Mon Alpha {Fem!Dom}

By Typhoon_Gyueno

68.5K 10.2K 2.1K

[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Seong Taehoon, seorang omega male yang tak pernah menyangka bahwa dirinya akan... More

Une
Deux
Trois
Quatre
Cinq
Six
Sept
Huit
Neuf
Dix
Onze
Douze
Treize
Quatorze
Quinze
Seize
Dix-sept
Dix-huit
Dix-neuf
Vingt
Vingt-et-un
Vingt-deux
Vingt-trois
Vingt-quatre
Vingt cinq
Vingt-six
Vingt sept
Vingt-huit
Vingt-neuf
Trente
Trente et un
Trente deux
Trente-trois
Trente cinq
Trente-six
Trente Sept
Trente-huit
Extra Part - Calon Mertua
Extra Part - Ngidam
Extra Part - Just a Little
Extra Part - Gigit
Extra Part - Ngidam (2)

Trente Quatre

1.1K 199 66
By Typhoon_Gyueno

Jangan lupa vote

Happy Reading

"Gyeoul bodoh!"

Taehoon memaki. Kedua kakinya berpacu dengan waktu, menembus lautan insan menuju kegelapan yang menanti di depan matanya.

Dia menggembara, memasuki setiap tempat-tempat hitam demi menemukan keberadaan Gyeoul yang menghilang bagai ditelan bumi. Ia risau bercampur gerun tatkala memori memutar rekaman tadi pagi.

"Sudahlah berhenti."

"Kenapa? Kau takut?"

Gyeoul tersenyum miring lalu mundur beberapa langkah. "Tentu tidak, buat apa takut denganmu? Aku lebih takut ditinggal Taehoon kawin daripada mati di tanganmu," timpalnya seraya melirik kekasihnya yang merona.

Taehoon mengumpat, merutuk dalam hati karena ucapan Gyeoul yang tak mengenal tempat dan situasi. Lalu ia memirsa, menilik Dowoon yang mengeraskan rahangnya. Pemuda itu telah dimakan amarah, siap meledak tatkala api mematik.

"Nanti malam—" Gyeoul menggantungkan ucapannya, membuat Taehoon dan Dowoon mengernyit bingung dimakan keki.

"Kau pergi ke gang yang aku beritahu nanti. Di sana, kau bebas mau melakukan apapun! Termasuk membunuhku," jelas Gyeoul sembari menyeringai.

"Itupun kalau kau mampu," lanjutnya.

Dowoon menggeram, gigi-giginya saling beradu, mencerminkan api merah yang berkobar dalam dirinya. Dia paling tak senang diremehkan. Taehoon tahu hal itu lantaran pemuda tersebut sering menunjukkan emosi tatkala bersamanya.

"Aku terima tantanganmu nanti malam, siap-siap mati!" ucapnya dengan napas memburu.

Gyeoul terkikik pelan lalu mengangguk. Membuat Taehoon yang menatap dari kejauhan mendadak gusar.

"Sial, gang yang mana, sih?"

Taehoon bertanya pada diri sendiri seraya mengedarkan pandangan. Menelisik satu per satu gang yang dilaluinya. Ia tadi siang sempat bertanya kepada Gyeoul tentang lokasi yang akan digunakan gadis itu untuk bertarung.

Namun kekasihnya justru tersenyum, mengusap kepalanya lembut sebelum menggendongnya ke kamar. Gadis itu memakannya, membuatnya lumpuh di ranjang untuk sementara waktu. Meskipun pada akhirnya, Taehoon tetap bisa bergerak, menyusul Gyeoul yang sudah lebih dulu menuju lokasi.

Pada awalnya ia memang berniat mengekori. Akan tetapi kecepatan Gyeoul tak mampu diimbanginya. Kekasihnya sangat lihai, bahkan mampu mengebalui pandangannya yang berusaha fokus mengejar langkahnya.

Tiba-tiba Taehoon teringat dengan sebuah gang yang hampir mustahil dilewati masyarakat. Tempat itu terkenal seram nan angker. Konon katanya lokasi tersebut pernah terjadi sebuah pembunuhan yang menewaskan belasan remaja.

Maka dari itu masyarakat gemang melewati gang tersebut. Memilih memutar daripada menapak kaki ke area terlarang. Tak masalah jikalau jarak tempuhnya melebar. Itu lebih baik dibanding bertemu malapetaka yang menghantui.

Taehoon pun bergegas ke sana, berharap intuisinya tak salah dalam menunjuk. Dia tak ingin waktunya kembali terbuang sia-sia lantaran berkelana ke segala tempat. Ia lelah, tenaganya berangsur-angsur lenyap dimakan asa.

Namun semangat juangnya tak pernah luntur darinya. Ia pun menambah kecepatan kemudian berbelok ke kiri setelah melihat papan nama gang tersebut. Akhirnya dia berhasil menemukan tempat  ini dan disambut oleh cahaya remang-remang yang menyinari.

Tak lama kemudian suara tangkisan pedang menyapa gendang telinganya, membuat dadanya bergemuruh tiba-tiba. Dia semakin menambah kecepatan lalu berhenti saat kedua netra coklatnya menangkap gambar sekumpulan badut yang mengepung seorang gadis.

Rahangnya pun mengeras seiring raksa yang meninggi. Dia menggeram, mengepalkan kedua tangannya tuk meredam emosi yang semakin memuncak. Ia hendak menerjang. Lamun penglihatan merekam adegan sadis yang membuat isi lambungnya bergejolak.

"Umph—" Taehoon menutup mulutnya saat kedua netranya menilik Gyeoul yang mencongkel mata salah satu badut. Lalu memasukkannya ke mulut musuh yang langsung dia tendang agar bola mata tersebut masuk ke dalam kerongkongan lawan.

Dia tidak kuat melihat pemandangan berdarah yang merusak mental. Namun ia tak mampu mengalihkan pandang sedikitpun dari adegan itu. Taehoon terus memirsa hingga kelesah menelan jiwanya.

Kepalanya pun berdenyut. Pandangannya mengabur tatkala menangkap air muka Gyeoul yang nampak gembira saat ini. Wajah gadis itu dilumuri cairan merah anyir yang menambah kesan baddas di durjanya.

Hei..

Sebuah suara menyapanya. Ia pun menoleh, memandang sekeliling guna mencari seseorang yang memanggil.

Ck.. aku malas menjelaskan pada orang bodoh. Tapi izinkan aku mengambil alih tubuhmu.

Taehoon terhenyak. Tubuhnya tiba-tiba terhuyung bagaikan kapal yang terombang-ambing di tengah laut.

Maaf..

Kesadarannya perlahan terkikis setelah mendengar ucapan singkat dari sang pemilik suara misterius. Dia pun jatuh ke alam bawah sadarnya, membiarkan jiwa lain mengambil alih raganya tuk sementara waktu.

🍃🍃🍃

Rose terperanjat. Langkahnya goyah tatkala indra pendengarannya memerangkap suara orang terjatuh. Dia pun mengendus, mencoba mengenali aroma kayu manis dan karamel yang merasuk ke hidungnya.

"Mate.." gumamnya saat mengenali si pemilik gangsi.

Srashh..

Pedang terayun dari sisi kanannya, menuai sayat di bahu kanannya. Rose menggeram, memegang luka yang timbul di raganya.

"Sial..!" umpatnya seraya melompat, mengambil jarak di antara musuh yang mulai membabi buta.

Mereka memanfaatkan kelengahan Rose tuk menyerang. Lamun gadis itu memiliki refleks bagus yang mampu mengelak secepat kilat dari serangan musuh. Kemudian dia menyerang secara efisien dan efektif, yang membuatnya tak perlu mengeluarkan banyak tenaga tuk membidas.

Setelah itu ia mengedarkan pandang, menangkap sosok pemuda berambut coklat yang melangkah mendekat. Kedua matanya pun sontak membulat tatkala salah satu komplotan badut berlari ke arah kekasihnya sambil mengayunkan katana. Rose kembali lengah lantaran gusar, membuat Dowoon memanfaatkan kesempatan emas tersebut untuk membidik.

Dorr.

Dowoon melesatkan sebuah peluru yang berhasil mendarat tepat di lengan kanan Rose. Lantas ia menyeringai, menikmati raut wajah gadis itu yang nampak menahan lara.

"Ssh— payah!" maki Rose seraya memirsa lengan kanannya yang menjadi sarang peluru. Lalu kedua manik hitamnya menatap tajam Dowoon yang menyeringai senang.

Dia menggeram lantas melesat secepat kilat ke arah Dowoon yang langsung dibentengi oleh dua badut. Rose berdecih. Ia merasa dipermainkan lantaran pemuda itu menyerang di balik perlindungan.

Rose pun mengayunkan katana, menebas kepala salah satu badut yang menyerangnya dengan sebilah pisau. Lalu ia melompat, hendak membelah tubuh badut lainnya dari atas ke bawah. Namun sebuah suara yang memekakkan telinga membuat niatnya sirna.

"Arghh.. ampun.."

Rose menoleh, memandang seorang badut yang merintih kesakitan saat salah satu matanya dicongkel dengan ganas. Ia tak percaya terhadap penglihatannya. Lamun pemandangan yang dilihatnya benar-benar nyata, bukan delusi semata yang menipu.

Di penglihatannya saat ini, ia merekam Taehoon yang tengah mencongkel mata musuhnya dengan jari-jari lentiknya. Lalu dia menangkap seringai keji dari kekasihnya yang nampak menikmati aksi liarnya.

"Om.. kok sudah teriak-teriak? Padahal baru ku congkel bola matanya," ucap Taehoon saat melihat korbannya merangkak mundur.

Dia mengerucutkan bibirnya lalu mengambil katana yang tergeletak di bawah kakinya. Ia tersenyum, mengayunkan benda itu secara asal-asalan. Lalu bertanya dengan manis, "Ini gimana cara mainnya?"

Tiada satupun yang menjawab. Membuat Taehoon menggerutu lalu mengayunkan bilah katana ke arah badut yang tercongkel sebelah matanya.

"Seperti ini bukan?"

Kepala badut tersebut menggelinding. Cairan merah yang muncrat dari lehernya mengotori baju yang Taehoon kenakan. Si empuh pun mengernyit risih lalu tersenyum saat sensasi nikmat membakar raganya.

"Bukan seperti ini ya.." katanya.

Kemudian dia melirik ke arah satu badut yang berlari ke arahnya. Mencetak seringai keji yang membuat darah siapapun berdesir tatkala melihatnya.

Taehoon melesat, menusukkan ujung katana-nya pada perut sang target. Ia pun menyeringai lalu menggerakkan nikahnya ke atas, membelah kepala mangsanya hingga terbagi menjadi dua.

"Begini, bukan?" Ia bertanya sambil berpaling, menatap sekumpulan badut yang mati kutu dibuatnya.

Rose terperangah, menatap paras manis Taehoon yang bernoda merah. Lalu tersenyum saat mate-nya menjilat cairan lengket di sudut bibirnya dengan seringai yang tercetak jelas di durjanya.

"Hei.. mau mati, nggak?"

Taehoon membarui slogannya sembari mengibaskan katana-nya ke atas dan ke bawah. Membuat cairan merah berbau anyir memercik kemana-mana. Dia terlalu menikmati polahnya hingga tak menyadari tatapan kagum Rose yang terarah kepadanya.

Setelah itu ia menatap Dowoon yang membeku. Taehoon menjilat bibir bawahnya lalu melangkah, mendekat ke arah temannya yang mematung di sebrang. Sementara Rose melenyapkan nyawa badut-badut lainnya.

Dia memang mau bersenang-senang dengan menu utama. Namun kalau mate-nya menginginkannya, itu tak menjadi masalah baginya. Ia bisa mengalah lantaran asih yang berkabung di benaknya.

"Lee Dowoon," panggil Taehoon dengan nada sedingin es. Membuat beberapa badut yang melindungi Dowoon menggigil ketakutan. Padahal mereka berhadapan dengan seorang omega.

Lamun entah kenapa aura yang dikeluarkan Taehoon sangat berbeda dari biasanya. Seolah-olah pemuda itu tengah dirasuki oleh sesuatu.

"Kau mau mati?" tawar Taehoon sembari menelengkan kepalanya ke kanan.

"Tenang. Aku akan menghias tubuhmu supaya layak ke alam lain ^^.." lanjutnya dengan eye smile terukir di wajahnya.

Taehoon memang tersenyum. Akan tetapi itu senyum mematikan yang pernah Dowoon lihat seumur hidup. Membuat darah dalam tubuhnya bergejolak, menahan cuak yang merembes ke dalam jiwa.

Taehoon manis, tapi menyeramkan.

Cantik, tapi membinasakan.

Kali ini nyawa Dowoon benar-benar seperti telur yang berada di ujung tanduk.

Bersambung...

Ciahh. Jiwa omeganya Taehoon udah muncul!! Kira-kira gimana tanggapan kalian tentang jiwa omeganya Taehoon?

Semoga suka dengan part ini. Sorry part balas dendamnya panjang banget. Si Dowoon bawa kacungnya kelebihan kapasitas

Continue Reading

You'll Also Like

9.3K 2.1K 20
🎈follow dulu sebelum baca Gyeoul sering ke arcade game. Sayangnya di sana dia nggak main apa-apa. Ia datang hanya untuk melihat cowok yang ditaksirn...
198K 10.3K 29
[a femdom story with sex, 17+] Joshua, seorang alpha pendiam yang tidak suka mencari masalah harus berurusan dengan Adena, seorang wanita yang sangat...
403K 20.2K 31
[ a femdom story with sex, 17+, mpreg, interseks] sebuah kontrak pernikahan akhirnya mengikat Jordan kepada Venya, menjadi seorang interseks dengan V...
40K 2.7K 26
Mempunyai fisik yang bisa dibilang tidak normal bagi remaja laki-laki pada umumnya, membuat Kellen pasrah menerima diperlakukan kasar dan dihina bany...