ARTIFICIAL OMEGA [COMPLETED]

By Irenedemour

591K 60.2K 7.8K

[MILEAPO FANFICTION] Apo Nattawin Wattanagitiphat, aktor muda yang ingin berkarir lama di dunia selebritis, n... More

At That Time
Awakened
First Meet
Start
First of The Clue
Pride
Uncertain
Part of Truth
Identity
Showing
Giving up
Inept
Cast, visual and trailer
Demand
Trapped
Realize
Fenceless
Switch
A Plan
Brave
Mating? (17+)
Obvious
Meet him up
Opposite?
Found
Acquaintance
Penalty
Same Team
Kidnapped
Opposite? (2)
Lost Prince
Rise
Rise (2)
Another Side
Another Side (2)
Mate!
Cast and visual (2)
Betrayed
Betrayed (2)
Him
Federate
Bound
Bound (2) - Revisi
Proposal?
Earth and Mars
Choice
Decide
The White
Defend
The Day
The War (1)
The War (2) - Last
Epilogue 1 : After
Epilogue 2 : The Royal Wedding
Epilogue 3 : Born of The Heirs
Side Story 2 : Baby Blues
Side Story 2 : Baby Blues (2)

Side Story 1 : Ereen

11.9K 892 252
By Irenedemour

Side story pt. 1

Visual ;

1. Great Prince Edyth Earth Panich Aesther

2. Mayor Prince Erwyn Mars Rom Aesther

3. Minor Prince Ereen Moon Rom Aesther

4. Alden Dream Satur Aesther

Enjoy!

Mile bukanlah sosok suami atau daddy yang bisa siaga setiap saat. Selama masa triplets berumur tiga bulan hingga kini sudah masuk usia abg. Ayah tiga anak itu jarang memiliki waktu berkualitas dengan putra hasil benihnya bersama Apo. Dua dari tiga anaknya tidak begitu banyak berinteraksi secara intens dengannya kecuali pangeran pertama, Edyth. Hal itu disebabkan kesibukan Mile sebagai seorang pimpinan negara yang tentu saja tugas dan tanggung jawab itu begitu banyak menyita waktunya. Berbeda dengan Edyth yang memang terpilih dan dilatih untuk menjadi seorang calon King yang mana membuatnya memiliki gelar Great Prince dan lebih banyak menghabiskan waktunya bersama sang daddy.

Tidak seperti pangeran sulung yang dekat dengan siapa saja, Erwyn maupun Ereen jauh lebih dekat dengan Jeff dan Bai. Karena hanya dua alpha itu yang sering menghabiskan waktu dengan mereka. Menjadi figur ayah pengganti untuk triplet saat sang ayah kandung sibuk dengan pekerjaannya.

Jeff yang ternyata begitu menyukai anak-anak membuat pria yang kini sudah berusia 38 tahun itu menikmati interaksinya bersama ketiga pangeran pewaris Florent. Ditambah pada dasarnya, Jeff merupakan ayah biologis dari salah satu triplets membuatnya mudah mendapatkan hati dari anak-anak itu.

Terkadang, hal itu yang membuat Erwyn maupun Ereen tanpa sadar begitu jauh dari Mile sebagai ayah mereka dan iri terhadap Edyth karena lebih banyak mendapat waktu berdua dengan sang daddy. Anak-anak itu tentu dipaksa mengerti bahwa mereka bukanlah orang sembarangan sehingga mereka harus dengan lapang menerima hal yang terpaksa di lakukan Mile. Lagipula, Mile selalu meyakinkan pada ketiga anaknya bahwa dirinya menyayangi mereka melebihi apapun. Mile maupun Apo berusaha untuk tidak membeda-bedakan anak mereka, selain tanggung jawab mereka karena memiliki gelar yang berbeda.

Semuanya di usahakan mendapat hak dan fasilitas yang sama. Sepasang mate pemimpin tertinggi Florent itu bahkan telah sepakat untuk tidak membahas asal-usul dari salah dua anaknya. Orang-orang yang terlibat saat ritual itupun telah disumpah agar jangan sampai membocorkan hal tersebut pada orang istana terutama pada ketiga pangeran. Mile khawatir, apabila sampai bocor maka akan menjadi perdebatan panjang oleh orang-orang di istana setelah mengetahui bahwa Edyth dan Erwyn berasal dari orangtua yang berbeda. Menjaga perasaan anak-anaknya juga merupakan hal yang Mile dan juga Apo prioritaskan. Sang King dan Great Lunanya mencoba untuk menjadi orangtua yang adil. Sesuai sumpah mereka pada Nunew dan juga Sara.

Memang kehidupan istana selama enam belas tahun ini begitu tenangnya. Tidak ada kudeta-kudeta yang mencoba mengusik ketentraman Florent. Semuanya terasa berjalan sebagaimana mestinya. Mile yang begitu cerdas dan bijaksana ditambah dukungan orang-orang sekitarnya seperti menteri dan tetua istana yang dipilihnya secara langsung membuat kedaulatannya sebagai seorang King menjadi absolut. Mile mengetahui cara menangani dan menjadi pemimpin yang adil bagi negara sebesar itu. Ternyata takdir tidak salah menjadikan Mile seorang raja. Dirinya yang selalu bersih dari skandal begitu dipercaya dan dicintai rakyatnya.

Apo sangat bangga tentu saja, memiliki suami sehebat Mile, anak-anak yang cerdas dan juga yang terpenting adalah kehidupan yang stabil. Namun kehidupan manusia tidak selalu mulus tanpa masalah. Hal itu tidak pula luput dari kehidupan Apo sebagai seorang Great Luna. Contoh kecil yang terasa besar adalah mendidik dan mengendalikan triplets yang sudah memasuki usia abg. Dimana hormone anak muda mereka tengah meledak-ledak dan begitu haus pengakuan.

Apabila kalian berpikir mengendalikan anak remaja merupakan hal lebih mudah dari pada menjaga mereka saat kanak-kanak maka kalian harus mencoba memiliki anak guna membuktikan bahwa hal tersebut merupakan pemikiran yang amat keliru. Seseorang yang memiliki segala keberlimpahan dalam hidup seperti Apo pun tidak luput dari ujian semacam itu dan sekarang Apo mengalaminya.Tiga anaknya yang dulu begitu imut, lucu, lugu kini menjadi laki-laki yang meledak-ledak terutama masalah emosi yang begitu sulit di kontrol.

"Apa yang kau lakukan, Ereen!" Pekik Apo melihat putranya yang pulang dalam keadaan babak belur dengan seragam sekolah menengahnya dan blazer hijau berlogo Alestherie High School yang sudah robek dan kotor.

Omega yang sudah memasuki usia tiga puluhan itu masih berada di tengah pertemuan mingguan bersama beberapa tetua istana ketika salah satu ajudannya melaporkan bahwa putra bungsunya berkelahi dengan teman sekelasnya. Apo terlihat memijit kepalanya yang berdenyut nyeri. Ereen memandangnya dengan tatapan yang polos namun karena terlalu sering lemah dengan tatapan itu. Apo memilih mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Pa, aku tidak salah, mereka yang menghina Dream terlebih dulu." Apo terlihat menenangkan dirinya yang merasa lumayan tersulut emosi mendengar alasan Ereen yang membela sepupunya. Memang tidak salah apabila membela keluarga, hanya saja cara Ereen tidak patut di benarkan. Sebagai salah satu putra King apalagi status Minor Prince yang melekat pada nama Ereen seharusnya membuatnya menyadari bahwa mereka tidak boleh melakukan tindakan kekerasan dengan alasan yang kekanakan seperti itu.

"Ereen, kau tau bahwa statusmu jauh lebih tinggi dari mereka?! Apakah pantas seorang Minor Prince menghajar orang lain dengan alasan seperti itu?"

Ereen tidak menjawab omongan yang dilemparkan papanya. Pangeran bungsu itu merasa hatinya berdenyut nyeri saat sang papa tidak berkenan menerima alasannya yang menghajar temannya. Ereen tentu tidak secara tiba-tiba melemparkan bogemnya begitu saja. Salah satu temannya menghina fisik Dream yang notabene terlihat begitu culun dan lemah untuk ukuran alpha. Dream merupakan putra pertama Jeff bersama Tin. Jeff adalah uncle kesayangannya dan Dream merupakan sepupu yang juga paling mengerti dirinya. Tentu saja saat Dream menderita, Ereen maju paling depan.

"Pa, aku—"

"Tidak bisakah kau tenang sehari di istana? Fokus dengan latihan keterampilan senjatamu seperti Edyth?Atau apabila sedang malas, pergi ke perpustakaan seperti Erwyn. Banyak buku pengetahuan disana."

Ereen memandang omega yang melahirkannya dengan tatapan kecewa. Lagi-lagi sang papa membandingkannya dengan kedua kakaknya.

"Masuk ke kamarmu persiapkan barang-barangmu. Besok papa akan mengirimmu ke paviliun uncle Bai untuk membantu khun Build menulis perkamen sebagai hukuman."

Apo sudah berjalan meninggalkan Ereen begitu saja, sorot mata anak itu terlihat sangat terluka karena papanya tidak mau mempercayainya.

"Apa aku harus menjadi Edyth dan Erwyn agar selalu papa percaya?" tanya Ereen tiba-tiba dan menghentikan langkah Apo seketika. Sang Great Luna membalikkan tubuhnya dan memandang anaknya dengan tatapan yang masih tajam. Bukan salah Apo memarahi anaknya yang melakukan kesalahan.

Dari kedua saudaranya, Ereen memang yang paling bebal dan sulit di atur. Padahal saat mereka berusia sepuluh tahun, Ereen adalah putranya yang paling lugu, lucu dan sangat pengertian. Jarang menangis dan membuatnya merasa ingin memiliki sepuluh anak seperti Ereen. Saat memasuki usia remaja, justru Ereen berubah menjadi anak pembangkang, liar dan segala sifat-sifat yang sangat memusingkan kepalanya. Di tambah dengan hobby balapan motor yang dilakukan anak itu hampir setiap malam.

Apo hanya khawatir dengan pergaulan yang dimiliki Ereen. Mereka adalah klan Aesther, terlebih lagi Mile merupakan King of Florent, dimana segala tindakan yang mereka lakukan akan menjadi sorotan.

Apo begitu banyak membaca berita yang menginformasikan hal-hal negative yang dilakukan putra ketiganya. Mungkin Apo dapat mengendalikan berita-berita itu agar tidak sampai meledak dan menjadi berita menghebohkan namun tetap saja, sampai kapan dirinya akan melindungi putranya. Apo ingin mereka semua tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, bersahaja dan dapat melindungi diri mereka sendiri. Atau setidaknya mudah untuk di didik seperti Edyth dan juga Erwyn. Namun sepertinya sang Great Luna melupakan fakta bahwa tidak ada tebu yang kedua ujungnya memiliki rasa manis yang sama.

"Papa melahirkanmu bukan untuk menjadi seperti ini, Ereen"

"Aku tidak pernah meminta dilahirkan." sentak Ereen datar membuat jantung Apo terasa akan lepas dari tempatnya. Ucapan anaknya membuat hatinya berdenyut sakit.

"Ereen!" Pekiknya tertahan menahan getaran pada suaranya.

"Papa berjuang untuk memberimu hidup—"

"Aku juga tidak meminta papa perjuangkan."

Perdebatan pasangan anak dan papa itu di saksikan oleh guards dan juga ajudan sang Great Luna. Apo menghembuskan napasnya guna menetralkan emosinya yang seketika berada di level yang tinggi.

"Papa masih berbicara baik-baik padamu, Minor Prince. Jangan sampai daddy yang turun tangan."

"Laporkan saja pada daddy agar hukumanku ditambah. Kehilangan aku bukanlah sebuah masalah besar bagi Florent. Karena yang daddy dan papa butuhkan hanya Edyth dan Erwyn!"

"Minor Prince Ereen!"

"Aku membenci papa." Balas Ereen sebelum kakinya berlari meninggalkan Apo di tempatnya. Apo tidak memberikan jawabannya lagi, omega itu terlihat sedih memandang punggung anaknya yang sudah berlari menjauhinya. Rasa bersalah tiba-tiba masuk ke dalam hatinya. Lama Apo berada di posisi itu, tangisnya hampir saja pecah mendengar ungkapan hati sang anak.

"Great Luna, anda baik-baik saja?" Tanya salah satu ajudannya yang melihat Apo begitu syok dan ekspresi wajahnya tidak bisa berbohong bahwa perasaannya terluka mendengar ucapan yang Ereen lontarkan.

Sang Great Luna tidak menjawab pertanyaan itu namun langsung melangkah pergi tanpa menengok ke arah belakang sedikitpun yang diikuti ajudannya. Omega itu terlihat mempercepat langkahnya untuk memasuki ruangan dimana dirinya biasa menghabiskan waktunya untuk melakukan pekerjaan. Mencoba untuk kembali berkonsentrasi terhadap macbooknya namun setelah tiga puluh menit berlalu, Apo tidak juga lekas bisa memusatkan konsentrasinya pada hal yang berada di depannya. Pikirannya di penuhi Ereen. Apakah Apo terlalu keras terhadap bungsunya?

Apo mengusap-usap dadanya yang berdenyut nyeri, darimana Ereen mendapat pikiran semacam itu? Apakah Ereen tidak bisa melihat perjuangannya untuk mempertahankan ketiga anak-anaknya? Bahkan Ereenlah yang paling keras dirinya pertahankan.

Air matanya turun perlahan tanpa komando. Apo tidak bermaksud membandingkan Ereen dengan kedua kakaknya, namun sungguh, omega itu sedang dalam masa kalutnya ditambah dengan putranya yang membuat masalah baru setiap hari. Dirinya bingung menghadapi Ereen yang semakin tidak tau batas-batas yang tidak boleh dirinya langgar sebagai seorang pangeran Minor.

Bahkan Jeff sekalipun yang memiliki karakter jauh lebih gila namun apabila Great Luna Tanaya sudah memberikan sabdanya, tanpa syarat adik dari sang suami akan langsung patuh begitu saja. Jeff masih memiliki rasa untuk menghormati papanya. Sementara tidak dengan Ereen. Itu juga yang membuat Apo bimbang. Apabila berlaku lembut seperti dirinya memperlakukan Edyth dan juga Erwyn maka Ereen akan lebih tidak mendengarkannya.

Apo menghembuskan napasnya gusar sembari menghapus jejak air mata di pipinya. Di saat seperti ini dirinya sungguh membutuhkan Mile. Sudah dua minggu lebih pria itu tidak berada di istana karena melakukan kunjungan ke negara lain. Apo tidak mendampinginya karena saat kunjungan tersebut dilakukan, dirinya tengah dalam masa heat. Mungkin sekarang memang saatnya Mile yang turun tangan untuk memberikan pengertian pada Ereen. Bukannya pengecut namun Apo hanya takut, apabila memaksakan dirinya untuk tetap menjadi sosok pengontrol untuk Ereen maka hubungan mereka akan merenggang karena Ereen juga tidak terlihat menunjukkan rasa hormat padanya.

Entah mengapa Apo merasa tiba-tiba iri terhadap Great Luna Tanaya yang begitu hebat mendidik Mile dan juga Jeff untuk selalu mencintainya.Tidak seperti dirinya yang gagal mendidik ketiga anaknya secara adil. Perkataan Ereen beberapa waktu lalu membuatnya sadar bahwa dirinya mulai memiliki jarak dengan sang anak.

"Ereen, sorry baby."

Sementara sang pangeran Minor yang telah jauh dari lokasi dimana dirinya di marah sang papa berjalan gontai ke paviliunnya. Remaja tanggung itu sedikit menyesal namun lega sakaligus setelah speak-up mengenai hal yang dirinya rasakan selama ini. Papanya yang selalu terlihat lebih menyayangi Edyth dan Erwyn membuatnya sedikit banyak menyimpan segala luka itu selama bertahun-tahun.

Hal yang membuat Ereen berubah seperti sekarang semata-mata untuk menarik perhatian dan kasih sayang papanya. Semenjak dulu, Ereen menyadari bahwa papanya selalu lebih fokus terhadap Edyth dan Erwyn. Terasa sang Great Luna hanya memiliki dua putra, padahal masih ada dirinya yang membutuhkan kasih sayang yang serupa. Namun sepertinya papanya memang tidak meletakannya pada prioritas yang sama seperti saudaranya yang lain. Sementara daddynya juga lebih jauh. Pria tua itu sangat sulit di jangkau. Untuk menemuinya saja, Ereen memerlukan janji yang berlapis-lapis dan saat waktunya tiba, sang daddy malah dengan seenaknya membatalkannya karena kesibukannya yang lain.

Ereen merasa sendirian, sehingga dirinya selalu bermain ke paviliun uncle Jeff dan menangis yang ditemani oleh Dream. Dirinya sudah terlalu banyak merepotkan keluarga uncle Jeff, termasuk Dream dan juga Tin yang berperan layaknya 'papa' untuknya.

Rasanya begitu menyakitkan. Pangeran Minor itu sibuk meyakini bahwa memang dirinya bukan anak yang diharapkan kedua orangtuanya.
Ereen merasa rendah diri selama ini. Kedua kakaknya tumbuh menjadi pemuda-pemuda hebat, Edyth yang memang representasi seorang calon King seperti melihat Mile di masa remajanya dan Erwyn yang begitu cerdas dengan kemampuannya dalam ilmu fisika yang hampir sama seperti Jeff. Sementara dirinya? Apabila di tanya ingin menjadi apa, maka Ereen tidak tau jawabannya. Dirinya hanya sibuk bermain dan melakukan apa saja yang membuatnya mendapat perhatian papa ataupun daddynya. Tidak ada satupun mimpi yang ingin Ereen fokuskan selain mendapat kasih sayang kedua orangtuanya.

Di tengah perjalanannya dirinya bertemu Tin, mate dari uncle kesayangannya. Omega yang selalu ada saat Ereen mendapat masalah dimana papanya tidak bisa hadir untuk menenangkannya.

"Minor Prince." Panggil Tin dari kejauhan pada putra bungsu sang raja.

"Tin." Tin hanya tersenyum tipis dan kakinya secara otomatis mendekati anak itu.

"Mau kemana?"

Ereen tidak menjawab, namun mempercepat langkah kakinya. Sungguh dirinya sedang tidak ingin berbicara pada siapapun kali ini. Ereen hanya butuh waktu sendiri.

Tin terdiam memandang tubuh Ereen yang berlari darinya, omega yang sudah memberikan satu anak untuk Jeff itu tidak banyak berkomentar. Ereen pasti bertengkar dengan Great Luna mereka lagi. Memang bukan rahasia lagi apabila putra ketiga pasangan King dan Great Luna itu merupakan anak yang paling bandel di antara kakak-kakaknya. Namun Tin cukup berempati dan mencoba menjadi tempat Ereen bercerita seperti sebelum-sebelumnya.

Bukan tanpa alasan Tin meletakan kasih sayangnya pada Ereen, omega itu paham dengan hal yang dialami Ereen. Sindrom siblings enemy yang di alami Ereen pada dua saudaranya diakibatkan cara didik sang Great Luna yang agak keliru. Tin mengerti mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Ereen merupakan anak kandung sang Luna yang memang murni berasal dari benih Mile sementara Edyth dan Erwyn merupakan anak 'orang lain' sehingga membuat sang Luna merasa memiliki tanggung jawab yang lebih pada dua anak itu. Namun sepertinya sang Great Luna terbuai dengan cara didiknya yang tanpa sadar selalu mengutamakan Edyth dan Erwyn, menanamkan di otaknya bahwa Ereen akan makhlum dan mau mengerti. Dari sana awal mula kesalahannya. Dirinya seolah lupa bahwa triplets tidak tahu menahu dengan itu. Yang ada di pikiran anak-anak itu adalah mereka tiga bersaudara yang dikandung secara bersamaan. Sehingga seharusnya mendapat segala perhatian dan kasih sayang yang serupa.

Tin menggelengkan kepalanya, dirinya juga tidak berhak mencampuri urusan sang Great Luna. Mungkin yang menjadi penengah konflik antara Great Luna Nattawin dengan putra bungsunya hanya bisa dilakukan oleh King mereka.

****

Ereen menangis dalam diamnya, dirinya hanya menginginkan kasih sayang papa dan daddynya. Ereen ingin menjadi Edyth yang hampir setiap sesi latihan berat ditemani sang daddy. Atau ingin seperti Erwyn yang hampir setiap hari bisa belajar ditemani sang papa di perpustakaan karena memang keduanya memiliki hobby yang sama. Sementara Ereen tidak pernah mendapatkan itu.

Ereen memang menyukai latihan fisik terutama latihan yang melibatkan pedang, gun dan juga panah, jangan lupakan kesukaannya pada ilmu filsafat dan fisika namun bagaimanapun usaha Ereen untuk berlaku sama seperti Edyth dan Erwyn, hal itu tidak membuatnya secara otomatis mendapat keistimewaan yang didapatkan kedua saudaranya. Dirinya bertemu daddy dan papa hanya saat sarapan itupun dalam waktu yang begitu singkat. Selebihnya Ereen diurus oleh pelayan.

Ereen lelah menarik segala perhatian daddy dan papa. Dari cara yang baik-baik hingga menjadi pribadi yang sulit di atur, namun nihil yang di dapatkannya. Untuk saat ini Ereen ingin berhenti. Bolehkah dirinya pindah ke Fereland bersama Granny dan Grandpa. Mungkin saja di sana dirinya mendapat kasih sayang secara penuh. Ereen menyadari bahwa dirinya merupakan anak yang kurang di anggap.

Kalau begitu mengapa dirinya harus dilahirkan?

Bunyi ketukan di pintunya mengembalikan Ereen pada pikirannya sadarnya. Remaja tanggung itu tidak lekas menjawab namun memilih pura-pura tidur. Kalau tidak uncle Jeff, pasti itu uncle Bai. Apa yang Ereen harapkan? Sang daddy?
Sedikit mustahil sehingga Ereen memilih mengabaikannya.

Pintu kamarnya mulai terbuka yang membuat Ereen semakin menenggelamkan tubuhnya di dalam selimut.

"Daddy tau kau tidak tidur, bayi serigala."

Ereen terdiam lama di dalam selimut yang menutup seluruh tubuh hingga ke kepalanya. Itu suara daddynya. Orang yang selama ini Ereen harapkan kehadirannya. Namun Ereen masih tidak memberikan reaksi, takutakan harapannya, bagaimana apabila ternyata hanya uncle Jeff yang tengah meniru suara sang daddy. Karena suara daddynya dan juga uncle Jeff begitu mirip.

Mile menyibak kain tebal yang menutup seluruh tubuh anak bungsunya dan ikut masuk ke dalam selimut sang anak. Pria itu masih mengenakan kemeja biru muda yang digunakannya sepulang dinas. Saat sang Great Luna menelponnya sambil menangis, karena tidak sengaja memarahi sang anak secara berlebihan. Mile langsung menyusun kepulangannya detik itu juga. Untungnya Mile memang sudah menyelesaikan segala urusannya dan pekerjaannya sehingga bisa kembali di hari yang sama.

"Ereen?" Panggil Mile sekali lagi, namun bungsunya tidak lekas menjawab. Mile tau anak bujangnya pasti tengah galau. Merasa buruk karena dibanding-bandingkan dengan saudara pernah Mile rasakan saat seusia Ereen bahkan saat itu Great Luna Tanaya tidak hanya memberikan hukuman menulis perkamen namun juga memerintahkan setiap pelayan untuk berhenti melayani Mile selama dua minggu penuh. Mile tersenyum mengingat kenangan masa remajanya yang ternyata kini di
alami sang anak.

"Kau ingin berbicara seperti anak pada ayah atau seperti teman?" Tanya Mile mencoba menarik perhatian Ereen.

"Kau tau.."

Karena gemas dengan Ereen yang tidak lekas menjawab, akhirnya Mile berbicara tanpa menunggu reaksi sang anak.

"Papa sangat menyayangimu lebih dari apapun, Ereen Moon."

Mile melirik ke arah sampingnya dimana sang anak mulai menunjukkan reaksi kecil.
"Ketika dulu, papa pernah diminta untuk memilihmu atau nyawanya. Tanpa ragu si cantik meminta agar keselamatanmu selalu diutamakan. Bahkan makhluk indah itu dengan tega-teganya memilih lebih baik meninggalkan daddy dari pada membuatmu tidak bisa melihat dunia."

Masih tidak ada reaksi dari Ereen namun Mile merasa Ereen sudah mulai mendengarnya dengan serius.

"Tidak mudah mengandung tiga janin alpha sekaligus, son. Papamu beberapa kali hampir keguguran karena pendarahan hebat. Daddy merasa saat itu berada di antara hidup dan mati membayangkan betapa beratnya omega sekurus papamu membawa tiga bayi-bayi serigala yang gemuk itu."

Mile menjeda kalimatnya menunggu reaksi sang anak.

"Saat akan mengantarkanmu, Edyth dan Erwyn ke dunia, perjuangannya tidak berhenti sampai di sana. Mengandung kalian bertiga begitu susahnya lalu melahirkan kalian bertiga juga hampir menghilangkan nyawanya."

"...bisa dibayangkan kasih sayang papamu sebesar apa?"

Tanya Mile dan Ereen masih betah diam membelakanginya.

"Menyayangi atau membenci suatu hal adalah sepenuhnya menjadi hakmu, Minor Prince namun apabila kau membenci papamu, daddy sangat bersyukur."

Ucapan sang daddy membuat Ereen mengerutkan dahinya tidak mengerti.

"Artinya saingan daddy hanya tersisa Edyth dan Erwyn."
Sambung Mile santai. Seolah-olah kebencian sang anak pada papanya merupakan hal yang Mile nanti-nantikan sejak lama.

"Kau kalah dalam kompetisi dan betapa tidak beruntungnya kau pangeran bungsu, membenci makhluk seindah papa—"

"Papa milikku."

Mile tertawa kecil mendengar reaksi Ereen yang begitu possesif dengan papanya.
Mile mengusak kepala anaknya dan saat itu pula Ereen membalikkan tubuhnya menghadap ke arah daddynya.

"Tidak ada yang boleh meragukan cinta dan kasih sayang papamu pada mu atau pada Edyth dan juga Erwyn, son."

"Tapi papa tidak pernah memberikan aku kasih sayang seperti memperlakukan Edyth dan Erwyn."

Mile hanya menggeleng tipis.

"Bayangkan papa memiliki tiga— empat anak, termasuk daddy. Semuanya meminta perhatian papa secara penuh. Apa kalian tidak mengasihani dia yang harus membagi-bagi semua fokusnya? Wajar apabila ada beberapa hal yang tidak mendapat perhatiannya secara adil.Papamu masih manusia yang kadang tidak luput dari kesalahan dan rasa lelah, Minor Prince."

"Aku.."

Mile menarik sang anak ke dalam pelukannya.

"Dari semua hal yang terjadi, dibenci anak sendiri adalah kesakitan dan kehancuran untuk orangtua, son." Bisik Mile serius. Pikiran anak bujangnya harus dibuka mengenai kasih sayang sang Great Luna bukan main besarnya. Perjuangan sang mate mengantarkan ketiga jiwa-jiwa kecil itu ke dunia patut diketahui Ereen.

"Aku hanya ingin diperhatikan daddy dan juga papa.." Lirih si bungsu yang membuat Mile semakin mempererat pelukannya.

"Daddy minta maaf, karena kesibukan daddy membuatmu merasa kekurangan. Tapi daddy berjanji akan mengusahakan segala hal agar kau dan kedua kakakmu tidak sampai mencari daddy lain. "

Akhirnya tangis Ereen pecah di pelukan daddynya. Remaja itu tidak lagi memasang topeng kuatnya. Memang pembicaraan seperti inilah yang Ereen butuhkan.Berbicara dengan sosok dan sumber masalahnya.

"Bukan hanya kita yang perlu kasih sayang papa, tapi papa juga perlu segala perhatian dan kasih sayang dari kita. Apakah kau sudah menyayangi papa secara layak, Minor Prince?"

Ereen menggeleng setelah menyadari kesalahannya. Memang segala perbuatan buruk dilakukannya untuk menarik perhatian papa maupun daddynya, namun hal yang dikatakan daddynya benar, bahwasanya papanya juga tidak mendapat kasih sayang darinya. Ereen begitu sibuk memikirkan dirinya sendiri. Seketika Minor Prince itu langsung melepaskan pelukannya pada sang daddy dan menyibak selimutnya.

"Mau kemana?" Tanya Mile.

"Mencari papa."

"Besok saja, malam ini giliran daddy."

Ereen tentu tidak mau mengalah, namun sedetik kemudian dirinya mengingat lagi mengenai hukuman yang diberikan papanya.

"Sudah daddy katakan, biarkan daddy berbicara pada papamu dulu agar membatalkan hukumanmu. Besok kau bisa menemuinya saat sarapan dan meminta maaf."

Ereen hanya mengangguk dan setelah itu menubruk tubuh besar Mile dengan pelukan erat.

"Daddy, terimakasih."

••••

Apo memandang pantulan tubuhnya di cermin, kancing kemejanya sudah terbuka semua. Omega yang berstatus Great Luna itu meringis melihat fisiknya yang berubah sangat tidak indah. Di atas kulitnya banyak sekali bekas-bekas luka memanjang. Luka karena tembakan yang dulu dialaminya, stretch mark yang menandakan perjuangannya mengandung triplets dan juga luka dibawah perutnya yang juga menjadi bukti bahwa dirinya pernah menderita saat mengantarkan ketiga orang pangeran hebat itu ke dunia.

Meskipun Apo telah berjuang mati-matian untuk berolahraga dan latihan fisik agar mengembalikan ke atletisan tubuhnya namun sepertinya hal itu tidak banyak membantu. Memang perut sixpacknya sudah pernah dirinya dapatkan lagi, namun bekas luka itu tentu saja tidak hilang begitu saja.
Apo pernah mendatangi dokter bedah plastik terkenal di negaranya, namun saat sudah membuat janji operasi justru Mile melarang keras dan meminta sang mate untuk tidak menyakiti tubuhnya dengan perawatan semacam itu.

Mile berjuta kali mengatakan bahwa bagaimanapun Apo saat ini, dirinya akan tetap menjadi orang yang memiliki tahta tertinggi di hatinya. Tidak perduli bagaimana fisik sang Luna berubah, Mile akan tetap melihat Apo menjadi orang tercantik, tertampan dan terindah di seluruh permukaan bumi. Sungguh begitu berlebihan, namun hal itu tentu saja bukan bualan semata. Mile telah membuktikannya dengan selalu mencium seluruh inci tubuhnya ketika bercinta dan tidak lupa selalu mengungkapkan betapa dirinya mencintai sang Luna.

Bukan hanya keadaan fisik yang di ratapi sang Luna di depan cermin itu, melainkan hubungannya dengan anak ketiganya. Hatinya masih merasa begitu bersalah dikarenakan terlalu focus terhadap Great Prince dan Mayor Prince sehingga sedikit melupakan eksistensi Minor Prince. Apo membiarkan Mile berbicara saat ini dengan sang anak. Besok setelah situasi lebih tenang, dirinya yang akan berbicara langsung dengan si bungsu.

Saat tenggelam dalam lamunannya, tiba-tiba tangan dengan otot yang terasa keras memeluk pinggangnya dari belakang membuat Apo tersentak dan mengembalikan pikirannya ke dunia nyata.

"Hia.." Lirih Apo menyadari bahwa pelaku yang memeluk erat pinggangnya merupakan sang suami.

"Masih sedih?" Bisik yang dominan sembari menggoda area sensitive sang mate.

"Ereen.."

"Aku sudah berbicara padanya."

"What are you both talking about.." Tanya Apo sembari menghela napas kecil sementara Mile sibuk menciumi daerah sensitive sang Luna.

"You, Edyth, Erwyn and Ereen."

"Konteks?"

"Affection."

Apo hanya mengangguk, topik itu memang menjadi salah satu sumber kesalah pahaman antara dirinya dan juga anak-anaknya.

"Mereka sudah remaja, sayang. Sudah tidak bisa mendidik mereka dengan cara yang sama seperti usia mereka sepuluh tahun."

Apo mengusap lengan sang alpha yang masih bertahta di pinggangnya.

"Okay..Should I learn with papa? " Tanya Apo meminta pendapat Mile. Mungkin dirinya memang harus belajar parenting dari mertuanya agar hal ini tidak terjadi lagi.

"No need, sayang. Saat melihat anak-anakmu yang berkumpul bersama. Kau pasti tau cara menghadapi mereka. Ereen hanya butuh fokus kita padanya."

"Dia mau berbicara seperti itu?"

Mile menyeringai tipis tidak menjawab pertanyaan sang mate, Apo melihat bayangan wajah Mile di cermin dan saat itu pula dirinya menyadari bahwa bukan Mile yang kini bersamanya, melainkan Marc.
Setelah itu Marc dalam tubuh Mile langsung membalikkan tubuh sang mate dan menatap kedua bola mata sejernih air itu.

"Aku tahu pasti Marc—"

Belum sempat sang Luna menyelesaikan kalimatnya, bibirnya sudah dibungkam oleh ciuman yang terasa lembab dan basah. Setelah puas bermain dengan bibir mungil Apo, Marc langsung menarik tubuh sang submissive agar terbaring di atas ranjang. Saat itu pula Marc mengambil segala dominasinya. Matanya dengan penuh cinta menatap sang Luna.

Omeganya indah, jauh lebih indah dari apapun. Ketakutannya mengenai usia sang Luna yang habis setengah karena ritual pemindahan janin seolah merupakan ketakutan kosong. Mile tau, efek dari ritual yang sang Luna lakukan akan membuat fisiknya berubah banyak, omeganya akan mengalami penuaan dini dan uban yang akan tumbuh cepat saat sudah melewati usia dua puluh lima tahun dan batas usianya tidak akan lebih dari tiga puluh tahun. Namun hal itu sama sekali tidak Apo alami, Mile justru merasa bahwa saat ini sang Luna tengah berada di puncak kecantikannya.

Dan pula, Mint telah memberitahunya. Sang Luna sepertinya berhasil menakhlukan efek ritual itu. Apo diberkati oleh semua kekuatan putih yang ada di alam semesta yang membuatnya sangat kuat dan menang melawan efek ritual tersebut. Omeganya juga melampaui batas usia maksimal dari ritual tersebut dan kini Apo yang sudah berumur tiga puluh lima itu sama sekali tidak mengalami perubahan fisik yang signifikan. Wajahnya tidak mengalami penuaan sedikitpun, masih terlihat segar dan berseri, rambutnya bahkan tetap hitam. Justru Mile yang harus melakukan perawatan pada rambutnya karena kini beberapa uban telah tumbuh dengan kurang ajarnya.

Dari segi tubuh, sang Luna tetap seksi, sintal dan kulitnya eksotis yang menjadi favourite Mile. Meskipun memang luka-luka di tubuhnya membuat Apo terkadang tidak percaya diri. Mile berhasil meyakinkan bahwa justru luka-luka itu merupakan tanda bahwa sang Luna pernah berjuang keras bersamanya dan Mile ataupun Marc sangat mencintainya.

Marc sudah kembali mendekatkan bibirnya pada sang Luna namun sebelum serigala milik Mile itu memenuhi kebutuhan biologisnya yang tertahan kurang lebih dua minggu ini, dirinya berganti kembali dengan Mile. Innerwolf tidak boleh mendahului ruh manusianya dalam urusan bercinta.

"Siap anak keempat?" Tanya yang dominan sementara Apo menggeleng keras. Tiga anak saja tidak bisa dirinya takhlukan. Apo tidak bisa membayangkan apabila dirinya memberikan anak lagi untuk Mile. Reaksi sang Luna adalah rangsangan gairah tertinggi alpha itu. Semakin di tolak maka keinginan bercintanya semakin tinggi. Tanpa memberi jeda lagi, Mile kembali memaksakan ciumannya pada omega di bawahnya. Apo tentu saja hanya menolak di mulut, namun tubuhnya tidak kuat menahan godaan yang dominan itu.

Biarkan mereka bercinta tanpa gangguan dari kita..

••••

"Good morning, pretty." Sapa sebuah suara bass yang Apo kenal dengan baik. Pandangan matanya langsung mengarah ke meja dapur paviliun luasnya dimana suara tersebut berasal. Seorang anak laki-laki dengan postur yang menjulang dan wajah rupawan tersenyum ke arahnya. Apo hanya melempar senyumnya sebagai balasan dan kakinya melangkah semakin cepat.

"How are you?" Tanya laki-laki muda itu pada Apo yang kini sudah duduk di meja dapur di paviliunnya.

"I'm doing good, handsome." Balas Apo. Laki-laki tadi hanya membalas dengan sebuah senyuman lalu menyajikan sepiring pancake yang tampak begitu lezat dengan syrup maple yang tumpah ruah di depan Apo.

"What is this for?" Tanya sang Great Luna.

"Breakfast for my pretty papa, of course."

Apo tertawa kecil lalu memotong kue yang sudah disajikan si tampan lalu memasukkannya ke dalam mulut.

"You did a great job."

"Yes I am." Apo memandang laki-laki yang jauh lebih muda sementara yang ditatap melemparkan tatapannya yang begitu dalam.

"Apa yang membawamu kemari, Prince Edyth?"

Edyth tidak lekas menjawab melainkan berpindah posisi memeluk Apo yang masih duduk di kursinya dari belakang.

"Aku rindu papa." Cicit sang Great Prince. Sementara Apo mengelus lembut tangan Edyth yang memeluknya begitu erat.

"Aku dengar kemarin papa dan Ereen bertengkar." Ucap Edyth yang kini sudah duduk di hadapan Apo. Sengaja putra sulung King of Florent itu mendatangi paviliun papa dan daddynya pagi-pagi buta lalu mengusir koki istana dan pelayan yang tengah menyiapkan sarapan. Edyth memaksa menggantikan tugas mereka untuk membuatkan sarapan istimewa untuk sang papa yang mungkin sedih karena bertengkar dengan salah satu adiknya.

Edyth begitu khawatir dengan kondisi papanya setelah salah satu guardsnya melaporkan padanya bahwa Ereen terlibat adu mulut lagi dengan sang papa.

"Papa fine, Great Prince."

"No, you are not." Sanggah Edyth cepat. Pangeran mahkota tersebur memang amat paham bahwa hubungan papanya yang jarang akur dengan adiknya yang pembangkang itu.

"Aku akan berbicara dengan Ereen." Sambung yang dominan, sementara Apo hanya menggeleng kecil sembari melanjutkan sarapannya yang sudah susah payah disiapkan sang anak.

"Daddy sudah melakukannya semalam. Ereen akan semakin tertekan apabila kakaknya ikut memarahinya."

Edyth memandang papanya dengan tatapan khawatir. Cukup merasa kesal karena omega cantik itu tidak pernah mengizinkan siapapun 'menyentuh' si bungsu. Apabila bukan Apo yang menahan-nahan dirinya, maka sudah sejak dulu Edyth memberikan sebuah pelajaran untuk sang adik yang pembangkang itu.

"Pa, Ereen harus mulai bisa berpikir bahwa hidup tidak selalu berpusat padanya." Ucap Edyth sementara Apo merasa tidak setuju dengan hal yang diucapkan Edyth. Memang betul demikian namun pikiran bungsu dari tiga bersaudara itu tidak sama dengan kakak-kakaknya yang mulai bisa berpikir dewasa. Menjadi anak terakhir yang meskipun hanya berjarak beberapa menit dari waktu kelahiran kakak-kakaknya tentu membuat Ereen tetap merasa bahwa dirinya yang paling kecil di antara mereka berlima sehingga segala sifat manja masih melekat sempurna pada sang Minor Prince.

"Great Prince, tugasmu adalah memberi contoh namun tidak menghakimi adik-adikmu."

Edyth hanya menghela napasnya lelah. Baiklah, Edyth akan menghormati apapun keputusan sang papa. Namun apabila Ereen mulai keterlaluan lagi, Edyth tidak akan segan-segan bergerak dan memberi hukuman untuk si bungsu.

Sementara Ereen yang berdiri di ambang pintu dining room bersama Mile mendengar semua pembicaraan sang papa dengan kakaknya. Mata anak itu terlihat berkaca-kaca.

"Sudah daddy katakan, papa tidak pernah membeda-bedakan kasih sayang padamu maupun kakak-kakakmu." Ucap Mile. Sepasang anak dan daddy itu baru saja kembali dari acara olah fisik yang mereka lakukan bersama di arena tembak istana. Mile telah berusaha memenuhi janjinya yang akan mengusahakan waktu senggangnya untuk sang pangeran Minor.

Saat kembali, Ereen dan Mile melihat mobil dan guards milik Edyth sudah terparkir manis di depan paviliun. Cepat-cepat kaki Ereen melangkah masuk dan akhirnya mendengar pembicaraan kakak dan papa cantiknya. Mereka berdua sepertinya tidak menyadari kedatangan Ereen dan juga Mile karena posisi mereka yang membelakangi Ereen.

Ucapan daddynya terbukti adanya bahwa dirinya tidak pernah menjadi anak yang tidak di harapkan sang papa. Justru papanya selalu membela dirinya di depan orang-orang istana yang mulai khawatir dengan sifat pembangkangnya. Ereen ingin menangis dan memeluk papanya saat omega cantik itu tidak mengizinkan Edyth memarahinya.

"Ereen." Tepuk Mile di bahu anaknya yang sudah terlihat bergetar itu, tanpa menyahuti sang daddy. Ereen berlari ke tempat duduk papanya lalu memeluk tubuh omega yang sudah melahirkannya dengan erat. Apo tentu terkaget-kaget saat ada seseorang yang memeluknya dari belakang namun tidak lama setelah itu dirinya tersenyum tipis. Menyadari bahwa Ereen yang memeluknya kali ini.

"Pa, I'm sorry." Lirih Ereen dan air matanya jatuh hingga membasahi kemeja yang Apo kenakan.

"It wasn't your fault."

Bisik Apo menenangkan tangis si bungsu. Sementara Edyth melemparkan tatapan bertanyanya pada sang daddy yang masih berdiri di ambang pintu.

"All is clear." Ucap Mile dari kejauhan.

"Paaa!"

Terdengar suara lain yang memanggil Apo dari arah belakang Mile. Yang pertama mengalihkan pandangannya tentu sang King.

"Mayor Prince Erwyn, kau tidak sedang di hutan." kritik Mile kalem sementara Erwyn hanya menundukkan kepalanya pada Mile sebagai gesture permohonan maaf dan penghormatannya pada pemimpin tertinggi di Florent itu yang sekaligus berstatus daddynya. Mayor Prince itu mengunjungi sang papa karena dirinya juga mengkhawatirkan omega yang sudah melahirkannya setelah mendengar adiknya membangkang lagi.

Namun sebelum itu, Erwyn mendatangi paviliun Ereen dan ingin menenangkan adiknya terlebih dahulu namun ternyata pangeran bungsu itu di jemput oleh King pagi-pagi sekali sehingga rencana Erwyn berpindah untuk mengunjungi papanya saja. Siapa sangka sekali dayung, dua pulau langsung terlampaui karena kini orang yang dipikirnya akan ditemui secara terpisah bahkan sudah berpelukan erat.

Memang karakter Erwynlah yang paling selow dan santai di bandingkan kakak dan adiknya. Dirinya masih bisa berpikir jernih dengan mengutamakan Ereen karena merasa Ereenlah yang lebih membutuhkan dukungan moral dari pada papanya.

"Forgive me, King." Ucap Erwyn namun tidak menunggu balasan Mile anak itu memilih berlari ke tempat duduk Apo dan Ereen yang masih memeluk omega itu dengan begitu erat. Mayor Prince itu juga ikut memeluk papanya dan diikuti oleh Edyth setelahnya. Kini posisi Apo berada di tengah-tengah pelukan triplets. Mile tersenyum tipis. Pemandangan inilah yang selalu di nantikannya. Kehangatan hubungan keluarganya.

There is no difference in affection between the first, second, or third child. Great Luna only tries his best to be a fair parent, depending on his son's character

"Boleh tidak aku tidak menghadiri acara peresmian jembatan hari ini?" Tanya Apo pada sang mate yang kini sudah duduk di seberangnya menikmati sarapan dengan khusuk. Hal itu pula menyebabkan ketiga anaknya melemparkan tatapan penuh tanya.

"Aku hanya ingin mendampingi triplet." Lirih Apo, Mile hanya tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya. Biarkan tugas sang Great Luna digantikan oleh Jeff saja. Sementara ketiga pangeran itu bersorak senang.

Apo seharusnya merasa beruntung karena dirinya satu-satunya omega yang sangat dipuja oleh empat alpha sekaligus.

"Thank you, King."

End of side story pt 1
Sorry for typo(s)

Aku kangen cerita ini ya Tuhan, apa kalian juga merasakannya?
Jadi aku memutuskan untuk membuat side story saja yang masih aku gabung dengan cerita utama. Jujur aku sudah akan mendebutkan story MileApo yang baru beberapa jam lalu namun entah mengapa aku malah publish side story ini dulu huhuhu.

Ohiya, karena ini side story jadi aku tidak akan mematok tamat hingga chapter ke berapa. Mungkin tiap chapter akan langsung tamat seperti oneshot dan sesuai dengan judulnya, mungkin alurnya akan maju mundur dengan konflik yang tidak terlalu berat, entah menceritakan triplets kanak-kanak atau menceritakan side couple.

Semoga kalian masih berkenan membacanya XD

Ada yang bisa nebak, visual yang aku pakai untuk Dream? :D

Mengenai visual, jangan di hujat ya, sorry to mewgulf stan yang biasanya memakai visual ohmpawat as their child. Aku mungkin gabisa penuhi semua ekspektasi kalian. Tapi aku betul-betul merasa bahwa cuma wajah ohm pawat yang masuk ke karakter Edyth. Harap makhlum dengan imajinasiku ini XD

Ohiya mengenai cerita MileApo yang akan aku debutkan, aku harap kalian juga berkenan membacanya ya gaes ❤❤❤

Akhir kata, See you next chapter ❤

Continue Reading

You'll Also Like

69.6K 4.8K 39
Setelah 16 tahun lamanya, akhirnya Kinn dan Porsche dipertemukan kembali. Tapi, pertemuan itu tidak berjalan mulus karena seorang gadis muda berusia...
37.1K 2.6K 36
Fighterγ…‘mahasiswa teknik tingkat 3. Si Tsundere yang suka basket, fotografi dan diam-diam suka Tutor. Tutorγ…‘mahasiswa teknik tingkat 2. Playful, cer...
286K 26.4K 74
FIKSI
209K 11.8K 29
Cerita Baru dari Arsya nih 😌 Ngak pake Deskripsi, jadi langsung baca aja ya guys. Inget ya Harus Vote dan Komen kalau bisa sekalian Share juga bol...