OUR HAPPINESS

By xxR03Fxx

352 23 0

Gisella hanya ingin mengakhiri masa remaja nya dengan tenang dan damai seperti biasanya karena masa sekolahny... More

Prolog
Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 13
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 17

Bagian 12

6 1 0
By xxR03Fxx

Setelah selesai makan siang, Gisella dan Karina memutuskan untuk pergi ke kamar mandi dan mengganti baju olahraga dengan seragam kembali.

Berhubung mereka tidak sempat mengganti baju sesaat sebelum istirahat jadi mereka memilih untuk menyelesaikan makanan dengan cepat dan segera mengganti baju.

"Duh rambut gue jadi bau matahari makanya gue males banget kalo pelajaran olahraga" Keluh Karin.
"Tinggal pakai Hair mist doang Karina" Ujar Gisella.

"Gue pinjem punya lo ya, punya gue ketinggalan di tas" Pinta Karin.
"Pake aja mah" Sahut Gisella.

Gisella masuk ke dalam kamar mandi untuk mengganti bajunya karena sebelumnya ia bergantian dengan Karina yang sudah selesai.

"Btw Sell kita kagak ada tugas kan?" Tanya Karina seraya merapikan rambutnya di depan wastafel kaca.
"Lo nggak inget hari ini ada tugas Kimia?" Tanya Gisella dari dalam kamar mandi.

"Duh mampus gue! Semalem gue cuma drakoran kagak inget tugas sama sekali" Ucapnya Karina panik.
"Drakoran mulu tugas kagak inget lo" Ledek Gisella.

"Gue boleh liat punya lo Sell?" Pinta Karin dari luar.
"Tumben izin biasanya langsung nyomot aja" Ucap Gisella.

"Ibunda kanjeng ratu marah nih?" Tanya Karina.
"Kagak, gue cuma aneh aja liat lo izin. Udah buruan sana kerjain ntar keburu masuk" Jawab Gisella santai.

"Gue balik duluan gapapa Sell?" Tanya Karina ragu.
"Udah gapapa, kalo nungguin gue takutnya kagak sempat" jawab Gisella.

"Makasih banyak sell, maaf ya gue balik duluan" Ujar Karina lalu melangkah pergi dari kamar mandi.

Gisella merapikan sebentar seragam yang sudah ia kenakan. Ia berniat untuk melangkah keluar dari kamar mandi namun langkahnya terhenti.

"Gue udah sering liat Nathan nolak orang tapi nggak nyangka Nathan itu selalu punya cara yang kasar banget kalo nolak orang" Ucap seorang perempuan.
"Lo lupa apa gimana Oliv? Itu mah masih mending dibanding tahun lalu" ucap perempuan lainnya.

"Iya gue setuju soal itu Naomi. Tapi yang anehnya kenapa Jihan kagak pernah diusir waktu deketin dia?" Tanya Olivia.
"Mungkin aja dia sebenarnya suka sama lo Jihan!" Terka Naomi antusias.

"Diem lo semua!, gara-gara lo berisik nanti ada yang denger" Bentak Jihan.
"Dih bilang aja lo makin baper" ledek Naomi.

"Tapi kalo emang Nathan suka sama Jihan, kenapa dia kagak pernah confess ke Jihan sedangkan ni anak selalu nempel kek perangko" Ucap Olivia bingung.

Gisella yang tadinya berniat untuk keluar dari bilik kamar mandi malah menggurungkan niatnya. Ia mengenal suara dan nama yang tersebut oleh mereka.

Ketiga gadis itu sudah menjadi topik gibahan Karina setiap harinya. Karina bilang bahwa ketiga gadis itu berasal dari orang tua yang berada meskipun tak dapat di pungkiri bahwa Karina juga berasal dari kalangan atas.

Karina tak pernah henti-hentinya untuk menggosipkan tingkah laku ketiga gadis itu. Dan sekarang Gisella malah mendengarkan pembicaraan mereka apalagi ini topik yang paling Karina sukai jika ia ikut mendengar juga.

"Malu kali dia secara Nathan emang anak pendiem" Tebak Naomi.
"Menurut kalian gue harus lakuin apalagi buat deketin Nathan?" Tanya Jihan antusias.

"Gue juga bingung Han. Ajak nonton ditolak, ajak makan apalagi terus kalo lo ajak belajar bareng udah pasti lo buat malu diri sendiri karena bodoh" Jawab Olivia terus terang.

Plak...

Pukulan kecil mendarat di dahi Olivia. Jihan menatap kesal ke arah Olivia yang sedang mengusap dahinya. Hatinya merasa tertusuk mendengar perkataan Oliv yang benar adanya.

"Kok lo malah mukul gue si!, lagian yang gue ucapin emang bener" Keluh Olivia kesal.
"Lo kalo ngomong suka bener" Ucap Naomi dengan kekehan kecilnya.

"Berisik lo bedua!" Bentak Jihan malu.
"Btw lo pada sadar kagak, si Dean kelihatannya deketin anak kelas sebelah deh" Tebak Naomi.

"Anak sebelah? Kelas IPA 2 maksud lo?" Tanya Jihan.
"Gue kagak tau nama itu anak tapi kalo kagak salah dia selalu naik ke podium waktu pengumuman peringkat. Gue pernah liat mereka main basket bareng" Jawab Naomi.

Gisella yang mendengar dengan tenang tiba-tiba terusik saat merasa bahwa orang yang dimaksud Naomi adalah dirinya. Namun ia masih berusaha berfikir positif lagipula yang main basket dengan Dean pasti bukan hanya dirinya saja.

"Maksud lo Gisella si peringkat 2 itu?" Tanya Olivia.
"Nah bener! Gue baru inget nama tuh anak. tadi pagi gue juga liat dia dibantuin Dean waktu ketabrak sama Hilmy" Jawab Naomi.

"Gue juga baru inget, dia pernah makan bareng sama gue di kantin" Ucap Jihan.
"Kok bisa lo satu meja sama dia?" Tanya Olivia kaget.

"Dean yang manggil mereka terus gue liat Dean berusaha banget cari topik sama tuh anak" Jawab Jihan.
"Setau gue dia anak beasiswa, gue tebak dia deketin Dean duluan" Tebak Olivia.

"Gimana kalo kita kerjain tuh anak?" Usul Naomi.
"Gue nggak peduli sama dia, selama itu bukan Nathan yang lain nggak penting" tolak Jihan.

Gisella yang mendengar hal tersebut merasa kaget dan bingung. Apalagi saat mereka menganggap bahwa ia yang mendekati Dean padahal ia merasa tidak pernah berhubungan dengan pria itu.

"Dasar cewe ga waras lo semua" batin Gisella kesal.

Tidak lama kemudian, bel masuk berbunyi. Jihan dan kedua temannya melangkah keluar dari kamar mandi. Gisella yang mendengar kepergian mereka langsung ikut keluar dari bilik kamar mandi.

Gisella merapikan sebentar rambutnya lalu membereskan pakaiannya. Ia melirik ke kaca besar yang menampilkan wajahnya. Wajahnya terlihat kesal sekaligus marah mengingat perkataan tentang dirinya.

"Emang kenapa kalau gue anak beasiswa?" gumamnya kesal lalu melangkah keluar dari kamar mandi.

Setelah menaruh seragam olahraga nya di loker. Gisella berjalan cepat menuju kelasnya. Ia takut ketinggalan pelajaran karena hal itu sangat dibenci olehnya.

"Gisella" panggil seseorang.

Gisella membalikkan badannya sesaat ada yang memanggil namanya. Tanpa disangka Bu Nadya memanggil Gisella dan memberikan instruksi untuk mendekat padanya.

"Ada apa Bu Nadya?" Tanya Gisella ramah.
"Kebetulan karena ibu yang mengajar sekarang, ibu boleh minta tolong untuk bawakan buku kalian di meja ibu?" Pinta Bu Nadya.

"Boleh Bu Nadya, bukunya ada dimana Bu?" Tanya Gisella.
"Ada di ruang guru tepatnya di meja ibu. Tolong bawakan ke dalam kelas ya" Pinta Bu Nadya.

"Baik bu. Gisella pamit ya bu" ucap Gisella undur diri.

Bu Nadya adalah guru Kimia. Beliau sangat sopan dan ramah. Gisella sangat menyukai bu Nadya karena dibandingkan dengan yang lain bu Nadya tampak lebih sederhana. Berkat perhatian beliau, Gisella mendapatkan lebih banyak informasi mengenai olimpiade dan tidak jarang merekomendasikan Gisella untuk mengikutinya karena Bu Nadya percaya bahwa Gisella adalah murid yang cerdas dan mampu mengikutinya.

"Permisi" ucap Gisella ramah sesaat kakinya melangkah masuk ke dalam ruang guru.

Kondisi ruang guru yang lumayan sepi membuat Gisella menghembuskan nafas lega karena jika kondisi ramai maka perasaan canggung akan menyelimuti dirinya.

Gisella menyapa ramah beberapa guru yang menatapnya. Dengan cepat kakinya melangkah menuju meja bu Nadya. Ia melirik ke arah meja yang berjarak 2 meja dari tempat bu Nadya.

Dengan sekilas ia melihat keberadaan pria yang sempat menjadi topik pembicaraan saat di toilet. Nathan tengah berdiri di depan meja guru juga.

Pria itu tampaknya tengah membicarakan hal yang serius dengan guru tersebut. Gisella mengedikkan bahunya acuh lalu kembali pada fokus utamanya.

"Duh bukunya banyak banget" gumam Gisella ragu dengan kemampuannya untuk mengangkat setumpuk buku tebal yang seharusnya diangkat oleh dua orang.

Gisella menghela nafas sebentar lalu berusaha meyakini dirinya bahwa ia bisa. Setelah menyusun tingkatan buku dengan rapi, ia berusaha mengangkatnya perlahan.

"Semoga bukunya nggak jatuh" gumam Gisella.

Dengan perlahan Gisella melangkahkan kakinya keluar dari area meja bu Nadya. Gisella tampak kesusahan melihat area depan karena setengah mukanya tertutup oleh buku. Dan juga beban yang ditanggung Gisella sangat berat.

"Tahan Gisella, bentar lagi nyampe" batin Gisella berusaha menyemangati dirinya.

Gisella berjalan dengan pelan keluar dari ruang guru. Ia berfikir tidak apa perlahan yang penting pasti. Karena itu jalan Gisella melambat agar buku yang di tangannya tidak jatuh.

Namun sangat disayangkan, tangannya tidak mampu menahan beratnya buku sehingga buku tersebut jatuh dan berhamburan di lantai.

Bruak...

Gisella langsung bergegas merapikan kembali buku yang sudah berhamburan di lantai. Dalam hatinya ingin mengeluh namun ia berusaha menghapus pikiran buruk tersebut karena ia tulus untuk membantu bu Nadya.

"Makanya kalo jalan hati-hati" Kalimat tersebut terucap dengan datar seakan tidak melihat usaha Gisella saat membawa tumpukan buku tadi.

Gisella mengadahkan kepalanya ke atas,   untuk pertama kalinya netra nya menatap lurus netra pria itu, yang tak lain adalah Nathan.

Hanya hitungan detik mereka bertatapan, Nathan langsung mengalihkan pandangannya. Gisella sadar bahwa tatapan yang diberikan oleh Nathan seperti merendahkan dirinya.

"Mending lo pergi kalau nggak ada niat bantuin" sarkas Gisella kesal.

Dan benar saja, Nathan melangkahnya kakinya melewati buku-buku yang berserakan di lantai. Gisella mendecih kesal, dalam hatinya terus merutuki pria itu.

"Dasar pria aneh, lagian modelan kek begitu kenapa Karin bisa suka. Kalo gue mah ogah amit-amit dah" omel Gisella kesal.

"Gisella" Teriakan Karina berlari menuju ke arah Gisella.
"Karin, lo kenapa bisa disini?" Tanya Gisell bingung.

"Bu Nadya minta tolong gue buat bantuin lo. Lagian lo lama amat daritadi gue tungguin kagak nyampe-nyampe taunya malah disini" jawab Karina membantu Gisell membereskan bukunya.

Karina membantu Gisella mengangkat tumpukan buku tersebut. Mereka berdua berjalan santai kembali ke dalam kelas.

"Btw gue tadi jumpa Nathan sebelum kesini, dia dari ruang guru juga ya?" Tanya Karina antusias.
"Kagak, gue nggak lihat tadi" jawab Gisella berbohong karena ia pikir tidak penting untuk memberitahu Karina perihal kejadian tadi.

"Gila! Dia ganteng banget. Gue makin terpesona" Ujar Karina kagum.
"Dih males banget gue dengarnya" Omel Gisella kesal.

TBC

Jangan lupa votementnya, Terima kasih♡

Continue Reading

You'll Also Like

229K 17.6K 28
Ratu Azzura, anak ketua mafia pecinta kedamaian yang hobinya menolong orang-orang dengan cara membully nya balik. Protagonis atau Antagonis? Entahlah...
202K 17.6K 49
Jika dirinya Bintang, Dia adalah Bulan. Jika dirinya Kakak, Dia adalah Adik. Lantas, kenapa sosok adiknya sangat berkuasa? ** Tara, begitulah orang m...
655K 38.1K 31
Aku, Neta Fiama, seorang mahasiswi semester akhir dengan jurusan Bimbingan Konseling yang sedang menunggu waktu wisuda. Mimpi dan harapan sudah di de...
1.2M 23.5K 53
Gadis cantik yang masih duduk di bangku SMA terpaksa menjalankan misi misi aneh dari layar transparan di hadapannya, karena kalau tak di jalankan, ma...