Aqila Alfatih

By umtaaa

92.1K 5.3K 289

Follow dulu sebelum baca!! Tentang Rana Aqila Humaira, gadis yang selalu saja mendekati zina dengan pacarnya... More

AQAL - 01
AQAL - 02
AQAL - 03
AQAL - 04
AQAL - 05
AQAL - 06
AQAL - 07
AQAL - 08
AQAL - 09
AQAL - 10
AQAL - 11
AQAL - 12
AQAL - 13
AQAL - 14
AQAL - 15
AQAL - 16
AQAL - 17
AQAL - 18
AQAL - 19
AQAL - 21
AQAL - 22
AQAL - 23
AQAL - 24
AQAL - 25
AQAL - 26
AQAL - 27
AQAL - 28
AQAL - 29
AQAL - 30
AQAL - 31
AQAL - 32 (ENDING)

AQAL - 20

2.7K 150 7
By umtaaa

بسم الله الرحمن الرحيم

Jangan lupa vote dulu yukk sama komen deh kalo bisa..

~ Happy Reading ~

•••••

3 bulan berlalu..

Seiring berjalannya waktu, kini usia kandungan Aqila sudah menginjak tiga bulan. Selama di trimester pertama ini, Aqila telah melewati banyak hal untuk menjadi seorang calon ibu. Seperti Aqila yang selalu muntah ketika pagi hari, tidak suka mencium bau parfum, dan Aqila yang selalu merasa risih ketika berdekatan dengan suaminya sendiri, Gus Alfatih.

"Sana, ih" usir Aqila pada Gus Alfatih yang saat ini tengah menaruh kepalanya di kaki Aqila yang di jadikan bantal.

Gus Alfatih yang merasa terusik pun bangun dan menatap Aqila, "Kamu kenapa sih, dari awal hamil gak mau dekat sama saya terus. Ini baru hamil. Apa kalau anak kita lahir justru kamu malah cuek sama saya, terus kamu cuma perhatiin anak kita nanti."

Aqila mengembungkan pipinya menahan tawa mendengar ucapan Gus Alfatih, "Cie, takut ya?"

"Gak, saya gak takut" kata Gus Alfatih seolah-olah lupa akan kalimat yang sempat diucapkan oleh dirinya sendiri.

"Masa sih?" Ucap Aqila seraya menaik turunkan kedua alisnya untuk meledeki Gus Alfatih.

"Kamu kalau masih meledek saya terus,  saya minta kamu hafalan lagi, mau?" Ancam Gus Alfatih dengan penuh penekanan.

Aqila membulatkan matanya, "Gak ah, gak mau. Mainnya anceman nih, gak seru ah!"

"Gak mau hafalan? Yasudah, saya beri kamu hukuman sekali-kali ya?"

Cup

Tanpa menunggu jawaban dari Aqila, Gus Alfatih langsung mencium kening Aqila. Itu adalah sebuah hukuman kecil untuk istrinya itu.

"Ih, bilang aja, kamu mau modus, kan?" Terka Aqila.

Gus Alfatih pun tersenyum, "Sama istri saya sendiri tidak apa kan? Daripada sama perempuan lain"

Aqila pun mencubit lengan Gus Alfatih pelan, "Sama perempuan lain aja kamu kayak kulkas enam pintu, atau kalau itu langsung kabur"

Gus Alfatih menelan salivanya dengan susah dan menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal. Memang sejak Gus Alfatih masih kecil, ia sudah di biasakan untuk tidak berbaur dengan lawan jenisnya yang bukan mahram.

"Habibi," Panggil Aqila.

"Kenapa? Kamu mau apa?" Tanya Gus Alfatih.

"Aku pengin ke pantai deh, pengin jalan-jalan gitu," ucap Aqila.

Sejujurnya, Aqila merasa jenuh berada di dalam lingkungan pesantren terus-menerus. Jika tidak di lingkungan pesantren, itu juga hanya ke tempat kedua orang tuanya atau main ke rumah Kanaya.

"Pantai? Bagaimana jika nanti sore saja?  Saya habis ini harus mengajar santri dulu, Humaira. Gapapa kan?"

Aqila pun mengangguk semangat, "Gapapa kok, yang penting bisa ke pantai."

Gus Alfatih yang merasa gemas dengan Aqila pun mencubit pipi kanan Aqila.

"Ih, sakit, tau. Dah ah, mending kamu ngajar aja sana. Nanti telat, santri pada nyariin aja," kata Aqila.

"Kamu gak mau deket-deket saya ya? Atau kamu udah gak cinta lagi sama saya?" Terka Gus Alfatih.

Aqila yang mendengar ucapan Gus Alfatih mengusap dadanya mendramatis, "Astaghfirullah, kamu memfitnah aku. Inget Habibi, fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Teganya kamu ini"

Gus Alfatih pun tertawa, lagi dan lagi ia mencubit kedua pipi Aqila. "Ya Allah, kamu lucu sekali. Kalau gini, saya gimana mau ngajar. Nanti saya kebayang-bayang sama kamu terus"

"Udah sana, ngajar dulu. Ayo aku antar ke depan"

Gus Alfatih mengangguk, keduanya pun beriringan berjalan ke arah luar. Aqila pun mengambil punggung tangan kanan suaminya lalu ia cium, Gus Alfatih pun mencium kening Aqila dengan lembut.

"Assalamu'alaikum sayang" salam Gus Alfatih lalu melenggang pergi dari sana.

"Wa'alaikumsalam warahmatullah"

Aqila pun kembali ke kamarnya dan merebahkan dirinya di ranjang kasurnya.

Ting

Baru saja ia ingin memejamkan matanya, ponsel Aqila berbunyi menandakan ada yang mengirimkan pesan padanya.

Namun, saat ia membuka isi pesan tersebut, ia di buat sangat terkejut. Dari nomor yang tidak di kenal dan isi pesan yang membuat jantungnya berdegup kencang.

Aqila pun segera mematikan ponselnya dan memilih untuk tidak menjawab pesan dari nomor tidak di kenal itu. Sungguh, rasa kekepoan Aqila meningkat saat ini juga. Dan, rasa takut juga cemas.

"Siapa sih sebenernya itu orang" gumam Aqila kebingungan.

****

"Awww... sakitt.." ringis seseorang yang seperti tengah kesakitan.

Gus Alfatih yang mendengar suara itu pun membalikkan badannya untuk melihat suara seseorang tadi.

"Anti gapapa?" Tanya Gus Alfatih pada wanita itu.

"Gapapa gimana Gus, ana jatuh kayak gini juga. Kaki ana sakit." Keluh santriwati tersebut.

"Masih bisa jalan kan?" Tanya Gus Alfatih lagi dengan wajah yang sangat datar. 

"Gak tau nih, tapi kaki ana sakit banget. Kalo tolong gendong ana sampai ke asrama putri aja boleh gak? Gamis ana robek, liat nih. Lagian, kita kan masih ada hubungan darah Gus. Jadi, gapapa kan?" Ujar Amora.

Ya, itu adalah Amora. Ia terjatuh karena tersandung dengan sesuatu, entah apa itu. Dan, ia juga menunjukkan pada Gus Alfatih bahwa terdapat gamisnya yang robek dan minta untuk di bantu pergi ke asrama putri.

Walaupun dirinya dengan Amora masih mempunyai hubungan darah, tetapi tidak memungkinkan jika Gus Alfatih membantu Amora. Gus Alfatih harus menjaga perasaan Aqila sebagai istrinya dan ia juga takut nantinya akan menimbulkan fitnah.

"Anti hanya tersandung kan? Anti bukan tertabrak mobil, Amora." Kata Gus Alfatih.

Amora berdecak kesal mendengar penuturan Gus Alfatih, "Ck, kan ana yang ngerasain sakitnya. Anta mana tau"

"Anti mau di bantu ke asrama putri?" Tanya Gus Alfatih.

"Ya mau lah" jawab Amora dengan semangat.

"Yasudah, tunggu di sini. Nanti ana balik." Setelah mengucapkan kalimat itu, Gus Alfatih melenggang dari sana dan meninggalkan Amora yang masih duduk di sana.

"Yes, Gus Al pasti mau nolongin aku" gumam Amora kegirangan.

Sekitar lima menit sudah berlalu, Gus Alfatih kembali datang bersama dengan dua santriwati di belakangnya. Amora yang melihat itu pun mengerutkan dahinya bingung.

"Abila, Aina, tolong bantu Amora ke asrama putri ya. Tadi, dia tersandung dan jatuh," ujar Gus Alfatih pada Abila dan Aina.

"Na'am Gus" jawab Abila dan Aina bersamaan.

"Saya permisi. Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam warahmatullah"

Setelah itu, Gus Alfatih memilih untuk pergi dari sana untuk menghindari fitnah.

****

Kini Aqila dan Gus Alfatih sedang menikmati waktu berduanya di pantai yang terletak tidak terlalu jauh dari pesantren Al-Ihsan. Sesuai seperti yang sempat diucapkan oleh Gus Alfatih, ia akan pergi ke pantai atas keinginan Aqila.

Angin berhembus lebih kencang dari biasanya, Aqila dan Gus Alfatih menikmati  cahaya kuning keemasan dari matahari di batas cakrawala.

Di mana-mana senja memang indah, tapi kalian akan merasakan sesuatu yang berbeda ketika melihat senja di pantai itu, terlebih jika kalian melihatnya bersama seseorang yang sangat kalian cintai.

"Nanti kalau anak kita udah lahir, kita ajak ke sini ya Gus. Liat senja bertiga sama anak ini," ujar Aqila yang saat ini menaruh kepalanya di pundak Gus Alfatih.

"InsyaAllah, kamu suka senja ya?"

"Iya, aku suka. Biasanya kalau liat senja, aku lihat sama Bunda. Tapi, kalau sekarang aku lihatnya sama kamu," jawab Aqila seraya tersenyum ke arah Gus Alfatih.

Gus Alfatih tersenyum mendengar ucapan Aqila, ia berharap sampai kapanpun dirinya tidak akan di pisahkan oleh Aqila. Kecuali...

Maut yang memisahkan keduanya.

"Sayang, kalau kita pulang sekarang bagaimana? Agar tidak kemaleman," Kata Gus Alfatih.

Aqila menengok ke arah suaminya itu, "Yaudah, ayo pulang"

Keduanya pun segera melenggang pergi dari sana dan memasuki mobilnya.

"Makasih ya Habibi, udah antar aku ke pantai hari ini. Aku seneng deh," ucap Aqila, saat ini hatinya terasa sangat tenang setelah melihat senja tadi dan lupa akan kejadian tadi siang.

"Sama-sama Ya Zaujatii, kalau kamu senang. Saya juga senang," kata Gus Alfatih lalu kembali fokus untuk menyetir lagi.

Karena saat ini sudah menjelang maghrib, jalanan di sekitar sini sangat ramai karena orang-orang yang bekerja baru saja pulang.

Tin

Tin

Tin..

Suara klakson terus berbunyi di belakang mobil Gus Alfatih.

"Humaira" panggil Gus Alfatih dengan suara yang terlihat begitu panik.

"Kenapa?" Tanya Aqila yang melihat Gus Alfatih yang tiba-tiba menjadi gelisah.

"Remnya blong" jawab Gus Alfatih yang masih berusaha untuk tenang.

"H-hah? Te-terus gimana?"

Namun, Gus Alfatih tidak menjawabnya. Ia juga bingung harus bagaimana.

BRAKK!

Secara tiba-tiba mobil dari arah belakang menabrak mobil Gus Alfatih begitu saja. Dan, ditambah dengan rem blong pada mobil milik Gus Alfatih.

Hal itu pun membuat mobil yang di naiki Gus Alfatih dan Aqila itu menabrak pembatas jalan yang di mana pembatas itu berbatasan dengan pinggir hutan.

Mobil itu mengalami kerusakan yang parah karena Gus Alfatih menyetir dengan kecepatan yang cukup tinggi, hingga Gus Alfatih dan Aqila sampai terlempar ke arah pinggir hutan.

"Ya Allah.." lirih Gus Alfatih yang merasakan rasa sakit di sekucur tubuhnya.

Cairan berwarna merah bercucuran di kening Gus Alfatih karena terbentur dengan sebuah batu yang ada di sana.

Namun, seketika Gus Alfatih mengingat sesuatu. Bagaimana dengan Aqila dan kandungannya?

Gus Alfatih dengan susah payah pun bangkit dan pergi ke arah istrinya. Ia sudah melihat Aqila yang meringis kesakitan.

"H-habibi.. sa-sakit.." lirih Aqila seraya memegang perutnya yang terasa begitu sakit luar biasa. Rasa sakit yang tidak bisa di deksripsikan.

"Kamu bertahan ya," ucap Gus Alfatih seraya menengok ke kanan dan kiri mencari bantuan.

"Gus, da-darah.." lirih Aqila lagi saat melihat darah yang kini darahnya bercucuran di kakinya.

Gus Alfatih menggenggam tangan Aqila dengan kuat dengan rasa ketakutan yang luar biasa.

Hingga ada satu mobil yang menepikan mobilnya berniat untuk membantu Gus Alfatih.

"Pak, ayo naik ke mobil saya saja. Bawa istrinya pak masuk ke mobil saya, kita ke rumah sakit terdekat," ujar seorang pria paruh baya yang keluar dari mobil tersebut.

Gus Alfatih pun mengangguk-anggukkan kepalanya dan segera membawa Aqila masuk ke dalam mobil itu.

Gus Alfatih menidurkan Aqila dan di jadikan kakinya itu untuk menjadi bantal Aqila.

"Habibi.. anak kita gak bakal kenapa-kenapa kan.." lirih Aqila lagi.

"InsyaAllah.. anak kita kuat, kamu kuat.. bertahan ya Humaira," ucap Gus Alfatih berusaha menenangkan Aqila walaupun dirinya saja merasa takut dan panik akan hal ini.

•••••

Kenapa tuchh

Kasian banget Aqila.. semoga anaknya gapapa deh hhe

Jangan lupa vote!!!

Continue Reading

You'll Also Like

336K 17.5K 33
"Namanya Iliyas Abrisam. Dia suami kamu sekarang." "Mama bercanda?! Kapan Diba nikahnya?!" *** Adiba Larasati itu cewek nolep. Kerjaannya hanya mengu...
118K 6.4K 30
[SELESAI] [LAGI DI REVISI] [CERITA FIKSI NO REAL‼️] Semuanya adalah rahasia Allah. Dan semua dari Allah, adalah takdir yang selalu Indah. Siapa ya...
142K 9.5K 49
Bila nanti lisanku tak sampai untuk mengatakannya biarkanlah tulisan ini yang menjadi pengungkap disegala cerita. "Aku memperjuangkanmu Bahkan sebelu...
28.5K 1.5K 31
[PERINGAT KERASS!! ITTABI' HADZA IDZAN ANTA URIDU AN AQRA'A HADZA QISHAS!☺️🙏🏻🙏🏻] ⚠️Typo dimana mana⚠️ "Hah?pondok Alkarimah?" "Ayah sama bunda i...