Song: Before You Go - Lewis Capaldi
So, before you go, was there something I could've said, to make it all stop hurting?
It kills me how your mind can make you feel so worthless.
Satu minggu setelah libur musim dingin berlalu, kegiatan kampus mulai berjalan normal. Rin mengintip ponsel Kakashi yang terbuka. Sejauh ini Kakashi dan Sakura tidak pernah berhubungan lagi. Tapi ini kesekian kalinya Rin melihat Kakashi menatap nomor ponsel Sakura.
"Tidak, Sakura tidak cukup baik untuk bersama Kakashi, dia bersikap kasar padaku sekarang" Rin bergumam untuk meyakinkan dirinya sendiri.
Asuma dan Kurenai datang secara bersamaan "Rin mana Kakashi?"
"Perpustakaan, dia mengembalikan buku, oh itu dia" Rin menunjuk Kakashi yang kembali dengan setumpuk buku lainnya.
Asuma bersiul kagum pada Kakashi yang tenggelam dalam buku - buku tebal. Kakashi kembali menjadi Kakashi yang dulu, hanya memikirkan kuliahnya, hanya berpikir untuk melakukan segalanya dengan sempurna.
"Beri aku nomor ponsel Sasori atau antar aku ke rumahnya"
"Kenapa?"
"Aku mau menawarkan pekerjaan padanya" Kakashi memberikan nomor ponsel Sasori. Asuma menekan tombol lalu meneleponnya, setelah berbicara dengan singkat, Asuma menutup telepon.
"Dia menyuruhku ke rumahnya, ckckck, ketiga saudara ini benar - benar hidup seenaknya" Asuma memaksa Kakashi mengantarnya "Ayo, kita lihat musim semimu sekalian" goda Asuma. Rin menawarkan diri untuk ikut menemani Kurenai.
Asuma mengetuk pintu berwarna putih tapi cukup lama menunggu tidak ada yang membuka pintu. Sekali lagi dia mengetuk dengan keras. Suara teriakan pecah dari dalam.
"Aaaaaah, Hidan sialan jangan mengetuk pintu masuk saja!"
"Ini Asuma dan Kakashi"
"Oh, masuk saja" Asuma dan Kakashi bertatap - tatapan lalu membuka pintu itu secara perlahan. Sasori berbaring di sofa kecil berwarna merah darah "duduk saja dimana kalian suka, ada apa?" Asuma, Kakashi disusul oleh Kurenai dan Rin yang berpegangan tangan masuk dalam ruang tamu kecil yang berantakan. Asuma menggeser tumpukan benda yang menggunung agar bisa duduk.
Asuma menyampaikan tawarannya untuk membuat patung sosok Jiraiya dengan ukuran besar. Belum sempat Sasori menjawab teriakan marah Sakura terdengar nyaring disusul pintu yang terbanting.
"Kak Saso, Kak Hidan dan Kak Iruka terus membicarakan hal - hal mesum" Sakura menghentakkan kakinya kesal.
"Sakuraa, jangan lari, ceritanya masih panjang" Teriakan Hidan dan tawa Iruka terdengar dari lantai atas. Sakura menyadari kehadiran Kakashi dan kawan - kawannya.
"Hidan! Bangsat! Pergi dari rumahku! Hentikan!, adikku yang manis bisa siapkan minuman untuk tamuku?"
"Di atas ada Iruka?" Tanya Asuma setelah Sasori berlalu.
"Hu - um, dia kembali untuk semester depan"
Teriakan, tawa, dan suara pukulan menyusul kembali terdengar dari lantai atas. Sakura menyiapkan minuman coklat hangat. Sasori kembali dan menarik Sakura dalam pelukannya.
"Jadi, berapa aku akan dibayar?"
"Berikan penawaranmu"
"Apa?" Sakura bertanya penasaran. Sasori menjelaskan secara singkat.
"Oh lakukan saja yang penting semua bahan disiapkan, sekalian daftarkan sebagai tugas akhirmu Kak"
"Hmm, beri aku dua hari untuk memutuskannya" Sasori berjalan masuk ke dalam kamarnya dan melanjutkan tidur.
"Orang gila, semuanya orang gila" Asuma berjalan pergi sambil bergumam. Sasori meninggalkan tamunya tanpa basa - basi "Iruka juga dia juga sering bersikap tidak waras kan?"
"Hanya Sakura yang memiliki ikatan darah dengan Iruka" Kakashi menimpali malas - malasan. "Ibu kandung Iruka dan Ibu kandung Sakura saudara sepupu"
"Sepertinya Iruka dan Hidan berhubungan baik" Rin ikut berbicara sambil menunggu di halte
"Sepertinya begitu"
-----------------------
Sasori menerima tawaran dari Asuma. Dia mendatangi jurusan manajemen dan menyerahkan daftar kebutuhannya.
"Oi, Karin, aku tidak pernah melihatmu di rumah lagi, kenapa?" Pria berwajah manis itu tiba - tiba saja bertanya penasaran pada Karin yang duduk sendirian.
"Aku bertengkar dengan Sakura, Kak .."
"Begitukah? Berbaikan saja" Karin menceritakan alasan pertengkarannya karena dia merasa marah, Sakura memilih ke rumah keluarga Yamanaka. Ino dan Sakura bersahabat dekat sebelum kehadiran Karin. Walaupun Karin adalah seorang Uzumaki, dia tetap pendatang di lingkaran persahabatan Sakura. Sakura mengajak Karin yang selalu sendirian untuk berteman.
"Oh, itu, itu Nyonya Jashin yang menyuruhnya, semacam pertemuan rutin"
"Iya, aku terlanjur marah - marah, Sasuke sekarang mengusirku kalau aku mendekati Sakura"
"Uchiha kecil itu masih bersikap seenaknya ya .. Karin berbaikan saja" Sasori memberikan beberapa lembar uang pada Karin "pakai ini untuk makan bersama Sakura, ajak anak dengan alis tebal itu juga"
"Kak Saso, kenapa Kakak tidak melarang Sakura dekat denganku atau Lee, saat Sakura dekat dengan Senior Kakashi juga, Kak Saso tidak melarangnya"
"Kenapa ya .. ya karena dia terlihat lebih senang saja sih" Sasori menunjuk Kakashi lalu mengucapkan salam perpisahan pada Karin.
----------------
Suara sirine ambulan meraung kencang membelah jalanan. Ambulan itu melesat menuju pintu masuk universitas. Kakashi melihat sekilas mobil berwarna putih itu dari jendela Ichiraku. Minggu terakhir sebelum semester musim semi dimulai.
Sebentar lagi kampus akan dipenuhi junior baru. Acara minum - minum akan dilakukan secara berturut - turut. Musim semi ini Sakura akan ikut acara minum - minum pikir Kakashi. Dia menggelengkan kepalanya berusaha mengusir bayangan Sakura.
Kakashi melihat pesan teks yang dikirimkan ibunya. Ibunya meminta Kakashi pulang karena gadis dari masa lalunya akan datang ke kampung halaman Kakashi. Gadis dandelionnya.
Nak, kamu ingat Sayuri? Kalau ingat, sebelum semester musim semi usahakan pulang. Sayuri akan tinggal sementara dengan kita.
Tidak terlalu ingat, baik Bu.
Ibu tunggu di rumah, oh ya mungkin Sayuri juga tidak terlalu mengingatmu, jangan kecewa ya.
"Kecewa apanya?" Kakashi bergumam pelan.
Belum sempat Kakashi membalas pesan teks Ibunya. Obito dan Kurenai menarik tangannya, membawa Kakashi keluar dari Ichiraku.
"Kenapa?"
"Kakashi coba bicara pada Rin, dia tiba - tiba seperti ketakutan"
"Kakashi sepertinya aku melakukan sebuah kesalahan besar .."
Raungan sirine ambulan kembali terdengar. Kali ini, ambulan melesat dari arah pintu utama Universitas. Selang beberapa detik, menyusul deretan motor. Salah satu pengendaranya adalah Yahiko. Dalam sepersekian detik itu, Yahiko menunjuk ke ambulan yang melesat sepertinya meminta Kakashi mengikutinya.
"Kurenai, hubungi Asuma dan Genma yang masih dalam gedung, sekarang"
"Kurenai, ini Genma, dengar .. dengar .. jangan kaget, Asuma di ambulan yang tadi keluar, dia tidak terlalu parah .."
Kurenai mulai terlihat panik, Suara Genma terputus, tersela helaan nafas berat.
"Tenang .. sebentar di sini parah, kacau kamu susul duluan, aku masih menunggu penjaga gedung, kacau, usahakan pergi pelan - pelan saja, Kakashi, dia jangan sampai tahu.."
Kurenai menatap Kakashi dan berusaha mematikan speaker ponselnya. Kakashi merebut ponsel itu, suara Genma dan beberapa orang tercampur.
"Sakura, Haruno Sakura kondisinya parah"
"Rin, kali ini apa yang kamu lakukan?"