◤─────•~❉✿❉~•─────◥
Hari Minggu.
Lyra menghentikan mobilnya di depan Gereja. Ia tidak menyadari ada seseorang yang memperhatikannya dari mobil biru gelap yang lebih dulu terparkir di belakang mobilnya.
Lyra pun melangkahkan kakinya memasuki Gereja untuk berdo'a bersama para jemaat Gereja lainnya.
Seseorang misterius yang mengawasi Lyra kini berada di antara para jemaat. Ia menatap punggung Lyra yang berdiri tak jauh di depannya.
Selesai berdo'a, Lyra pun keluar dari Gereja dan memasuki mobil. Ia pun melajukan mobilnya.
Gadis itu hanya mengelilingi Kota Los Angeles dengan mobilnya untuk menikmati pemandangan dan aktivitas di kota tersebut. Ia merasa bosan tinggal di mansion dan hanya mengurung diri di kamar. Ayah dan ibunya tidak terlalu peduli padanya. Mereka berdua selalu sibuk dengan urusan masing-masing.
Lyra hanya bermain dengan kedua kucingnya, yaitu Snowy dan Browny. Tapi, sekarang kedua kucingnya itu sedang sakit dan berada di rumah sakit hewan untuk mendapatkan penanganan.
Ada sebuah toko cokelat di depannya. Lyra menghentikan mobilnya di depan toko itu. Ia pun keluar dari mobilnya.
"Kakak bilang, kalau stres dan lelah, dia akan membeli cokelat dan memakannya," gumam Lyra. Ia pun melangkah masuk ke dalam toko. Ada banyak jenis snack rasa cokelat di rak. Anak-anak akan menyukai tempat tersebut. Bahkan Lyra pun yang sudah dewasa menyukai tempat itu.
Mobil biru gelap itu berhenti di seberang jalan. Ternyata seseorang misterius yang mengawasi Lyra sejak di Gereja itu kini membuntuti Lyra. Meski ia tidak keluar dari mobilnya, ia tetap mengawasi Lyra dari dalam mobil.
Di dalam toko, Lyra memilih beberapa cokelat dan memasukkannya ke dalam keranjang belanjaan.
"Meski aku gendut, siapa yang peduli?" gumam Lyra.
Selesai memilih, Lyra akan pergi ke kasir, tapi ia bertubrukan dengan seorang gadis berambut pirang yang juga membawa keranjang belanjaan berisi cokelat.
"Maafkan aku," kata Lyra.
"Tidak, aku yang salah. Aku tidak melihatmu, maafkan aku," ucap gadis berambut pirang itu yang ternyata adalah Alicia.
Untuk sesaat Lyra merasa familiar dengan wajah gadis di depannya. Ia menatap gadis itu yang kini sedang membenarkan rambutnya.
"Baiklah, aku ke arah sana, dan kau ke arah sana," ucap Alicia.
Lyra mengangguk. Ia menyingkir memberikan jalan untuk Alicia yang berlalu pergi ke arah sebaliknya.
Lyra pun menghampiri kasir dan memberikan barang belanjaannya. Setelah membayar, Lyra kembali memasuki mobilnya.
Saat akan menyalakan mesin, Lyra mengernyit melihat gadis pirang yang tadi bertubrukan dengannya memasuki mobil merah yang ia kenali.
Ya, mobil merah itu milik Aero. Dan tampaknya gadis berambut pirang itu duduk di kursi samping kemudi, artinya ada Aero yang mengemudikan mobilnya.
Lyra teringat sesuatu. Foto di status Aero yang menunjukkan kalau ia dan teman-temannya berada di sebuah tempat mirip klub malam, Lyra melihat gadis pirang itu juga ada di dalam foto dan berdiri bersebelahan dengan Aero.
"Apakah mereka berdua berpacaran? Aku rasa ini akan menjadi masalah serius," gumam Lyra. Tak mau berpikir panjang, Lyra pun melajukan mobilnya.
Mobil berwarna biru gelap itu juga melaju mengikuti mobil Lyra di jarak yang tidak terlalu dekat seolah sengaja agar tidak dicurigai.
"Benar juga, ini hari Minggu. Aero pasti tidak pergi ke kantor," kata Lyra. Ia melihat mobil Aero berbelok ke kiri, padahal jalan menuju rumahnya adalah lurus.
Lyra tidak berminat mengikutinya. Ia memilih untuk pulang dengan berbelok ke kanan, yaitu jalan pulang menuju ke mansion Adiwijaya.
Sesampainya di rumah, orang tuanya tidak ada. Mungkin mereka pergi ke suatu tempat.
Lyra memasuki kamarnya. Ia memakan cokelat yang baru saja ia beli. Gadis itu membuka jendela kamar dan melihat ada mobil biru gelap di depan gerbang mansion. Terlihat dua bodyguard sedang berbicara dengan seseorang di dalam mobil tersebut.
Dari gestur tubuh dan gerak-geriknya, sepertinya kedua bodyguard-nya itu sedang mengusir si pengendara mobil. Tampaknya mereka terlibat pertengkaran yang cukup lama.
Akhirnya, mobil itu pun melaju pergi meninggalkan mansion Adiwijaya.
Lyra tidak peduli dan tidak mau berpikir panjang. Ia pun merebahkan tubuhnya lalu mengotak-atik ponselnya.
"Bosan di rumah terus. Dulu lebih menyenangkan bisa pergi ke kantor dan pergi hang out bersama teman-teman," ucap Lyra.
Aero memperbaharui statusnya. Lyra membukanya. Ternyata sebuah foto snack cokelat dan kartu ucapan Selamat Hari Ibu.
"Hari ini adalah Hari Ibu?" gumam Lyra. Ia melihat cokelat di tangannya.
Postingan selanjutnya adalah foto Aero bersama ibunya. Pria itu merangkul ibunya, sementara ibunya memeluk pinggang Aero.
Keduanya tampak tersenyum bahagia sambil melihat ke kamera.
Melihat senyuman Aero, tanpa sadar Lyra juga tersenyum. "Dia terlihat lebih hangat dan berhati lembut saat tersenyum seperti ini."
"Sepertinya Aero sudah pulang ke rumahnya. Tadinya aku mau mengajaknya makan siang sekalian membicarakan masalah penting. Tapi, karena ini Hari Ibu, dia harus menghabiskan waktu bersamanya ibunya," gumam Lyra.
"Cokelat yang diberikan Aero pada ibunya mirip dengan cokelat yang dibeli gadis pirang itu di toko cokelat tadi," ucap Lyra. "Mereka pasti memiliki hubungan spesial."
Malam harinya, Albert dan Hellena baru pulang ke mansion.
Kepala bodyguard menghampiri Albert. Ia membisikkan sesuatu yang membuat Albert membelalakan matanya.
"Hellena, masuklah duluan," ucap Albert.
Hellena mengangguk. Ia pun memasuki mansion dan terkejut melihat satu keranjang cokelat di meja. Ada kartu ucapan Selamat Hari Ibu di antara tumpukan cokelat itu.
"Lyra," gumam Hellena sambil tersenyum kecil. Ia mendongkak menatap kamar Lyra.
"Benarkah?" tanya Albert yang terlihat khawatir.
"Benar, Tuan," jawab kepala bodyguard-nya.
Albert memijit pelipisnya. "Perketat penjagaan di sekitar mansion. Jangan biarkan Lyra keluar rumah sendirian."
"Baik, Tuan."
Albert pun memasuki mansion dengan ekspresi serius.
Hellena mengetuk pintu kamar Lyra, tapi tidak ada jawaban. Ia pun masuk dan melihat Lyra sudah tertidur lelap. Lampu kamarnya juga mati menyisakan lampu tidur yang masih menyala.
Hellena duduk di tepi ranjang lalu mengusap rambut putri bungsunya itu. "Terima kasih, putriku."
Kecupan hangat mendarat di kening Lyra. "Mimpi indah ya, Nak."
Setelah itu, Hellena keluar dari kamar putrinya dan menutup pintu pelan-pelan, karena tidak ingin membuat putrinya terbangun.
Perlahan kedua mata Lyra terbuka. Ia menoleh ke pintu lalu melanjutkan tidur.
Hellena menuruni tangga dan berpapasan dengan Albert.
"Di mana Lyra? Apa dia sudah tidur?" tanya Albert pada istrinya.
Hellena mengangguk. "Iya, dia sudah tidur. Ada apa, Mas? Apakah ada yang ingin Mas bicarakan dengan Lyra?"
Albert mengangguk. "Iya, ada hal penting yang harus aku bicarakan dengannya. Tapi, kalau dia sudah tidur, ya sudah biarkan saja. Mungkin dia lelah keluar seharian. Besok pagi aku akan bicara padanya."
Hellena melihat kekhawatiran di wajah suaminya. Ia pun bertanya, "Apakah telah terjadi sesuatu? Mas Albert terlihat cemas."
Albert mengangguk. Ia pun menceritakannya pada Hellena yang mendengarkan dengan serius.
◣─────•~❉✿❉~•─────◢
08.12 | 10 Maret 2022
By Ucu Irna Marhamah