Tandai typo...
Satu vote kalian sangat berarti bagi author 😘
Happy reading!!
••°••
Pagi ini Zhea sudah pulang dari rumah Aril, wajahnya terlihat kusut dengan lingkar dibawah matanya yang menghitam.
"Babe maafin aku yah" ucap Aril yang kesekian kalinya.
"Kalau kamu bilang maaf terus, aku marah sama aku" ujar Zhea yang sudah bosan mendengar kata maaf dari Aril, padahal dari tadi malam juga ia sudah bilang tidak apa-apa.
"Iya babe enggak" jawabnya seraya merangkul bahu Zhea.
"Kamu kekamar bang Lando aja sana, aku mau tiduran bentar" ujar Zhea membuat Aril mau tak mau menuruti perintah Zhea.
Setelah Aril keluar dari kamarnya, Zhea melanjutkan tidurnya. Semalaman ia tak bisa tidur karena menangis dan memikirkan esok hari.
Sementara dilain tempat, tepatnya di kamar Lando, Aril tengah bermain ps dengan Lando. Sebenarnya Lando sangat malas, pagi-pagi bukannya tidur malah diajak main ps. Namun karena tak ingin Aril mengganggu tidurnya, mending ia temani bermain ps, lalu akan ia tinggal tidur lagi saat Zhea sudah menjemput pacarnya kembali.
"Diusir lo sama Zhea, sampai ngungsi dikamar gue" celetuk Lando memecahkan keheningan.
"Mau tidur lagi katanya" jawabnya jujur.
"Lo hari ini gak ada acara bang?" sambung Aril.
"Hari Minggu ini gue mau puas-puasin waktu gue sama Zhea. Gara-gara pacaran sama lo kan, Zhea jadi gak ada waktu buat gue" ujar Lando membuat Aril terkekeh pelan.
"Nanti orang tua gue mau kesini"
"Ngapain?" tanya Lando dengan wajah keponya.
"Nanti juga lo tahu" jawabnya.
"Mau ngelamar adek gue, lo?" kekeh Lando yang bermaksud candaan.
"Iya kayaknya"
••°••
Diruang tamu keluarga Garcia kini kedua keluarga tengah berkumpul. Sebelum kesini tadi, Tuan Fernando sudah menghubungi Daulan agar datang ke rumah Cahya.
Setelah menjelaskan kejadian tadi malam, semuanya kini hanya diam merenungi cerita tadi, hingga suara ayah Pram terdengar.
"Ini sudah dilewat batas. Dan semua keputusan ada ditangan Zhea. Kalau Zhea memang menginginkan Aril, maka kita akan melakukan pertunangan. Tapi kalau Zhea memang tidak menginginkan Aril, maka hubungan kalian cukup sampai disini" ujar ayah Pram.
"Bagaimana sama keputusan Tuan Daulan?" tanya Tuan Fernando.
"Kalau Zhea memang menginginkan pertunangan ini, maka saya akan mendukungnya" jawab Daulan seperti jawaban ayah Pram tadi.
"Gimana nak, sekarang semua keputusan ada ditangan kamu" tanya Tuan Fernando beralih pada Zhea.
"Aku setuju Om" jawabnya dengan menampakkan senyum tipisnya.
"Sekarang tinggal kita bahas kapan dan dimana acaranya akan berlangsung" ujar Mama Wanda dengan excited.
"Gimana kalau diadakan di hotel kami saja?" usul Tuan Fernando yang diangguki oleh semuanya.
"Acaranya kapan?" tanya Lando yang sedari tadi diam.
"Dua Minggu lagi barengan dengan ulang tahun Zhea?" ujar Daulan meminta pendapat.
"Oke"
Disaat yang lain membahas acara pertunangan, kedua orang yang menjalankan peran penting disini justru asik bermesraan.
"Aku gak nyangka banget babe, kalau sebentar lagi kita nikah" ujar Aril dengan senyum diwajahnya.
"Tunangan bukan nikah" ralat Zhea membuat Aril terkekeh.
"Sama aja ihh, kan habis tunangan kita nikah" ujar Aril dengan manja.
"Setelah pertunangan, pernikahannya kapan?" tanya Lando lagi.
"Karena mereka yang masih sekolah, dan tidak memungkinkan untuk melakukan pernikahan, terlebih usia Zhea baru akan 17 tahun tepat pertunangan, gimana kalau acara pernikahannya diadakan setelah mereka lulus" saran ayah Pram yang langsung mendapat anggukan semuanya.
"Untuk saat ini itu aja, nanti kita bisa persiapkan sesuai tugas masing-masing" jelas Tuan Fernando mengakhiri rapat persiapan acara.
"Diminum dulu, habis pada rapat pasti haus" kekeh bunda Cahya yang langsung mendapat kekehan dari yang lainnya.
"Mbak, apa kita akan memberi tahu keluarga Casi?" tanya Daulan dengan ragu.
"Kamu masih berhubungan sama Casi?" tanya bunda Cahya.
"Udah jarang, tapi kadang sering nanyain kabar tentang anak-anak"
"Kalau emang alasan kalian pisah karena Maria, kenapa waktu disana Zhea tidak dipublish dan dibedakan dari Kenzio?" tanya bunda Cahya. Sebenarnya ini agak sensitif, tapi ia harus menanyakan ini agar lebih jelas.
"Ini semua rencana Ria, bahkan dia menyuruh orang menghancurkan salah satu perusahaan Casi buat gertak dia agar Zhea gak dipublish"
"Kalau memang mereka mau datang silahkan, mbak gak berhak nyegah ibu kandung Zhea buat ngehadirin pertunangan anaknya sendiri" jawab bunda Cahya dengan sedikit tak suka. Karena jujur, ia masih ingat saat mendapat laporan dari anak buahnya yang ia suruh mengawasi Zhea, tentang perlakuan mereka terhadap Zhea.
"Nanti coba aku hubungi lagi mbak"
Zhea hanya tersenyum miris pada dirinya sendiri, kalau memang ini rencana Maria, kenapa akting mereka sangat bagus, bahkan terlihat sangat real kalau mereka memang tak menginginkannya.
Cup
"Gak boleh sedih babe, kan ada aku yang selalu ada disamping kamu" ujar Aril membuat Zhea tersenyum manis.
"Keluar yuk" bisik Zhea yang sudah malas jika pembahasan mengarah ke permasalahannya.
"Kita pamit keluar dulu ya" ujar Aril membuat semua pasang mata mengarah kearahnya.
"Ketaman depan" sambung Aril yang tahu akan tatapan mereka.
Setelah berada didepan rumah, Zhea langsung memeluk Aril. Selalu pelukan Aril yang bisa menenangkannya untuk saat ini.
"Mau naik motor apa jalan kaki?" tanya Aril pada sang kekasih.
"Jalan kaki aja, orang dekat kok" jawab Zhea yang masih setia memeluk Aril.
"Mau aku gendong?" tanya Aril karena Zhea masih tak melepaskan pelukannya.
"Enggak usah, nanti yang lain mikirnya yang enggak-enggak lagi" ujar Zhea setelah melepaskan pelukannya.
Mereka berjalan dengan Aril yang merangkul bahu Zhea. Mereka berjalan dengan diselingi candaan yang dibuat oleh Aril.
"Kamu tahu nggak, kalau dulu itu aku cuek banget" celetuk Aril.
"Kamu udah pernah cerita" sahut Zhea dengan nada datarnya. Pasalnya dulu, saat mereka belum pacaran tapi sudah dekat, Aril pernah menceritakan masa lalunya, termasuk sifat cueknya yang mencair karena seseorang, dan saat itu Zhea merasa sangat tak suka saat Aril menceritakan masa lalunya. Bahkan Aril terlalu jujur saat bercerita dengannya.
"Tapi aku lebih suka meluluhkan hati seseorang dari pada hati aku yang dingin diluluhin sama seseorang" ujar Aril dengan senyum diwajahnya.
"Kayak aku ke kamu, ibaratkan aku udah-"
"Udah deh diam, orang gak nyambung kayak gitu" sela Zhea cepat.
"Babeee kok marah sih" ujar Aril dengan mata berkaca-kaca.
"Aku tuh males banget kalau kamu udah ngomongin masa lalu kamu" ketus Zhea membuat Aril langsung mengecupi pipi Zhea.
"Maaf babee" ujar Aril dengan tulus.
"Hmm"
"Babee jangan cuekin aku dong" rengek Aril.
Zhea hanya diam, tak menanggapi rengekan Aril. Sebenarnya Zhea tak marah beneran dengan Aril, cuma ia sedikit kesal.
"Zheee!"
Sontak, Zhea dan Aril menoleh ke sumber suara. Aril langsung mendengus saat melihat orang yang memanggil nama Zhea.
"Gak disekolah, gak dirumah, gak dijalan buciinnnn aja kerjaannya kalian tuh" dumel Imelda yang tadi menyapa Zhea.
"Iri lo?" sewot Aril membuat Imelda mencak-mencak sendiri.
"Idih, gue iri sama lo? Enggak lah yaw, lagian tuh lihat tuh bang Rayen udah perfect gitu buat dijadiin suami" ujar Imelda dengan menunjuk bang Rayen yang tengah membawa satu kresek jajanan.
"Katanya Abang, kok suami?" tanya Zhea.
Imelda yang mendengarnya hanya cengengesan tak jelas.
"Dek ini pesenan kamu" ujar Rayen menyodorkan pesanan Imelda tadi.
"Kita pamit dulu" ujar Aril yang langsung mendapatkan anggukan dari kedua orang tersebut.
"Babee jangan marah lagi yah" ujar Aril memecahkan keheningan.
"Iya"
"Mau aku beliin jajan?" tawar Aril yang mendapat gelengan oleh Zhea.
"Udah kita duduk aja" ujar Zhea seraya menyandarkan kepalanya pada dada bidang Aril.
"Pusing hmm?"
"Pengen peluk kamu aja"
••°••
Hay gays gimana sama part ini?
Jangan lupa tinggalkan jejak vote and comen!!
Follow juga akun Author.
Next gak nih?