Film Out ✓

By Triafska

9.8K 1.8K 229

Kau, di dalam imajinasiku tampak begitu jelas dan nyata. Seolah-olah kau benar-benar ada disana. Tapi, Ketika... More

00. prologue: "that's right you"
01. congrats and good bye
02. I can't, even if I wanted to
03. enlightenment
04. lunch
05. end?
06. he's a jerk
07. picnic
08. dark side
09. a reason
10. Where is she?
11. don't have to have
12. closer
13. don't leave me, mom!
14. mine
15. Good night
16. the time has come
17. The truth
18. Ily
19. an offer
20. email
22. the first snow
23. Bogo sipeosseoyo
24. hate or miss?
25. Back
26. Is that you?
27. meet again
28. marry me?
29. sick
30. little parasite
31. debate
32. other problems
33. go home
34. uncovered
35. nauseous
36. Still with you
37. pregnant?
38. Take care of yourself!
39. accident
40. plan
41. it's an order!
42. back to see you
43. who said he wasn't sad?
44. I'm sorry
45. Wedding day
46. Second pregnancy
47. Mood changes
48. Welcome to the world, baby's
49. Blessing in disguise
50. Growth
51. last hope
52. Please, stay!
53. live well [End]
54. (Spesial chapter) 25 years later
55. (spesial chapter) Ending

21. other problems

148 36 4
By Triafska


Update terakhir sebelum mulai sibuk😁✌️ wkwkwk, sok sibuk banget emang. Maap yah haha




-----------------



5 bulan kemudian

"Terimakasih.... Silahkan datang kembali" sinb, gadis itu membungkuk dengan sopan setelah tersenyum kepada pengunjung yang pergi.

Dia tersenyum menatap suasana cafe yang lumayan ramai. Walau lelah, dia tidak bisa menyerah.

Sejak kejadian 5 bulan lalu dimana ayah kandungnya datang meminta uang, sinb memutuskan bekerja setelah pulang dari studi nya.

Memang melelehkan, namun itu adalah satu-satunya yang bisa dia lakukan.

Dia tidak bisa membiarkan ibunya bekerja begitu keras sendirian. Dimalam hari, wanita tua itu bekerja sebagai penyiar radio. Di pagi hari, dia menjaga toko buku sampai sore. Ibunya hanya bisa pulang di sore hari dan kembali pergi dimalam hari. Dia hanya memiliki jam tidur yang minim.

Itu menghancurkan hati sinb ketika melihat ibunya yang semakin kurus. Belum lagi kantung matanya dan wajah lelahnya.

Sinb terkadang menyalahkan dirinya sendiri. Mengapa dia belum bisa memberi ibunya kehidupan yang menyenangkan? Mengapa dia hanya bisa menyusahkan nya?

"Hwang!" Lamunan nya terpecah ketika seseorang memanggilnya. Itu adalah eunseo. Gadis itu berdiri di depan meja kasir sinb.

"Seo? Apa yang membawamu kemari?" Gadis itu terlihat baru saja kembali dari sekolahnya. Terbukti dari pakaian yang masih sama seperti pagi tadi ketika SinB melihatnya, juga tas yang masih dia bawa.

Eunseo tidak menjawab. Dia melipat kedua tangannya diatas meja dengan posisi masih berdiri. Dia cemberut lalu mengistirahatkan kepalanya diatasnya.

"Sesuatu terjadi?" Sinb tahu tidak baik mengobrol saat bekerja. Namun karena para pelanggan masih dalam posisi menikmati pesanan mereka dan tidak ada yang datang memesan kepadanya, dia memutuskan untuk menanggapi sahabatnya.

Eunseo menggeleng, dia menatap sendu SinB. "Apa kau lelah? Beristirahat lah sebentar. Aku tidak pernah melihatmu berhenti....."

Setiap kali eunseo melihatnya, dia selalu sibuk. Entah itu belajar atau pekerjaan, SinB benar-benar tidak memiliki waktu istirahat sama sekali.

Sinb tersenyum. "Tidak, ini menyenangkan!"

"Pembohong!" Dia tentu bisa melihat kelelahan tercetak jelas di wajah SinB. Seandainya eunseo bisa membantu, dia pasti akan membantu! Sayangnya dia tidak bisa melakukan apapun untuk sahabatnya selama ini.

"Pergi! Jangan menganggu aku bekerja! Apa kau ingin memesan sesuatu? Aku akan membuatkannya dan kau bisa segera pergi!"

Eunseo cemberut. "Dasar penjahat! Kau mengusirku!"

Sinb terkekeh. "aku sedang bekerja, dasar bodoh!"

Mengingat dia tidak bisa membantu, eunseo memutuskan untuk tidak mengacaukan nya. Karena itu dia memesan kopi dan segera pergi dari sana.

Setelah sahabatnya itu pergi, SinB kembali sibuk mengatur mejanya.

Pintu kembali terbuka dan seseorang berdiri didepannya.

Sinb tidak sempat mengangkat wajahnya dan buru-buru mengucapkan selamat datang. "Selamat datang, apa yang bisa aku bant-"

Ucapannya terputus setelah melihat siapa itu. Dia terkejut tentu saja. Namun dia tetap berusaha bersikap profesional. Dia tersenyum dan melanjutkan ucapannya. "Bolehkah aku tahu apa yang ingin kau pesan?"

Pemuda itu tidak menjawab. Dia menatap sendu gadis didepannya. Penampilan pemuda itu telah jauh berubah dari yang SinB ingat terkahir kali. Dia terlihat lebih acak-acakan, tidak se rapi dulu. Depan bibir keringnya, pemuda itu memanggilnya. "Bi...."

"Rasanya begitu lama setelah terakhir kali kau memanggilku seperti itu"

Jung Jaehyun, laki-laki itu telah diam-diam mengawasinya selama ini. Dia prihatin dan khawatir melihat kehidupan gadis itu.

Sinb dulu adalah gadis yang pendiam dan tidak menonjolkan diri. Dia cenderung menarik diri dari orang-orang untuk mendapat ketenangan, namun sekarang dia dipaksa untuk hidup diantara orang-orang banyak.

"Bolehkah aku tahu apa pesananmu?" Sinb sama sekali tidak terpengaruh. Dia mencoba seolah-olah dia tidak mengenal seseorang didepannya.

"Jaehyun, mengapa lama sekali?" Seseorang datang dari belakangnya. Dia lalu berdiri disamping Jaehyun dan terkejut melihat gadis dibalik kasir. "Kau..."

Sinb sama terkejutnya. Dia diam-diam tersenyum kecut didalam hatinya.

"Kau benar-benar bersamanya sekarang...."

"Ya nona? Bisakah aku menulis pesananmu?" Kembali bersikap profesional, Rose terkejut dengan sikapnya. Ada rasa bersalah diwajahnya, namun dia tidak melakukan apa-apa untuk menebusnya.

"Aku...." Dia tidak bisa melanjutkan ucapannya. Dia menarik lengan Jaehyun untuk mundur dan berbisik. "Jaehyun, mari kita cari tempat lain"

Dia merasa bersalah dan sedikit tidak nyaman untuk bertemu gadis yang dia hancurkan hubungannya tanpa sengaja. Dia terlalu malu untuk menampakkan wajahnya.

Jaehyun diseret keluar dari sana bahkan tanpa meminta maaf kepada SinB karena tidak jadi memesan.

Melihat itu, SinB hanya tersenyum. Begitu mereka lenyap dari pandangannya, SinB menghela nafas. Dia merosotkan bahunya dan menunduk. Sedikit keringat tipis menutupi pelipisnya.

Dia tidak menyangka, setelah lama tidak bertemu, pertemuan kembali mereka akan seperti ini.

Itu mengingatkannya kepada jungkook.

Dia merindukan laki-laki itu.

8 bulan sejak laki-laki itu pergi. Mereka hanya sempat mengirim pesan lewat email sebanyak 6 kali. Sinb benar-benar merindukan Jungkook.

"Kapan kau akan kembali?" Gumamnya sedih.

"Aku merindukanmu...."

---------

"Selesai bekerja?" Gadis yang berjalan menunduk itu mendongak begitu suara pemuda yang dikenalnya terdengar. Dia menatap seorang pemuda yang berjalan mendekat kearahnya dengan kedua tangan disakunya.

Sinb, gadis itu mengangguk. Begitu moonbin berhenti didepannya, gadis itu menghela nafas. Dia mendongak untuk menatap langit gelap dengan bintang diatasnya. "Ini melelahkan....."

Moonbin menatapnya dengan iba. Sejak dulu, gadis didepannya tidak pernah memiliki kehidupan yang mudah.

Ketika dia bayi, dia tidak memiliki kasih sayang orangtuanya. Ayahnya selalu pergi dimalam hari untuk berjudi dan pulang dipagi hari untuk tidur, kemudian akan pergi lagi dimalam hari. Ibunya, tidak memiliki banyak waktu karena bekerja. Beranjak dewasa, ayahnya tidak berubah sama sekali. Sedangkan ibunya mendidiknya begitu keras untuk menjadi gadis yang mandiri. Sinb tertekan selama itu. Baru sekarang, ibunya telah berubah menjadi lembut kepadanya, walau ayahnya masih sama saja. Itu sedikit melegakan untuk SinB.

Namun, sedikit kebahagiaan itu tidak berlangsung lama.

Ayahnya datang walau telah lepas dari mereka. Menekan ibu dan anak itu untuk bekerja untuknya jika tidak ingin SinB diambil. Keduanya bekerja keras untuk melunasi hutang pria tua itu.

Moonbin yang tinggal disamping gadis itu selama ini bahkan merasa lelah melihat itu semua, apalagi SinB dan ibunya yang menjalani.

Itu kehidupan yang sulit.

"Ayo kerumahku! Ibuku memasak makanan kesukaanmu..." Ibu moonbin sangat dekat dengan sinb dan ibunya. Sejak dulu, jika SinB tidak ada yang mengurus, SinB akan berada dirumah keluarga moon. Sinb telah dianggap sebagai anak dikeluarga itu, bahkan tidak jarang ibu pemuda itu membuat makanan kesukaan SinB untuk menyenangkan gadis itu.

Sinb ingin menolak karena dia begitu lelah hari itu. Namun dia menghargai usaha ibu pemuda itu. Karena itu dia mengangguk dan mengikuti pemuda itu.

Begitu dia mengganti sepatunya dengan sandal rumah, dia bisa melihat orangtua beserta adik pemuda itu. Ibu moon tersenyum menyambutnya setelah melihatnya. "Sinb, Kemarilah! Aku membuat makanan kesukaanmu"

Sinb tersenyum lalu mendekat. Dia menarik kursi disebelah adik perempuan moonbin dan duduk disana. "Terimakasih...."

"Aiyoh! Tidak perlu kaku begitu! Kau seperti dengan siapa saja...." Kepala keluarga itu melambaikan tangannya menanggapi SinB. Semua orang di rumah itu selalu membuka pintu rumah mereka untuk SinB, mereka selalu menyambutnya dengan senyuman dan kehangatan.

Melihat itu, SinB merasa sedih didalam hatinya.

Dia tidak pernah sekalipun makan bersama kedua orangtuanya. Dia hanya sesekali makan bersama ibunya, itupun jarang.

Ibu moon menyendok semua jenis makanan kedalam mangkuk nasi sinb, lalu berkata. "Makan! Makan yang banyak! Kau suka ini bukan?"

Sinb mengangguk dan lagi-lagi mengucapkan terimakasih. Semua yang berada disana tertawa melihat bagaimana SinB tampak kewalahan dengan mangkuk nasi yang penuh akibat diisi oleh ibu moon.

"Bibi moon, cukup! Duduklah dan kita makan bersama! Aku bisa mengambilnya sendiri...", Dia merasa tidak enak dilayani seperti itu. Apalagi hanya dia yang mendapat perlakuan seperti itu.

"Kau tidak akan makan banyak jika bibimu tidak melakukan itu! Lihat tubuhmu! Apa itu, kau kurus sekali! Kau kehilangan banyak berat badan sekarang!" Tuan moon berkata sambil menggelengkan kepalanya. Dia prihatin dengan gadis muda yang sudah ia anggap seperti putrinya sendiri.

"Unnie, jangan membuat kedua orangtua ini khawatir! Sejak kau belum datang tadi, mereka begitu ribut menunggumu. Karena sekarang kau sudah disini, makanlah yang banyak, oke?" Kini gadis paling muda yang duduk disampingnya ikut mengangkat suara.  Dia tersenyum dan ikut meletakkan pangsit diatas makanannya yang telah menggunung.

"Makanlah....." Moonbin tersenyum didepannya.

Pemandangan seperti itu hangat. Sinb selalu membayangkan kehidupan seperti itu selama ini. Namun entah mengapa, dia merasakan sesuatu yang tidak biasa.

'apa terjadi sesuatu?'

Mereka makan dengan damai. Keluarga itu tahu mengenai nafsu makan SinB yang sejak dulu besar, karena itu ibu moon memasak banyak sekali hari itu. Dia dari waktu ke waktu meletakkan berbagai makanan kedalam mangkuk gadis itu.

Begitu mereka selesai, mereka tidak segera pergi dari sana. Sinb berniat berdiri untuk merapikan piring-piring diatas meja untuk kesopanan. Dia tidak begitu tidak tahu diri tidak membantu apapun setelah menikmati makan malam yang mewah itu.

Namun, ketika dia berdiri, suara berat dari tuan moon menghentikannya. "Sinb...."

"Ya, paman?" Sinb memutuskan untuk kembali duduk setelah merasakan atmosfer yang berubah. Dia menatap wajah mereka satu persatu yang terlihat menyendu.

"Ibumu sakit...." Perasaan SinB memang tidak pernah salah. Sejak tadi entah mengapa dia ingin sekali pulang, namun dia tetap berada diposisinya untuk menghargai keluarga itu yang telah begitu baik kepadanya.

"Apa yang terjadi...?" Sinb bertanya dengan suara lelahnya.

Mereka sengaja tidak membicarakannya selama makan malam berlangsung. Mereka tidak ingin gadis itu berlari kerumahnya untuk segera melihat Jessica, karena Jessica baru saja beristirahat. Mereka mengundangya kerumah dan berencana untuk berbicara dengannya baik-baik. "Dengar nak, pulanglah dan lihat bagaimana keadaannya! Kau akan tahu setelah melihatnya sendiri"

Dengan itu, dia segera berdiri dan membungkuk sambil berterimakasih. Dia sudah tidak memiliki niatan untuk membantu ibu rumah tangga itu membersihkan piring-piring.

Pikirannya sekarang hanya tertuju kepada ibunya.

'apa yang terjadi? Ada apa dengan ibu? Apakah dia baik-baik saja?'

Dia melihat berbagai ekspresi menyedihkan dari keluarga moon, karena itu dia begitu cemas.

Dia hanya ingin segera pulang dan melihat bagaimana ibunya.

Begitu dia sampai didepan kamar ibunya, tanpa mengetuk.... Dia langsung membukanya dan menemukan ibunya duduk di tepi kasurnya. Jendela kamarnya terbuka lebar dan angin malam menerbangkan rambut wanita paruh baya itu. Tatapan matanya kosong menatap langit gelap melalu jendela.

"Bu...." Tidak ada tanggapan. Ibunya masih bertahan dengan posisi nya.

Sinb mendekat dan kini melihat bagaimana wajah ibunya. Jessica dulu terlihat begitu cantik, elegan dan tampak awet muda. Sekarang, walau kecantikannya tidak luntur, dia terlihat lebih tua dari sebelumnya. Sangat jelas tekanan yang tercetak di wajah wanita itu. Dia terlihat lelah, matanya begitu redup dan kantung matanya yang besar. Sinb sedih melihatnya.

Bahkan setelah SinB berjongkok didepan ibunya, Jessica masih tidak bergerak.

Dia meraih tangan ibunya dan menggenggamnya. Jantung SinB berpacu, dia bertanya-tanya ada apa dengan ibunya? Kenapa dia sama sekali tidak merespon? Bahkan setelah dia menyentuh tangannya? Sinb panik, ibunya terlihat berbeda. Dia tidak terlihat seperti Jessica. Dia terlihat jauh, matanya tidak memancarkan kehidupan. Itu terlihat kosong tanpa ada kehidupan.

"Ibu!" Dia menggoyangkan tubuhnya, namun Jessica sama sekali tidak merespon.  Jessica seperti menyerah dengan kehidupan, dia seperti tenggelam dalam dunianya sendiri. Dunia yang jauh berbeda dengan sinb. "Bu, apa yang terjadi? Apa yang terjadi padamu!"

Sinb menangis didepannya. Namun Jessica sama sekali tidak bergeming. Dia seperti tidak mendengar suara, dia benar-benar telah jauh. "Ibu!"

Sinb meraung dengan keras, dia memeluk tubuh ibunya dan menangis di pelukannya. Dia memikirkan banyak hal, namun dia tidak ingin mengatakannya. Dia takut jika itu menjadi kenyataan.

Ketika SinB meraung dengan keras, Jessica seperti tersadar. Dia sedikit menoleh untuk melihat putrinya menangis sambil memeluknya. Tangan kurus nya terangkat perlahan untuk mengelus punggung putrinya. "Putriku...."

Seketika SinB menghentikan tangisnya. Dia mengangkat wajahnya dan menatap Jessica. Wanita tua itu masih terlihat jauh, tapi suaranya sedikit menenangkan SinB. "Ibu! Apa yang terjadi! Kau kenapa? Mengapa kau seperti ini"

Tapi Jessica tidak menanggapinya. Dia tersenyum dan buru-buru meriah tas nya di samping. Dia mengeluarkan dompet dan menyodorkannya kepada SinB. "Lihat! Ibu mendapat uang! Ibu memiliki uang banyak! Ayo, kita kirim untuk ayahmu agar SinB tidak diambil! Ayo! Ayo"

Sinb menatapnya dengan pandangan kosongnya. Air matanya kembali jatuh melihat ibunya seperti itu.

Jadi, itu benar....

Ibunya menyerah dengan tekanan selama ini.

Dia memilih dunia barunya.

Jauh dari nya.

Ibunya tidak lagi ingin berjuang.

Dia terlalu lelah.

Dia telah ditelan selama ini! Dia selalu bermimpi buruk bagaimana jika suatu hari nanti SinB diambil darinya, bagaimana kehidupannya jika itu terjadi. Karena itu, dia benar-benar tertekan dan dia tidak bisa mengatasinya.

Sebelum dia benar-benar kehilangan akal warasnya, hal terakhir yang dia ingat hanyalah..... "Bekerja keras untuk mendapat uang yang banyak! Agar SinB tidak diambil dariku..."

Lagi-lagi, SinB dihadapkan dengan masalah yang lain.

Continue Reading

You'll Also Like

117K 11.3K 28
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
52.6K 5.6K 30
ᨳ᭬ ▭ 𝐀𝐕𝐎𝐍𝐓𝐔𝐑𝐈𝐑⸝⸝ 🥕 ◡‌ cerita KKN mereka di desa terpencil. Start. ; 21 Juli 2023 end. ; 26 November 2023 story'by 𝗘𝗫𝗟𝗜𝗘𝗘𝗞𝗔
28.8K 4K 20
• Kim Yerim - Lee Taeyong • Part terakhir EPILOG Cerita pendek tentang perjalanan kehidupan percintaan Yerina. Bertahan dengan ketidakpastian, atau...
187K 25K 36
Sehun itu bos baru, tapi ngeselinnya tidak tertahankan. Sehingga membuat yang lain anti sekali dengan dia termasuk Jisoo. Tapi, entah kenapa sikap ya...