•─────•°•❀•°•─────•
Seperti biasa, di sore Hari. Arion bermain di halaman mansion. Memang bocah imut itu aktif sekali di jam-jam seperti ini, baru bangun tidur soalnya, baterainya baru terisi penuh. Ares hanya memperhatikan bagaimana Arion berlari kesana kemari dengan riang.
Tak lama, Sebuah motor datang dari arah gerbang. Mata bulat Arion mengarah pada motor yang berhenti di dekatnya.
Rupanya Argara yang datang, begitu membuka helm full face-nya, Arion yang menyadari kalau itu salah satu Abangnya lantas mendekat.
"Aga"
Argara yang merasa disambut tentu senang sekali, pemuda itu segera mendekap Arion lalu mengecupi pipi bakpaonya berkali-kali.
"Abang~~"
Arion yang kegelian menahan rahang Argara yang malah semakin mengecupnya brutal.
"Abang makan pipinya ya, hm ?"
Argara gemas setengah mati, apalagi tawa lucu Arion membuat sore ini semakin indah saja.
Akhirnya Arion melepaskan dirinya lalu kabur. Argara terkekeh kecil pemuda itu berancang-ancang berpura-pura akan mengejar si bocah.
"Abang mau gigit pipinya, ya !"
Arion terkikik, bocah yang tadinya berhenti itu kembali berlari saat melihat Argara akan datang padanya.
"Aaaa!"
Bocah itu berteriak gemas saat Argara semakin mendekat, lucu sekali, Ares yang sedari tadi memperhatikan sampai ikut tertawa.
Tiba-tiba kakinya tersandung. Bocah itu terjatuh dengan lututnya.
Ares dan Argara yang panik segera menghampiri.
•°•❀•°•
"Abang sorry, baby"
Argara tak henti mengucap maaf. Merasa bersalah karena ulahnya, Arion sampai terluka begini.
Bocah itu duduk dipangkuannya, didepan mereka ada Ares yang sibuk mengobati lutut Arion yang berdarah tadi.
"Sakit ?"
Ares menatap si bungsu yang diam saja. Walaupun matanya sudah berkaca-kaca, Arion bahkan tidak menangis sedari tadi.
Setelah selesai, Ares pun berlalu untuk meminta seorang maid membuatkan susu di botol kecil Arion. Sekarang si bungsu perhatiannya tertuju pada TV yang sedang menayangkan series kartun anak-anak.
Bocah itu sesekali tersenyum melihat karakter-karakter lucu didalam TV. Melupakan begitu saja kejadian sebelumnya.
Berbeda dengan Argara yang masih digeluti dengan rasa bersalah. Karena itu sedari tadi dia tidak ingin jauh-jauh dari Arion.
"Arion, makan dulu. Yuk ?"
Ares datang kembali dari arah ruang makan, mengingat waktu sudah sampai di jam makan malam, mereka akan makan duluan.
"Eung.. enggak"
Sontak Ares dan Arga melotot terkejut. Mereka memang selalu excited tiap kali Arion mengucapkan kata-kata baru.
"Enggak ? Nggak mau makan ?"
Arion mengangguk pada Ares.
"Mamam dulu, baby"
Argara mencoba membujuk, namun Arion malah mengangkat botol susunya yang sudah kosong pada kedua Abangnya.
"Abang, Agi~~"
Ares yang gemas mengangkat Arion dari pangkuan Argara sambil mengecup habis pipi gembilnya.
Ketiganya makan malam dengan tenang, hanya mereka, sebab Arthur bersama Arven harus mengurus beberapa Hal diluar, sedang Arxel belum pulang.
"Abang, aaaa~"
Argara terpaksa menerima suapan Arion.
Tadi bocah itu benar-benar menolak untuk makan, maunya susu aja. Sempat membuat Ares dan Argara kebingungan mencari cara agar bungsu Nelson itu mau makan, sampai mereka berakhir seperti ini.
Argara meminta Arion menyuapinya pada awalnya, sengaja, Agar dia punya celah untuk membuat Arion menghabiskan makanannya. Tapi, siapa sangka Arion malah keterusan begini.
"Abang udah ya ? sekarang Arion"
Argara mengambil alih sendok mini dari tangan Arion, berganti menyuapkan makanan pada mulut kecil si bocah.
"Pesawatnya datang, Aaaa ?"
Arion dengan senang hati menerima suapannya. Setelahnya, Arion mengambil kembali sendok mini itu, berganti menyuapi sang abang sambil meniru tingkahnya tadi.
"Abang, cawat. Aaaa~"
Argara terkekeh kecil.
Arion ini terbuat dari apa sih, kenapa menggemaskan sekali !
"Lututnya masih sakit ?"
Argara lagi-lagi bertanya, hanya untuk memastikan.
Mendapatkan gelengan singkat dari Arion, pemuda itu lantas membubuhkan kecupan sayang pada pucuk kepala sang adik.
"Pinter jagoan Abang"
"Aga, aaaaaaa~"
Argara hanya bisa tersenyum sabar saat lagi-lagi Arion menyuapinya.
"Arion, mau tambah lagi ?"
Ares yang sedari tadi hanya melihat, bukannya membantu malah semakin mengompori.
Mata Argara memicing tajam pada kakak sulungnya itu. Apalagi saat Arion mengangguk antusias.
"Agi~~"
Argara lagi-lagi hanya bisa tersenyum, memikirkan nasib absnya yang sudah susah payah dibentuk.
Tapi Biarlah, apapun demi Adek Abang rela. :>
•─────•°•❀•°•─────•
January 9th 2023
Kritik sarannya dipersilahkeun ygy