Audrey menatap layar informasi busway yang menunjukan jam kedatangan busway tersebut. Ternyata, busway tujuannya sebentar lagi akan sampai.
Audrey melihat ponselnya, chat terakhir dari Aidan ialah, Aidan meminta lokasi terkini Audrey untuk memastikam bahwa Audrey baik-baik saja.
Audrey tidak terganggu akan hal itu, namun Audrey masih belum terbiasa dengan perlakuan Aidan yang peduli sekali. Terakhir Audrey diperlakukan seperti ini ketika SMA saat ia bersama Mahendra, sebelum hal menyakitkan itu terjadi.
Busway dengan tujuan halte gelora bung karno pun tiba. Audrey duduk di kursi paling belakang dan dekat dengan jendel karena ia ingin melihat pemandangan manusia berlalu lalang.
Audrey dan Aidan sudah sepakat akan bertemu disalah satu mall dekat halte gelora bung karno agar memudahkan Audrey yang menggunakan transport umum. Audrey senang melihat pemandangan ramai Jakarta, ia melihat semua manusia sangat produktif, dan tentu saja ia tidak boleh kalah dengan itu, ia harus produktif juga.
Dari halte Audrey menuju tempat tujuan membutuhkan 5 pemberhentian. Saat di pemberhentian ketiga, Audrey memastikan pandangannya tak salah lihat. Aidan. Ternyata, lelaki itu meminta lokasi terkini Audrey untuk memgikutinya.
Tiga lampu berwarna merah, kuning dan hijau itu pun menyalakan lampu merahnya. Audrey tersenyum melihat Aidan yang sengaja mengikuti Audrey. Aidan memberi sinyal bahwa ia meminta Audrey untuk turun di halte berikutnya dan meminta Audrey untuk ikut bersama Aidan memgendarai motor dan Audrey memberikan jempolnya kepada Aidan mengartikan iya.
"atas nama kak Audrey?" tanya Aidan meledek saat memberikan helm kepada Audrey yang batu keluar dari halte tersebut.
"tujuannya ke hati saya ya? ledek Aidan.
"Aidan, stop gak?!" ancam Audrey karna ia tak kuat menahan pipinya yang mungkin sekarang sudah terlihat memerah.
Aidan tertawa melihat respon Audrey yang galak untuk menutupi salah tingkhanya itu. Tanpa fikir panjang, Aidan langsung menancapkan gas motornya menuju tempat belanja bahan kue, karena Audrey akan membuat cookies dirumah Aidan.
Audrey memejamkan matanya membiarkan wajahnya tertampar angin sore sejuk Jakarta. Tanpa ia sadari, ia memluk Aidan dan menumpu kepalanya dipundak Aidan. Aidan yang belum siap akan hal itu, hanya diam mematung karna ia harus mengatur nafasnya.
Sesampainya mereka di mall tersebut, Audrey belum juga melepaskan pelukan tersebut.
"Au," ucap Aidan pelan "udah sampe, ini mau dipeluk sampe dalem?" tanya Aidan.
Tetap tak ada jawaban. Aidan mengatahkam kaca spion ke wajah Audrey, dan melihat ternyata Audrey tertidur pulas.
"gue salting, dia malah tidur." batin Aidan.
Aidan tak berani menganggu Audrey tidur, jadi Aidan membiarkan Audrey terbangun sendirinya, sambil Aidan melihat wajah itu dari spion.
"aww" keluh Audrey yang hampir jatuh karna kepalanya terasa berat karena helm.
"gue ketiduran?!" tanyanya yang dibalas anggukan oleh Aidan.
"kenapa gak di bangunin?" tanya Audrey.
"gue gak mau melewatkan kesempatan emas gue dipeluk sama lo." ledek Aidan.
"apaansi! udah ayo!" Audrey terdengar salah tingkah karna ucapan Aidan tersebut sampai ia langsung jalan menuju pintu masuk.
"helm-nya dong sayang!" teriak Aidan yang membuat hampir semua orang melihat kearah mereka.
Audrey memejamkan matanya karema malu akan kelakuan bodohnya karna lupa melepas helm ditambah ia harus menguatkan hati untuk bisa bersikap sewajarnya didepan Aidan.
Audrey berjalan mengarah Aidan dan memberikan helmnya tersebut. Aidan menaruh helm dan Audrey merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan.
"yuk!" ajak Aidan smabil menggandeng tangan Audrey.
Audrey hanya diam mencoba mencerna hal itu. Tangannya terasa dingin karena gugup. Aidan mengetahui hal itu hanya tertawa kecil.
Didalam supermarket tersebut, Audrey mencari bahan-bahan yang akan dibutuhkan untuk membuat cookiesnya. Aidan yang tak tau menau tentang hal dapur hanya mendorong troli sambil memperhatikan Audrey yang sibuk mencari bahan-bahan.
Satu persatu Audrey memasukan bahan-bahan kedalam troli, sedangkan Aidan setia mendorong troli di belakang Audrey. Aidan terhenti saat melihat Audrey yang mendadak berhenti. Aidan yang bingung langsung menghampiri Audrey.
Tetlihat Audrey diam mematung melihat kearah depan, Aidan melihat kearah tersebut yang terdapat keluarga sedang berbelanja. Keluarga tersebut melewati Aidan dan Audrey namun Audrey masih dalam lamunan.
Dadanya terasa sakit. Sekian lama Audrey menahan rindu dan bertemu ibunya dengan keluarga yang baru. Audrey sakit hati bukan karena melihat ibunya dengan keluarga barunya, namun karena ibunya tak mengenalinya.
Audrey merasakam sakit hati yang sangat sulit dijelaskan, ia benar-benar terasa sesak.
Aidan melihat air mata Audrey yang turun itu langsung panik, ia takut ada hal terjadi kepada Audrey.
Aidan mengerutkan dahinya menepuk pundak Audrey pelan.
"you good?" tanya Aidan sambil menyema air mata Audrey dengan jarinya.
Audrey tersadarkan dari lamunannya, wajah khawatir Aidan terlihat jelas didepannya. Tapi, tangisan Audrey makin menjadi. Aidan yang belum tau ada apa dengan kejadian tersebut hanya bisa memluk Audrey dan membiarkan Audrey mengeluarkan air matanya sampai Audrey merasa lebih baik. Tak peduli dengan tatapan orang yang melihat, Aidan hanya takut Audrey mengalami hal buruk.
"maaf Dan, baju lo jadi basah." ucap Audrey sambil menyela air matanya.
"baju gue bisa kering, yang penting lo udah puas ngeluarin air mata." jawan Aidan.
Aidan tak ingin memaksa Audre bercerita, Aidan akan menunggu Audrey siap untuk bercerita kepadanya.
"mau eskrim?" tanya Aidan yang dibalas anggukan oleh Audrey.
"mau strawberry." jawab Audrey.
Keduanya langsung berjalan menuju chiller dekat kasir dimana tempat eskrim berada.
Aidan langsung meraih eskrim dengan rasa strawberry dan langsung membayarnya dnegan belanjaan yang tadi sudah mereka masukan kesalam troli.
Setelah membayar mereka langsung mencari tempat duduk untuk menikmati eskrim mereka itu.
"tadi nyokap gue," ucap Audrey sambil melahap eskrim miliknya. "sama keluarga barunya." sambung Audrey.
Aidan tak ingin menjawan sebelum Audrey menyelesaikan ceritanya tersebut.
"bokap nyokap cerai dari gue SD, dan ini pertama kali gue liat nyokap gue lagi setelah 8tahun gak ketemu." jelas Audrey, "gue sedih bukan karena liat dia sama keluarga baru, bahkan gue seneng kalo tau dia punya keluarga lagi. Tapi pas gue tau dia ga ngenalin gue, it's another level of pain. sakit." sambung Audrey.
"gue ikut bokap, karna nyokap gak kuat sama gue yang selalu gampang sakit. Tapi bokap juga gak bisa ngurus gue yang selalu gampang sakit, sampai dimana dia izin buat nikah lagi. Gue seneng tapi khawatir juga, khawatir waktu yang bokap gue kasih berkurang, tapi gue gak mau egois, gue mau bokap seneng dan gue ngizinin bokap buat menikah" jelas Audrey.
"maaf gue jadi oversharing sama lo." tutur Audrey.
"Au, gue gak bisa bantu apa-apa, tapi kuping gue selalu ada buat denger cerita lo, pundak gue selalu ada buat sandaran lo." balas Aidan.
Audrey tersenyum melihat lelaki didepannya itu, Audrey melihat ketulusan ada dimata Aidan. Namun, Audrey masih takut untuk memulai, takut seperti cerita lama ia dengan Mahendra.
✨✨✨
Audrey dan Aidan sudah sampai didepan rumah milik keluarga Aidan. Rumah bernuansa putih coklat dengan dua lantai yang dihiasi banyak tanaman membuat terlihat rumah ini damai.
Aidan menuntun tangan Audrey masuk kedalam rumah dan memperknalkan kepada Sofie, ibundanya.
"mimaaaa" teriak Aidan kecil, Audrey yang mendnegar itu tersenyum tipis karena terdengar seperti anak kecil.
"iyaaa sayaang?" jawab Sofie lembut.
Sofie yang keluar dari dapur, sedang menakai apron dan sarung tangan dengan wajah terkena tepung.
"ini Aidan bawain menantu." jawab Aidan. Audrey mendengarnya hanya menyikut perut Aidan yang membuat Aidan meringis kesakitan.
"eh alah, ini yang namanya Audrey? cantik gini ko mau sama Aidan? pake pelet ya kamu?" ledek Sofie dengan nada suara khas sunda.
"Aidan cowo dengan kegantengan yang berlebih gini gak pake pelet lah, ini juga Audrey yang suka sama Aidan duluan." jawab Aidan bangga. Sekali lagi, Aidan mendapatkan sikutam dari Audrey.
"aduh males banget kalo udah mode pede gini," ucap Sofie, "mending langsung ajarin tante yuk? tante bikin ko malah kaya batu ya keras." sambung Sofie sambil merangkul pundak Audrey menuju dapur.
Aidan melihat itu hanya menhukirkan senyum tipisnya dan memgikuti dari belakang sambil membawa kresek berisi bahan-bahan yang sudah mereka beli tadi.
"perbandingan tepung sama butter 2:1 tan, biar ga keras." tutur Audrey.
"eh tante kira banyakin tepung biar jadi
banyak, soalnya adiknya Aidan suka banget cookies kamu kemarin jadi tante mau bikin banyak." jawab Sofie.
"oh Aidan punya adek?" batin Audrey.
"ini bahan-bahannya ya," ucap Aidan smabil menaruh keresek berisi bahan keatas meja. "Aidan mau ke Shela dulu." sambung Aidan.
"iya sana, tadi adik kamu udah nyariin." jawan Sofie.
Aidan pun menuju kamar Shela. Sedangkan Sofie dan Audrey mulai untuk membuat cookies.
Tak butuh lama membuat cookies, karena hanya tinggal memasukan bahan basah ke bahan kering kemudian memberikam topping dan panggang di oven.
harum wangi cookies menjajah seluruh ruangan di rumah ini. Wanginya sampai membuat Aidan dan Shela turun dari kamar Shela menuju dapur.
"wangi apa ini?" tanya seorang lelaki dengan nada berat sambil mencium Sofie.
"eh papah udah pulang?" tanya Sofie.
"loh ini siapa?" tanya Aditya.
"calon menantu papah." jawab Aidan dari belakang, yang dibalas tatapan tajam dari Audrey.
"jangan mau ya, Aidan kalo tidur ngorok soalnya." ledek Aidtya sambil berjalan menuju luar dapur.
"enak aja!" jawab Aidan tak terima.
Terlihat wanita paruh baya yang mungkin umurnya sudah hampir 50an datang menuju dapur namun di cegat Aidan.
"mau kemana si princess? buru-buru banget." tutur Aidan kepada perempuan.
"syut ah si aden mah jail." ucap perempuan itu.
"bu, mau di hidangin makan malam sekarang? si bapa udah pulang soalnya." tutur mbok yang sudah bekerja dengan Aidan dari lama.
"boleh mbok, nuhun mbok." tutur Sofie.
"yuk kita ke meja makan." ajak Sofie kepada Audrey.
Audrey pun mengikutinya begitupula dengan Aidan.
Terlihat seorang perempuan dengan rambut lurus sedang duduk di meja makan sambil menundukan rambutnya, wajahnya terlihat pucat.
Aidan mencium kepala perempuan itu, sepertinya itu adiknya. Shela.
"Shela, kenalin ini Audrey," tutur Aidan lembut "pacar a Aidan." sambungnya.
Shela menatap Audrey dengan tatapan kosong, sedangkan Audrey memberikan senyum terbaiknya itu langsung luntur karna ditatap seperti itu oleh Shela.
"Shela kalo sama orang baru emang gitu, pemalu." tutur Sofie yang dibalas anggukan paham oleh Audrey.
"Audrey satu kampus sama Aidan?" tanya Aditya.
"iya om, satu jurusan juga." jawab Audrey.
"suka males ngerjain tugas gak dia?" tanya Aditya.
"cowo rajin dan pinter kaya Aidan gak mungkin gak mgerjain tugas." celetuk Aidan yang dibalas tatapan malas dengan keluarganya, mungkin mereka terbiasa dengan Aidan yang memiliki sifat percaya diri yang tinggi.
Di meja makan ini, Audrey merasakam kehangatan keluarga setelah sekian lama ia tidak merasakannya lagi. Dimulai dengan Sofie yang memberikan nasi dan lauk di piring Audrey, bahkan Aidtya juga memberikan Audrey segelas air mineral. Audrey imgin meneteskan air matanya namun ia masih mampu untuk menahannya.
Setelah selesai makan, mereka mencicipi cookies buatan Audrey dan Sofie sebagai makanan penutup. Shela yang sedaritadi diam pun mulai mengangkat kepala dan sedikit tersenyum saat mencoba cookiesnya.
Sambil melahap cookies, mereka berincang mengenai hari seperti apa yang mereka lalui. Audrey sangat merindukan momen kumpul keluarga seperti ini, ia samgat berterimakasih kepada Aidan dan keluarganya karna sudah mengizinkan Audrey berada disini.
Tak terasa, jarum jam sudah menunjukam pukul 10 malam. Mereka sangat asyik berbincang, bahkan Audrey yang awalnya malu menjadi nyaman karna keluarga Aidan samgat terbuka. Shela pun tadi memuji cookies buatannya dan Audrey senang mendengar pujian dari mulut Shela yang banyak diam itu.
"om, tante. Audrey pamit ya." pamit Audrey kepada Aditya dan Sofie.
"iya sayang, hati-hati ya." jawab Sofie.
"sering-sering kesini ya, Audrey." tutur Aditya.
"hati-hati kak." ucap Shela.
"bawa mobil papah aja, udah malem." ucap Aditya kepada Aidan sambil memberikan kunci mobil tersebut.
Aidan pun menuruti Aditya, ia tidak ingin Audrey terkena angin malam juga.
✨✨✨
Didalam mobil, Audrey berdiam mengingat momen tadi. Senyum Audrey terukir di bibirnya.
"cantik." tutur Aidan.
Audrey mengerutkan dahinya bingung.
"lo cantik kalo senyum." sambung Aidan.
Audrey hanya memutarkan bola matanya malas mendengar gombalan dari mulut Aidan.
"gue udah lama gak ngerasain kehangatan keluarga kaya tadi. Gue kangen itu dan gue bisa dapetin itu dari keluarga lo, thank you Aidan." tutur Audrey.
"keluarga gue, keluarga lo juga." jawab Aidan, "kan ntar kita nikah." sambungnya.
Audrey memberi pukulan yang mendarat di lengan Aidan karena ia selalu berbicara asal.
"oiya, gue juga makasih karna lo bisa nyambung sama Shela." tutur Aidan.
"Shela dulu sama kaya keluarga gue yang lain, ngomong terus. Tapi, Shela ngalamin hal yang berat, dia di lecehin sampe dia trauma dan jadi pendiem. Shela gak pernah bilanh siapa pelakunya karna dia terlalu takut. Keluarga gue nyoba bawa Shela ke psikolog buat cerita dan biar ditangani sama yang profesional, tapi ya dia tetep gak bilang pelakunya siapa." sambung Aidan.
"sorry for hear that." jawab Audrey.
"thats why gue khawatir lo jalan sendiri, bahkan pas di taxi online itu gue marah banget karna inget Shela." balas Aidan.
"gue gak mau cewe yang gue sayang kenapa-kenapa lagi, gue udah cukup gagal jaga Shela, jangan sampe gue gagal jagain lo." sambung Aidan.
"lo kayanya kalo sehari ga gombal meriang ya?" tutur Audrey.
Aidan meminggirkan mobilnya ke tepi jalan untuk menatap mata Audrey.
"gue gak gombal, ini tulus tau." jawab Aidan sambil menyentuh hidunh Audrey.
"gue gak gini ke cewe lain, gue gini doang ke lo, Audrey Kayla." sambung Aidan.
Nafas Audrey terasa terhenti dan jantungnya terasa berdegub kemcang mendengar ucapan Aidan dan mata Aidan yang menatap matanya dengan tatapan tulus.
Audery merogoh tas mencari sesuatu.
"inhealer gue mana ini? gue asma ini wei." tutur Audrey yang masih sibuk mencari inhealernya.
Aidan hanya tertawa sambil menggelangkam kepala kemudia lamjut mengendarai monilnya menuju apartemen Audrey.
to be continued