Interaction | ๐‹๐Ž๐Ž๐Š๐ˆ๐’๐Œ

By donuthja

70.8K 10.5K 704

ใ€Ž ๐—ช๐—”๐—ฅ๐—ก๐—œ๐—ก๐—š KATA KATA KASAR, SPOILER, 18+ ใ€ : ฬ—ฬ€โž› ๐—Ÿ๐—ผ๐—ผ๐—ธ๐—ถ๐˜€๐—บ๐—™๐—ฎ๐—ป๐—ณ๐—ถ๐—ฐ๐˜๐—ถ๐—ผ๐—ป.๐—ฐ๐—ผ๐—บ [Name] [Surn... More

-ห‹ห ๐‚๐‡๐€๐๐“๐„๐‘ ๐Ž๐๐„ หŽหŠ-
-ห‹ห ๐‚๐‡๐€๐๐“๐„๐‘ ๐“๐–๐Ž หŽหŠ-
-ห‹ห ๐‚๐‡๐€๐๐“๐„๐‘ ๐“๐‡๐‘๐„๐„ หŽหŠ-
-ห‹ห ๐‚๐‡๐€๐๐“๐„๐‘ ๐…๐Ž๐”๐‘ หŽหŠ-
-ห‹ห ๐‚๐‡๐€๐๐“๐„๐‘ ๐…๐ˆ๐•๐„ หŽหŠ-
-ห‹ห๐‚๐‡๐€๐๐“๐„๐‘ ๐’๐ˆ๐— หŽหŠ-
-ห‹ห ๐‚๐‡๐€๐๐“๐„๐‘ ๐’๐„๐•๐„๐ หŽหŠ-
-ห‹ห ๐‚๐‡๐€๐๐“๐„๐‘ ๐„๐ˆ๐†๐‡๐“ หŽหŠ-
-ห‹ห ๐‚๐‡๐€๐๐“๐„๐‘ ๐๐ˆ๐๐„ หŽหŠ-
-ห‹ห๐‚๐‡๐€๐๐“๐„๐‘ ๐“๐„๐หŽหŠ-
-ห‹ห ๐‚๐‡๐€๐๐“๐„๐‘ ๐„๐‹๐„๐•๐„๐ หŽหŠ-
-ห‹ห ๐‚๐‡๐€๐๐“๐„๐‘ ๐“๐–๐„๐‹๐•๐„ หŽหŠ-
-ห‹ห ๐‚๐‡๐€๐๐“๐„๐‘ ๐“๐‡๐ˆ๐‘๐“๐„๐„๐ หŽหŠ-
-ห‹ห ๐‚๐‡๐€๐๐“๐„๐‘ ๐…๐Ž๐”๐‘๐“๐„๐„๐ หŽหŠ-
-ห‹ห๐‚๐‡๐€๐๐“๐„๐‘ ๐…๐ˆ๐•๐„๐“๐„๐„๐หŽหŠ-
-ห‹ห๐‚๐‡๐€๐๐“๐„๐‘ ๐’๐ˆ๐—๐“๐„๐„๐หŽหŠ-
-ห‹ห๐‚๐‡๐€๐๐“๐„๐‘ ๐’๐„๐•๐„๐๐“๐„๐„๐หŽหŠ-
ห‹ห๐‚๐‡๐€๐๐“๐„๐‘ ๐๐ˆ๐๐„๐“๐„๐„๐หŽหŠ
-ห‹ห ๐‚๐‡๐€๐๐“๐„๐‘ ๐“๐–๐„๐๐“๐˜ หŽหŠ-

-ห‹ห๐‚๐‡๐€๐๐“๐„๐‘ ๐„๐ˆ๐†๐‡๐“๐„๐„๐หŽหŠ-

1.5K 231 22
By donuthja

Jika memang bisa, aku lebih memilih tak mengenalmu❞

· · ─────·本·───── · ·

"Apa?" [Name] mengangkat alisnya, bertanya untuk memastikan lawan bicara nya. Tangannya yang memegang payung di cengkram, kesal setengah mati dengan Jiho. Orang ini tidak kapok juga, ya?

Jiho mencari nya dengan keadaan telanjang dan darah di tubuh pemuda itu. Sambil menangis nangis, Jiho memohon pada [Name] untuk meminjamkannya uang.

[Name] tentu saja kesal, sudah salah berjudi malah mau meminjam uang dari dirinya, uang dalam jumlah besar pula.

"Tolong aku, [Name]. . Aku mohon," Ucap Jiho sambil berlutut dan menangis. [Name] menghela nafas, "Sudah berapa banyak hutang mu karena judi?"

"Banyak, kan? Bagaimana kau akan melunasi nya? Berjudi lagi?"

"A— aku berjanji akan mengembalikan nya . . Tolong kali ini saja, [Name]. Aku sudah menang 100 juta, nanti langsung ku ganti kalau sudah cair . ."

[Name] berdecak, Jiho kenapa tidak mengerti juga sih? "Dengar, kau itu di permainkan. Dari awal, mereka menargetkan orang seperti dirimu untuk menghasilkan uang. Awal nya saja mereka membiarkan mu menang, lalu setelah kau merasa bisa kau di jebak. Sadarlah, mereka sengaja membuat mu kalah." Gadis itu melirik ke bawah, Jiho bergetar hebat. Air matanya mengalir semakin deras, Jiho meraung dengan keras.

"Aku sudah memperingatkan mu, kan? Seharusnya kau mendengarkan ku . ." [Name] berjongkok, menghalau rambut yang menutupi sebagian wajah Jiho. Sambil tersenyum, [Name] berbicara dengan suara lembut. "Ini salah mu, Jiho. Salah mu karena berjudi dan tidak mendengarkan ku. Sekarang kau menyesal, kan?"

Jiho mengangguk ribut, menatap [Name] dengan tatapan menyesal. Sayangnya, [Name] tidak peduli. Siapa suruh berjudi?

"Kau berjanji akan bertobat dan berhenti berjudi?"

"I — iya! Aku berjanji, aku berjanji!"

"Baiklah, akan ku bantu. Tapi, kalau berulah lagi, kau siap menerima konsekuensinya, kan?" Jiho mengangguk dengan senyum bahagia. Akhirnya! Akhirnya dia selamat. Akhirnya ada yang bisa menyelamatkan nya. [Name] memang baik, sangat baik. [Name] juga berteman dengan dirinya, sudah diri nya duga [Name] adalah teman terbaiknya.

"Katakan bahwa kau siap menerima konsekuensinya bila berulah lagi," Ucap [Name] dengan intonasi pelan sambil mengelap darah di hidung pemuda di depannya yang masih mengalir.

"Aku berjanji a — akan menerima konsekuensinya apapun itu bila membuat masalah lagi. Tolong bantu aku . . Aku mohon." Jiho memohon dengan putus asa.

[Name] mengangguk puas, lalu kembali berdiri. "Bagus, ku pegang janji mu. Ke depannya jaga sikap, okay? Pergilah ke Supermarket tempat Hyungseok bekerja. Kau akan di bantu disana. Aku akan membantu mu dari belakang." [Name] tersenyum sambil melambaikan tangannya pada Jiho. Kedua tangan nya di satukan memperjelas bahwa dia sedang memohon.

Senyuman Jiho semakin lebar mendengar itu. Kepala nya di benturkan ke tanah berulang kali, berterimakasih dalam posisi sujud. "Terimakasih! Terimakasih, [Name]!" Jiho kemudian berlari tertatih tatih ke Supermarket tempat Hyungseok bekerja. Ah, memang hanya [Name] yang bisa dia percaya.

"Apa anda tidak terlalu kejam, Nona?" Tanya Hwan begitu [Name] masuk ke dalam mobil. Pemuda itu menatap kepergian Jiho yang sedang berlari menerjang hujan dimalam hari.

[Name] terkekeh, "Bukan aku, Hwan. Tapi orang itu, kau tahu kan? Ini hanya upaya ku untuk hidup dengan tenang tanpa gangguan," Ucap [Name] dengan santai sambil mengelap tangannya dengan tisu basah.

"Anda benar benar akan membantu Jiho dari belakang?"

"Tidak juga. Walau masalah hutang nya lunas, Jiho akan tetap masuk penjara."

"Tapi anda bilang akan membantu nya . .?"

"Bahkan kalau aku tidak ada, Jiho akan di bantu oleh Hyungseok. Kau tahu 10 Jenius, kan? Nah, salah satu dari mereka yang akan membantu nya."

"Jadi anda . . berbohong?"

"Hwan, kau tidak percaya padaku?" [Name] menatap Hwan, menampilkan wajah sedih nya. Hwan menggigit bibirnya, tidak. Nona nya tidak pernah salah, diri nya juga selalu percaya pada Nona nya.

"Bukan begitu, Nona. Hanya saj—"

"Sudahlah, ayo ke apartemen ku. Kau tidur di sana selama beberapa hari saja. Dasar, DG sialan itu pasti masuk lagi ke dalam." [Name] berdecak, tidak suka bila seseorang menganggu tempat pribadi nya. Begini begini, [Name] itu orang yang sangat menghargai privasi, tahu!

"Kalau DG tahu, bagaimana Nona?" Tanya Hwan sambil mulai menjalankan mobil nya. Yah, dia suka ide itu. Tidur satu ruangan lagi? Ini kesukaan nya. Dia bisa menatap Nona nya yang sedang tertidur tanpa gangguan siapapun. Dan juga, Nona nya sangat cantik bahkan saat tertidur.

"Biarkan saja, biar dia panas sendiri."

"Baik, Nona. Sesuai keinginan anda." Hwan tersenyum, membayangkan akan menghabiskan waktu nya dengan [Name] membuat nya sangat bahagia. Sudah cukup sabar dia melihat Nona nya dekat dengan lelaki lain. Kali ini, dia akan membuat Nona nya menjadi milik nya sepenuhnya.

Loh? Nambah lagi orang gila nya.

· · ─────·本·───── · ·

[Name] tersenyum membalas ucapan Jiho yang berterima kasih padanya. Pemuda itu senang sekali, masalah hutang nya sudah selesai. Hari ini, dia berterimakasih lagi kepada [Name] karena sudah membantu nya.

"Iya sama sama, jangan berulah lagi."
Jiho mengangguk, membungkuk dengan hormat. Senyuman di wajahnya tidak pernah luntur.

Tapi, apa benar [Name] yang membantu Jiho? Gadis itu hanya mengeluarkan kata kata manis saja.

[Name] duduk di dekat Zin, ikut bergabung dengan teman nya yang lain. "[Name]! Kau kemana kemarin tidak menjawab telepon?" Tanya Haneul.

"Ah, maaf. Kemarin aku sibuk sekali jadi aku silent agar tidak mengganggu. Ada masalah apa?" Balas [Name] tersenyum tidak enak.

"Kita butuh orang untuk membantu Jiho yang terlilit hutang karena berjudi. Tapi sudah selesai, kau tidak perlu khawatir [Name]." Ucap Hyungseok, pemuda itu sedari tadi terus menatap [Name] dan tersenyum pada gadis itu.

"Benarkah? Kasian nya . . Maaf aku tidak bisa membantu padahal ada teman yang sedang kesusahan." [Name] menunduk, langsung merasa bersalah karena tidak bisa membantu apa apa. "Padahal aku seharusnya datang . . " Lanjut gadis itu dengan suara pelan. Namun mereka yang ada disana masih tetap bisa mendengar nya.

"Sial! Kau enak sekali tidak datang. Aku sebenarnya tidak mau datang!" Ucap Zin kesal. Mijin mencubit lengan pria itu, "Padahal kau peduli juga, tidak usah begitu."

"Benar! Zin itu malu malu, tidak cocok sekali dengan dirinya." Haneul mengejek Zin sambil tertawa. Tatapan nya sangat menyebalkan dan itu membuat Zin kesal. "Apa?! Aku peduli dengan pecundang itu?! Kau gila, ya?!" Ucap Zin geram.

Mereka tertawa melihat itu, Zin memang peduli pada Jiho meski kelihatannya kasar. Tipe tsundere.

"Tidak apa apa, [Name]. Semua sudah selesai." Hyungseok menggenggam tangan [Name]. "Kau tidak perlu merasa bersalah, kita semua mengerti kau sangat sibuk." Lanjut Hyungseok menenangkan [Name] dengan lembut.

Jay mengangguk mengiyakan, "Lihat, Jay juga setuju denganku."

[Name] balas menggenggam tangan Hyungseok, " . . Terimakasih." Ucap gadis itu sambil tersenyum haru. Teman temannya baik sekali.

"Kau ini bicara apa, sih? Kita yang seharusnya berterima kasih. Kau yang selalu membantu kami."

"Benar!"

"Iya, terima kasih, [Name]!"

· · ─────·本·───── · ·

"Wow, gigi nya copot sebanyak itu." Ucap [Name] saat melihat foto Gimyung yang sudah di hajar oleh Jonggun karena melakukan bisnis ilegal dan gagal menjadi penerusnya.

"Apa anda akan menemui Gimyung, Nona?" Tanya Hwan sambil menyajikan teh dan Cheese cake kesukaan gadis itu. [Name] mengangguk, "Iya, tapi tidak sekarang. Aku perlu mendekati yang lain terlebih dahulu. Ah, akhir akhir ini aku jarang bertemu Yohan, kan?"

"Bagaimana ya kabar anak itu? Dia pasti mencariku, aku sudah pindah apartemen sih."

"Jadi, anda selanjutnya akan menemui Yohan . . ?" Tanya Hwan memastikan. Tangannya menggenggam cangkir teh dengan kuat. Kesal dengan pembicaraan tentang segala lelaki yang dekat dengan Nona nya.

"Iya, lalu aku juga mau bertemu seseorang lagi. Ah, lalu dia ya selanjutnya?" [Name] memegang dagu nya, sedang berpikir tentang seberapa banyak pria yang harus dia temui.

"Ck, tapi aku harusnya fokus ke Jonggun dan Yoojin. Mereka belum sepenuhnya di sisiku." [Name] berdecak, membayangkan seberapa susah nya mereka untuk tunduk membuat [Name] kesal. Dia ini ingin cepat cepat punya ATM berjalan. Jadi dia tidak perlu khawatir tentang uang saat di usir oleh Ayahnya.

"Hwan, bagaimana menurut mu?" [Name] bertanya begitu melihat keterdiaman Hwan. Hwan menggigit bibirnya sebelum berbicara, "Apa saya boleh mengatakan nya?" Tanya Hwan ragu ragu, takut membuat [Name] marah.

"Tentu saja, kau bebas mengatakan apapun padaku."

"Nona . . Apa tidak cukup saya saja?" Genggaman nya pada cangkir semakin menguat. Sial, dia kelepasan berbicara. Dirinya benar benar takut bila Nona nya marah dan tidak mau lagi dekat dekat dengan dirinya. Perasaan seperti ini salah, perasaan seperti ini seharusnya tidak ada.

Hwan kelewatan, dia harus meminta maaf terlebih dahulu agar setidaknya mengurangi kemarahan sang gadis. Dia tidak mau di campakkan setelah jatuh sedemikian rupa pada Nona nya.

"Ma—" Namun, belum selesai Hwan menyelesaikan kalimatnya. [Name] menaruh sendok dengan keras, memotong Hwan yang sedang berbicara. Hwan meneguk ludahnya, siap dengan kemarahan yang akan dia terima.

Benar, ini salahnya. Tugas nya hanya menjaga Nona [Name] dan memastikan gadis itu baik baik saja. Dari awal, rasa suka itu dilarang. Tuan Baek bahkan memperingatinya dengan keras. Perasaan ini tidak seharusnya ada.

"Kau cemburu, lagi?" [Name] terkekeh, bangkit dari sofa single nya menuju sofa tempat Hwan duduk. "Lucunya~" [Name] mendudukkan dirinya di pangkuan Hwan, ada seringaian jahil di wajahnya.

Hwan terdiam, tidak mengerti apa yang sedang terjadi. "Jadi, Hwan ku ini cemburu aku dekat dengan banyak laki laki, hm?" Hwan mengedipkan matanya, wajahnya memerah saat menyadari apa yang sedang terjadi. Ini terjadi lagi.

"N — nona, tolong turun . ." Cicit Hwan. Wajahnya sukses memerah sepenuhnya. Walau menolak, tangan Hwan refleks memegang pinggang [Name]. Seperti nya sudah jadi kebiasaan saat [Name] ada di rengkuhannya.

"Hm? Tidak mau, ini nyaman." Gadis itu kemudian menyandarkan kepala nya ke dada Hwan. Hwan melotot kaget, hampir melompat terkejut kalau tidak ingat ada [Name] di pangkuannya. [Name] tertawa melihat reaksi Hwan, "Lucunya, aku suka." Ucap [Name] sambil memeluk Hwan.

Tangan Hwan dengan perlahan (gemetaran)  balas memeluk gadis di depannya. Merengkuhnya dengan lembut dan penuh kasih sayang. Dirinya masih tidak percaya, Nona memeluknya. Alih alih marah, [Name] malah memeluk nya seakan ini yang dia suka. Ah, apa itu artinya Nona nya suka saat dia cemburu? Haruskah dia lebih posesif sedikit?

"Aku sudah bilang ini kepada mu, aku tidak tertarik pada mereka. Aku juga tidak percaya pada mereka, satu satunya orang yang ku percaya hanyalah dirimu. Kau orang yang paling dekat dan paling tahu tentang diriku. Kau tidak akan tergantikan, Hwan-ku." Bisik [Name] di telinga Hwan.

Darah Hwan berdesir hebat, kata kata itu sukses membuat jantung nya semakin berdebar tidak karuan. Wajahnya sudah di pastikan memerah sampai telinga. Hwan mempererat pelukannya, "Terimakasih, Nona . ." Walaupun itu adalah dusta, walaupun Nona nya berkata seperti itu hanya agar tidak kehilangan orang berguna seperti dirinya, Hwan rela. Hwan rela memberikan jiwa dan raga nya untuk gadis yang dia cintai walau itu semua hanyalah kebohongan semata.

Bagi nya, kebahagiaan Nona nya adalah yang pertama. Dan, akan dia singkirkan semua orang yang membuat Nona nya bersedih, Hwan bersumpah.

· · ─────·本·───── · ·

Ngeri ah, [Name] nya red flag. Kabur kabur🏃🏃 Nih yang kalian mau [Name] x Hwan.

Continue Reading

You'll Also Like

72.8K 4.8K 47
Tiga pasang remaja yang di takdirkan menemukan bayi yang di takdirkan mengurus ke empat bayi karna suatu insiden dulunya bayi bayi itu di tempatkan...
50.7K 9.8K 28
Cerita berisi tentang seorang Pemuda Cantik menganggap Pria yang selalu bersamanya itu adalah Ayah Kandungnya, tapi ternyata tidak seperti kenyataann...
189K 16.8K 53
FIKSI
521K 37.5K 45
Romance story๐Ÿค Ada moment ada cerita GxG