. Tapi Jangan dikira ingatan anak kecil akan lebih cepat lupa, karena nyatanya dia masih mengingat sampai bertahun-tahun kemudian..











..











Continue Reading

You'll Also Like

499K 39K 17
[SEBAGIAN DI PRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU BARU BACA] Dilarang ada hubungan antara senior dan peserta OSPEK, Galen, sebagai Ketua Komisi Disiplin terpa...
2.4M 30.2K 29
"Lebarkan kakimu di atas mejaku! Aku ingin melihat semua yang menjadi hakku untuk dinikmati!" desis seorang pemuda dengan wajah buas. "Jika aku meny...
1.8M 58.7K 69
Cinta atau Obsesi? Siapa sangka, Kebaikan dan ketulusan hati, ternyata malah mengantarkannya pada gerbang kesengsaraan, dan harus terjebak Di dalam n...
2.3M 106K 47
⚠️ Jangan menormalisasi kekerasan di kehidupan nyata. _______ Luna Nanda Bintang. Gadis itu harus mendapatkan tekanan dari seniornya di kampus. Xavie...