Bumantara Chandra [ TAMAT ]

By Rizstor37

8.2K 1.1K 289

⚠️BXB ⚠️BRIGHTWIN AREA IF IT'S NOT YOUR CUP OF TEA, THEN LEFT IT. ‼️HAPPY READING‼️ [bu·man·ta·ra] kl n awang... More

Satu
Dua
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua belas
Tiga belas
Empat Belas
Lima belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan belas
Sembilan belas
20
21
22
23
24
25
26
-27-
-28-
29. Last chapter

Tiga

356 53 8
By Rizstor37

Bright berjalan dengan raut kesal di wajahnya, tetapi tak membutuhkan waktu lama untuk berubah menjadi senyum licik.

Lelaki itu menghampiri Win, lalu duduk di samping pemuda itu.

"Udah berani nakal, hm?" bisik Bright dalam.

Seperti biasa Win mengabaikan perkataan Bright dan hanya fokus pada buku yang sedang ia baca.

Bright yang merasa diabaikan mau tak mau merasa kesal. Ia mengulurkan tangannya untuk menangkup kedua pipi Win agar menghadap ke arahnya.

Netra mereka bertemu dan saling memandang.

"Win, apa gue gak seberharga itu? Sampai-sampai lo selalu cuekin gue. Apa kehadiran gue emang benar-benar gak berarti buat lo?"

Win hanya diam, tidak ada satu kata pun yang keluar dari bibir pemuda itu. Ia membisu.

Bright tertawa miris, suaranya semakin lirih dan sedikit serak.

"Sekali aja lo anggap gue ada. Bukannya kita pacaran? Lo juga udah setuju buat jadi pa–"

"Gue emang setuju, tapi bukan berarti lo bisa atur sikap gue ke lo. Sikap gue terserah gue, lo gak punyak hak buat atur itu."

Telak.

Bright kalah telak, lelaki itu dibungkam oleh kata-kata yang Win lontarkan, begitu menusuk.

"Oke." Bright bangkit dari duduknya lalu pergi meninggalkan Win yang kembali fokus pada bukunya.

Jika kalian berpikir kalau Bright akan menyerah karena kata-kata tajam yang Win lontarkan, maka kalian salah.

Bukan Bright namanya jika lelaki itu mudah menyerah, ia bukan tipe orang seperti itu. Baginya, apa yang ia mau harus ia dapatkan.

Dia tidak ingin gagal lagi.

Jangan lagi.

Bright memandang Win dengan tatapan rumit dan sulit dijelaskan.

Setelah Bright pergi, Win menoleh untuk melihat sekilas punggung Bright yang perlahan menghilang.

Namun, tak lama kemudian Bright kembali muncul dengan menenteng kantong plastik.

Dia menaruh kantong plastik itu di atas meja depan Win.

Melihat Win yang hanya diam dan tetap fokus pada bukunya membuat Bright harus extra sabar menghadapi sikap Win yang seperti itu.

Bright mengambil softdrink dari dalam kantong kresek, lalu menempelkan benda itu ke pipi Win.

Win yang merasa terganggu pun mau tidak mau menoleh ke arah Bright.

Bright tersenyum lembut mengetahui Win mengalihkan atensinya.

"Makan dulu, perut lo butuh diisi." Bright menunjuk kresek yang dia bawa. "Gue udah bawain lo roti sama camilan lain, ada minumannya juga. Kali ini gue minta lo buat nerima ini, gak baik nolak rejeki."

Win melihat kantong plastik yang Bright bawakan, pemuda itu hanya diam. Tidak mengambil ataupun berbicara.

"Jangan lupa dimakan ya? Gue enggak mau lo sakit."

Bright mengusak surai Win, dan ajaibnya Win membiarkan hal itu. Senyum Bright semakin melebar, tatapannya teduh, dan suaranya begitu lembut saat ia mengatakan, "Sekarang gue gak peduli sikap lo ke gue kayak apa, mau lo terus-terusan cuekin gue atau mau lo anggap gue gak ada, gue udah gak peduli. Tapi yang jelas karena sekarang lo pacar gue, jadi gue akan memperlakukan lo sebagaimana mestinya, meskipun gue tahu lo gak akan melakukan hal yang sama. Sekali lagi gue gak peduli, seenggaknya sampai sebulan, sampai semuanya benar-benar berakhir."

Bright pergi setelah mengatakan itu, tetapi baru beberapa langkah ia berhenti karena panggilan Win.

Lelaki itu berbalik dan tersenyum. "Ada apa, hm?"

"Makasih." Suara Win masih saja datar.

Bright kembali menghampiri Win, sekali lagi mengusak surai Win dengan gemas. "Anytime, babe."

Sontak saja Win menepis tangan Bright hingga membuat lelaki itu tertawa.

"Oke, gue pergi dulu. Telpon gue kalau kangen."

Bright pergi masih dengan tawa kecilnya. Bahkan di mejanya pun ia tidak berhenti tersenyum.

***

"Kalian beneran jadian? Kok gue lihat-lihat hubungan kalian datar-datar aja," tanya Gulf pada Bright yang saat ini sedang menyesap kopinya.

"Gue mana pernah bohong, lo bisa tanya Win sendiri kalau lo gak percaya." Bright mengeluarkan korek untuk menyulut rokok di antara dua jarinya, lalu menghisapnya.

Gulf terlihat sedang berfikir, semacam ada yang mengganggu pikirannya.

Saat ini Bright dan Gulf sedang berada di warung kopi dekat sekolah mereka. Ada yang ingin Gulf bicarakan dengan Bright, bahkan mereka masih menggunakan seragam sekolah mereka.

Di antara ketiga sahabatnya, memang Gulf lah yang lebih dekat dengan Bright. Mereka sudah bersahabat dari mereka masih kanak-kanak.

Jadi secara tidak langsung Gulf paling sedikitnya lebih tahu Bright daripada sahabat-sahabat Bright yang lain.

"Katanya ada yang mau lo omongin, apaan?" tanya Bright pada Gulf.

"Gimana kita akhiri aja dare buat lo, maksud gue hubungan kalian juga belum jauh jad–"

"Gue gak mau!" Bright memotong ucapan Gulf dengan tegas.

"Bright, gue udah bicarain ini sama yang lain. Dan kita sepakat buat akhirin dare ini. Tenang, lo gak bakal kita ledekin. Kita sadar kalau dare ini akan merugikan pihak lain. Oleh karena itu kita pengen lo akhirin dare ini sebelumnya semuanya bertambah rumit. Gue akui kalau dare ini salah dan seharusnya jangan dilakuin, karena kita ngira lo gak akan sampe seserius ini, Bright."

"Kalau gue gak mau?"

"Alasannya?"

Untuk beberapa saat Bright terdiam.

"Ya karena gue punya prinsip. Gue lelaki sejati yang memegang prinsip gue sendiri." Bright kembali menghisap rokoknya.

"Sekalipun lo bakal melukai perasaan orang lain?"

Bright tertawa sarkas. "Ini kenapa kesannya gue jahat banget ya? Padahal kalian sendiri yang kasih tantangan itu ke gue. Sekarang kalian nyuruh gue buat berhenti dengan dalih ada yang bakal tersakiti? Lucu."

Gulf terdiam, rasanya sulit sekali menghadapi sikap Bright yang seperti ini. Gulf tahu betul bagaimana sikap lelaki itu.

Keras kepala.

Tidak cukup sampai di situ, Bright masih terus berbicara, "Seharusnya kalian udah tahu apa aja risikonya sebelum kalian kasih dare itu ke gue. Kenapa di saat gue udah mau berhasil nyelesain itu semua, kenapa kalian minta gue buat berhenti di tengah jalan? Dan kalian menempatkan gue seolah gue orang paling jahat di sini. Padahal kalian juga ikut andil. Kalau takut kalah bilang, enggak gini caranya."

"Udah gue bilang ini bukan tentang siapa yang menang dan siapa yang kalah. Gue juga udah ngaku kalau kita salah karena udah melibatkan orang lain di dare kita. Maka dari itu gue minta lo buat berhenti."

"Kalau udah gak ada lagi yang diomongin gue pergi." Bright mengemasi barang-barangnya dan mengendong tas ranselnya lalu pergi.

"Bright, kadang sebuah prinsip adalah bumerang. Gue udah ingetin lo, selanjutnya terserah lo. Sekali lagi gue saranin lo berhenti, kecuali emang kalau lo serius tertarik sama Win. Lo bisa lanjutin. Gue gak mau pada akhirnya lo bakal nyesel."

Bright terus berjalan tanpa menghiraukan perkataan Gulf dan hanya berhenti untuk menginjak rokoknya.

TBC..

Senin, 06022023

Continue Reading

You'll Also Like

831K 36.6K 6
[END] Truth or dare membuat Sabian lebih dekat dengan sang dosen serta anaknya. "Daddy, Mika pengen rambut kaya kaka cantik." "Aku mau kita putus." "...
8.1K 319 11
kaizen Mahendra anak yang terkenal nakal,suka ngebully dan bolos.Dia ketua Gangster dengan nama gangs "The Darkness Gangs". Dia selalu memenangkan ba...
66.9K 8.8K 31
Ketika dua Insan yang saling mencintai di pertemukan akan selalu ada bahagia yang menghampiri mereka, Saling melengkapi dan saling menjaga satu sama...