My Destiny With You : After M...

By ekarahma77

121K 4.7K 3.1K

Part ke-2 dari story MDWY Kehidupan setelah pernikahan adalah babak baru dalam hidup yang jauh berbeda dari... More

Pengenalan & Cast
Prolog
Chapter 1 - Something Crazy For Ziovan
Chapter 2 - Who Seduces Who?
Chapter 3 - What Happen?
Chapter 4 - What Wrong?
Chapter 5 - Worry About Him
Pemilihan Cover
Chapter 6 - She Cares About Me
Chapter 7 - She Really Cares About Me
Chapter 8 - Unexpected Surprise
Chapter 9 - Sweet Punishment
Chapter 10 - Which One Is Sweeter
Chapter 11 - My Touch On You
Chapter 12 - Jealousy Of Him
Chapter 13 - Chasing Dusk
Chapter 14 - Smartest Persuader Ever
Chapter 15 - Welcome The Sunrise
Chapter 16 - The Rules Of Husband And Wife
Chapter 17 - Something Interesting About Ziovan
Chapter 18 - Honeymoon In Switzerland
Chapter 19 - Sweet Moment In Lucerne, Switzerland
Chapter 20 - Nice Destiny In St. Moritz, Switzerland
Chapter 21 - Situasi Macam Apa Ini?
Chapter 22 - Explore Northern Italy
Chapter 23 - The Romance Of Love In Italy
Chapter 24 - About Trust And Demand
MDWY-AM
Chapter 25 - Golden Hour To Light Night
Chapter 26 - Fictional Romance VS Real Romance
MDWY
Chapter 27 - Romance In Rome
MDWY Story
Chapter 28 - Looking For Privacy In Positano
Chapter 29 - The Sweet Beauty Of The Amalfi Coast
Chapter 30 - Paradise in Ravello
Chapter 31 - A Bitter Surprise In The Beauty Of The Mediterranean Sea
Chapter 32 - Ketidakterbukaanmu Menyakitiku
Chapter 33 - An Overflow Of Feelings
Chapter 34 - Titik Terang
Chapter 35 - Clarify Everything
Chapter 36 - A Reality I Realized Too Late
Chapter 37 - Between Two Difficult Choices
Chapter 38 - Old Habits Relapse
Chapter 39 - The Sweetness Of Flying Together
Chapter 40 - Beautiful Valley Of Lauterbrunnen
Chapter 41 - Fairyland
Chapter 42 - Her Promise
Chapter 43 - Sweet Theatrics
Chapter 44 - Gather Warmth Before The Cold Strikes
Chapter 45 - Aletsch Glacier In The Top Of Europe
Chapter 46 - A Little Fun In Jungfraujoch
Chapter 47 - Disaster In Snow Fun
Chapter 48 - Not Enough To Protect Her
Chapter 49 - Half Of My Soul Is Missing
Chapter 50 - Half Of My Soul Has Returned
Chapter 51 - He is My Guardian Angel
Chapter 52 - Always Makes Me Melt
Chapter 53 - Parks And Other Ferris Wheels In Geneva
Chapter 54 - Study Tour At Chillon Castle
Chapter 55 - Rest Again
Chapter 56 - Modus Ziovan
Chapter 57 - Redeeming Time With Her
Chapter 58 - Girls Quality Time
Chapter 59 - White Horse Prince
Chapter 61 - Beautiful Night
Chapter 62 - Like An Angel
Chapter 63 - Mischievous Girl
Chapter 64 - Husband And Wife Bonding
Chapter 65 - Engagement Photo Session
Chapter 66 - His Attention Spans The Smallest Details
Chapter 67 - Romantic Dinner In The City Of Light
Chapter 68 - Post Wedding Photo Sensation
Chapter 69 - Repeating Pre-Wedding Photos
Chapter 70 - Witnessing An Extraordinary Opera
Chapter 71 - Sweet Surprise For The Umpteenth Time
Chapter 72 - Future Discussion
Chapter 73 - Take Advantage Of The Situation
Chapter 74 - Awesome Flight
Chapter 75 - Impression Of Cruising On A Superyacht
Chapter 76 - Flirting
Chapter 77 - Unexpected Fact
Chapter 78 - Aurora Borealis
Chapter 79 - Redeeming That Time
Chapter 80 - Hungry For Praise
Chapter 81 - Satisfied Looking At Her
Chapter 82 - Start Opening Up
Chapter 83 - Planned Anticipation
Chapter 84 - First Time
Chapter 85 - Reviewing Memories
Chapter 86 - About The Sweetness Of The Honeymoon
Chapter 87 - About Precious Moments Before The Wedding
Chapter 88 - Ziovan's Birthday
Chapter 89 - Spend The Day With Her
Chapter 90 - Finally Happened
Chapter 91 - The Most Beautiful Gifts, First Kiss
Chapter 92 - Surprise Party For Ziovan

Chapter 60 - Fairytale Castle In Germany

91 10 30
By ekarahma77

"Tinggal di istana yang indah dan hidup bahagia bersama pangeran merupakan bagian favoritku. Dan seolah tak cukup dengan datang sebagai pangeran berkuda putihku, Ziovan mewujudkan kepingan lain impian masa kecilku."

Reyna Stephanie Russell

*****

Happy reading guys...

***
"Ayo!" Ziovan meraih tangan gadis itu.

"Pulang sekarang?" tanya Reyna dan Ziovan mengangguk.

"Naik itu?" tanya Reyna lagi saat Ziovan membawanya menuju kuda putih yang sejak tadi tenang dan sesekali makan rumput tanpa beranjak dari tempatnya.

"Eh-hem."

"Tapi gimana bisa?"

"Ada aku kan?" balas Ziovan santai, tahu apa yang jadi kegundahan gadis itu. Dengan satu gerakan, dia berhasil naik ke atas kuda dan mengulurkan tangannya pada Reyna. "Naikkan satu kakimu!"

Untuk sesaat, Reyna masih diam. Ragu sekaligus takut tapi Ziovan berhasil meyakinkannya. "Ayo sayang, tidak perlu takut."

Menggenggam tangan Ziovan dan menaikkan satu kakinya pada pijakan di pelana kuda, Ziovan berhasil membantunya naik dan duduk menyamping di depan pria itu.

Reyna terkejut sekaligus was-was saat pergerakannya tadi membuat kuda putih itu terusik.

"Oh-ho tenang champion horse!" Ziovan mengelus dan menepuk pelan leher kuda itu yang ajaibnya langsung tenang.

"Dinaiki gadis cantik, kau jadi salah tingkah ya," lanjut Ziovan yang sukses membuat Reyna blushing. "Zio,"

"Ayo pergi!" ucap Reyna dengan tersipu saat Ziovan malah tersenyum dan terus menatapnya.

"Sesuai perintahmu tuan putri," balas Ziovan di telinga Reyna dan mengarahkan kuda itu untuk berjalan.

Awalnya jalan biasa lalu kuda itu berlari dalam kecepatan normal saat Ziovan merapatkan kedua kakinya.

"Kau takut?" tanya Ziovan pelan tapi terdengar jelas oleh Reyna, akibat jarak mereka yang begitu dekat hingga tubuh mereka menempel bahkan bisa dibilang secara tidak langsung Ziovan memeluk gadis itu.

"Tidak, kan ada kamu," balas Reyna sambil tersenyum manis yang menular pada Ziovan.

"Mau lebih cepat dari ini?"

Reyna mengangguk pelan. "Sedikit."

Ziovan lantas memacu kuda putih itu untuk berlari sedikit lebih cepat keluar dari rimbunnya hutan.

"Sayang, maaf tidak bisa sepenuhnya mewujudkan impianmu."

"Masih tentang kupu-kupu dan pelangi?" sambung Reyna tapi Ziovan menggeleng. "Lalu?"

"Kau bermimpi tuan putri tinggal di tempat yang indah, tenang dan damai di dekat air terjun kan?"

Reyna mengangguk cepat. Ziovan lantas melanjutkan. "Sulit untuk menemukan tempat yang seperti itu, jadinya seperti ini."

"Aku mengerti, Zio. Tidak apa-apa, ini lebih dari cukup. Lagian kalo dipikir-pikir tempat yang pernah aku gambarkan itu hanya ada dalam cerita fantasy."

"Dan lagi, hutan ini tak seburuk itu, terlepas dari drama yang terjadi pastinya," ucap Reyna lebih lanjut lalu tersenyum konyol dan Ziovan tersenyum geli.

"Mungkin saja aku bisa menikmatinya, menyusuri hutan ini."

"Serius sayang?" selidik Ziovan.

"Tentunya dengan seseorang dan tidak sendiri," jawab Reyna dan lagi-lagi tersenyum konyol. Ziovan ikut tersenyum dan menggelengkan kepala pelan.

Reyna bernapas lega setelah mereka berhasil keluar dari hutan tanpa tersesat.

Kini kuda putih itu tak lagi berlari tapi berjalan santai menyusuri jalan setapak yang tadi dilewati kereta kencana.

"Kau nyaman di posisimu, Rey?" tanya Ziovan sambil melingkari pinggang gadis itu dengan satu tangan, melingkupi Reyna dalam penjagaannya.

Reyna mengangguk sambil tersenyum meski rok gaunnya cukup mengembang lebar tapi itu bukan masalah. "Kita naik ini sampai rumah?"

"Kau akan tahu nanti sayang," jawab Ziovan dengan senyuman rahasia.

"Kita tidak akan pulang?"

"Mau kemana?" Kejar Reyna dan lagi-lagi Ziovan hanya tersenyum.

"Zio, mau kemana? Jangan buat aku penasaran!"

"Kau ingat kemana pangeran membawa tuan putri dalam impian masa kecilmu?"

"Ke istana sang pangeran?" Tebak Reyna dan ucapannya waktu itu terngiang di telinganya.

"Sang pangeran membawa pergi tuan putri dengan menunggangi kuda putihnya ke tempat yang jauh lebih indah dari tempat itu, menikah dan hidup bahagia selamanya di istana sang pangeran,"

"Apa itu mungkin?" Lanjut Reyna menatap penuh selidik Ziovan.

"Coba kita lihat saja nanti!" balas Ziovan dan tersenyum penuh rahasia.

"Zio, serius..." Keluh Reyna sambil mengguncang pelan lengan Ziovan.

Tapi bukannya menanggapi Reyna, Ziovan malah memacu kuda putih itu untuk kembali berlari.

Tak lama, Ziovan membuat laju kuda itu melambat dan Reyna cukup tahu penyebabnya meski tak bisa mencegah rasa tidak menyangkanya atas apa yang tersaji di depan mata.

Tak jauh di depan sana, berdiri megah istana khas eropa lengkap dengan halaman luas, air mancur dan pagar yang menjulang tinggi.

"Oh astaga... istana?" ucap Reyna tanpa sadar dengan tatapan terpukau.

"Mewujudkan bagian favoritmu. Tinggal di sana dan hidup bahagia," bisik Ziovan.

Refleks Reyna menoleh. "Milik siapa?"

"Pangeran," jawab Ziovan santai.

"Kamu?"

Ziovan mengangguk dan Reyna terkikik geli. "Lucu sekali."

Membiarkan Reyna larut dalam kesenangannya, Ziovan mengarahkan kuda itu menuju pagar tinggi istana.

"Ini serius?" ucap Reyna tak menyangka. Dia pikir ini cuma akal-akalan Ziovan untuk membuatnya senang dengan menunjukkan istana yang jadi bagian impiannya itu. Dan setelahnya mereka akan pergi, tapi ternyata....

Rasa tidak menyangka Reyna semakin menjadi saat pintu gerbang itu otomatis langsung terbuka untuk mereka hingga kuda terus melaju melewati luasnya halaman serta jajaran air mancur yang indah. Kuda ini baru berhenti saat Ziovan menghentikannya di depan seorang pria dan wanita yang menyambut mereka.


Pria dan wanita itu mengenakan pakaian khas kerajaan yang simple layaknya penjaga dan pelayan.

Dengan sigap pria itu mengambil alih tali kendali kuda dari Ziovan yang langsung melompat turun.

"Ayo sayang!" Ziovan meraih pinggang Reyna dan membawanya turun dengan mulus.

Reyna masih linglung dengan semua ini bahkan saat pria dan wanita itu mengucapkan sambutan pada mereka. "Willkommen Prinz und Prinzessin,"

Ziovan tersenyum menanggapinya, sementara Reyna semakin bingung. Otaknya dibuat berpikir keras.

Pangeran dan putri? Sebenarnya apa semua ini?

Apa ini juga rencana Ziovan, masih dalam rangka mewujudkan impian masa kecilku? Tapi apakah harus sampai membuat mereka mengatakannya juga?

"Im Garten ist alles bereit," ucap pria itu pada Ziovan.

"Vielen Dank," balas Ziovan dan beralih pada Reyna. "Sayang, ikut dengannya dan ganti gaunmu yang kotor lalu kita akan lunch di taman."

Refleks Reyna melihat gaunnya dan terkejut mendapati gaun itu cukup kotor di bagian bawahnya. "Oh astaga, aku merusak gaun indah ini."

"It's okay. Ikutlah dengannya dan ganti!"

"Bitte Prinzessin, hier entlang!" ucap wanita itu menunjukkan jalan kepada Reyna. Mereka lantas pergi meninggalkan Ziovan bersama pria itu.

"Entschuldigung, darf ich fragen?" Reyna tak lagi bisa membendung rasa penasarannya hingga memberanikan diri untuk bertanya.

"Natürlich Prinzessin."

"Wie hoch ist die Tagesmiete, um in diesem Palast zu wohnen?" tanya Reyna ingin tahu berapa harga sewa harian untuk istana ini dan uang yang harus dikeluarkan Ziovan untuk itu.

"Miete, Prinzessin? aber dieser Palast ist nicht zu vermieten."

Reyna terkejut mendengar fakta itu hingga berhenti. Tidak untuk disewakan, lalu istana ini milik siapa hingga Zio berani membawaku kemari?

"Dieser Palast gehört Lord Coldio Albert," kata wanita itu. Dan pertanyaan Reyna tentang pemilik istana ini terjawab sudah, meski ia tak tahu siapa itu.

"Warum ist es Prinzessin?" tanya wanita itu heran kenapa Reyna menanyakan soal itu.

"Oh es ist okay vergiss es," balas Reyna meminta wanita itu untuk melupakan pertanyaannya tadi dan kembali berjalan.

***
Menunggu Reyna di gazebo taman di sisi samping kanan istana, Ziovan sudah menanggalkan jas serta vest-nya namun masih membiarkan dasi rumbai melekat pada kemeja putihnya.

Di meja sudah tersedia beberapa jenis makanan dan minuman yang siap disantap, namun Reyna tak kunjung datang hingga Ziovan beranjak dari kursinya.

Tepat di saat Ziovan berbalik, Reyna datang mengenakan ball gown tulle dengan potongan strapples warna pale turquoise yang memancarkan aura gadis itu dan membuatnya bersinar.

Semakin mempesona dengan tatanan rambut model half updo. Gaun indah itu sangat cocok dikenakan gadis secantik Reyna.

"Oh mein gott, du bist so schön schatz," puji Ziovan sampai tak berkedip menatap Reyna.

"Wirklich?"

Ziovan menggangguk cepat, masih tak bisa lepas dari pesona istrinya itu hingga mendapati raut wajah Reyna yang terlihat tidak cukup senang. "Kenapa sayang?"

"Entahlah, saat kau bilang kita akan lunch di taman, kupikir aku akan ganti dengan dress santai yang cocok untuk piknik tapi ternyata aku dapat gaun ini."

Reyna memperhatikan gaun penuh detail bordir di bagian atasnya dan terkesan polos dengan hanya beberapa bordir bunga tersebar pada roknya yang mengembang lebar sekaligus menjuntai hingga menyapu tanah.

"Indah sih, sangat malah tapi rasanya aku seperti salah kostum." Lanjut Reyna lesu.

"Tidak ada yang salah sayang dan Barretta sudah benar dengan memberimu gaun ini."

Reyna menaikkan satu alisnya, heran. Sudah jelas ia salah kostum dengan memakai gaun untuk pesta ini tapi pendapat Ziovan malah begitu.

"Mau tahu apa alasannya?"

Reyna langsung mengangguk dan Ziovan tersenyum. "Kita makan dulu!" katanya dan membawa Reyna untuk duduk.

"Ini sudah lewat jauh dari waktu lunch," lanjutnya saat mendapati wajah cemberut Reyna.

Namun akhirnya gadis itu menurut, jika dirasa perutnya juga sudah lapar meski sempat makan bersama Irene tadi. Tapi mengingat apa saja yang telah dilaluinya tadi, itu terasa wajar.

Baru beberapa suapan, perhatian Reyna sudah teralihkan saat matanya tak sengaja menangkap indahnya taman bunga tak jauh di depan sana. "Wow...."

Senyum langsung menghiasi bibirnya dan refleks menyentuh tangan Ziovan dengan pandangan masih tertuju pada taman itu. "Zio,"

"Aku tahu yang kau pikirkan, Rey. Tapi habiskan makananmu dulu baru kita ke sana," tegas Ziovan tanpa perlu menoleh ke belakang dan hanya menatap gadis itu.

Menghela napas pelan, Reyna harus cukup bersabar. Dia lalu kembali makan, kali ini dengan cepat.

Akhirnya saat yang ditunggu Reyna tiba. Gadis itu bergegas menuju taman dan meninggalkan Ziovan yang belum selesai makan.

Menggeleng sambil tersenyum, Ziovan setengah berbalik hanya untuk melihat Reyna yang begitu gembira hingga setengah berlari ke tempat itu.

Gaunnya menjuntai menyapu rerumputan yang dilewatinya, seperti tuan putri dalam mimpi gadis itu yang pernah digambarkan Reyna.

Ziovan beranjak berdiri menuju sisi lain gazebo agar semakin jelas memperhatikan gadis itu yang masih berlari hingga rambut indahnya berayun ke kanan dan kiri.

Reyna tak peduli napasnya yang ngos-ngosan saat sampai di sana, fokusnya hanya tertuju pada hamparan bunga berbagai warna yang bermekaran di mana-mana. Banyak kupu-kupu yang hinggap di kelopaknya membuat Reyna terus tersenyum cerah.

"Seperti gambaran mimpimu kan, Rey?"

Refleks Reyna menoleh dan mendapati Ziovan menuju ke arahnya.

"Tapi sayangnya tempat ini tidak cukup teduh dengan naungan pepohonan besar yang tingginya hampir menyentuh langit," lanjut Ziovan sambil tersenyum geli yang menular pada Reyna.

"Mengejar kupu-kupu di antara bebungaan yang bermekaran dengan indah. Menikmati keharuman bunga-bunga yang berbeda. Merangkai bunga berbagai warna sebagai hiasan rambutnya dan rerumputan sebagai mahkotanya, bak dialah sang dewi taman." Ziovan mengulang setiap ucapan Reyna waktu itu.

"Tidak ingin melakukan semua itu sekarang, sayang?" tanya Ziovan sambil membelai wajah gadis itu.

Reyna hanya bisa tersenyum. Rasanya dia masih tak percaya, Ziovan mengingat semua ucapannya dengan sedetail itu.

"Tidak mau, sayang?" tanya Ziovan lagi sambil menggeleng yang menyadarkan Reyna.

Gadis itu lantas menuju satu titik dan menikmati keharuman berbagai bunga yang berbeda. Rasanya sungguh luar biasa hingga Reyna tak mampu menggambarkannya dengan kata-kata.

"Zio, tidak mau mengejar dan menangkap kupu-kupu bersamaku?" tanya Reyna, menyadarkan Ziovan dari memperhatikannya.

Yang terjadi selanjutnya mereka begitu asik mengejar kupu-kupu dan mencoba menangkapnya. Tawa mereka terdengar riang saat salah satu dari mereka gagal menangkapnya.

Namun akhirnya Ziovan berhasil menangkap seekor kupu-kupu dengan corak warna yang indah dan membawanya pada Reyna yang begitu antusias menyambutnya. "Indah sekali."

"Mau menyimpannya?"

"Tidak, biarkan dia terbang bebas dengan yang lain."

"Berikan tanganmu!"

Reyna menurut dengan senang hati dan Ziovan meletakkan kupu-kupu itu di tangannya yang sesaat kemudian terbang bebas. Mata mereka mengikuti pergerakan kupu-kupu itu dan tersenyum bahagia.

"Jadi ini alasan aku harus memakai gaun ini?" sadar Reyna, hanya saja bukan dewi taman melainkan peri taman dengan look-nya ini.

"Eh-hem dan mewujudkan mimpimu, karena tak mungkin ada hamparan berbagai bunga yang bermekaran di hutan tadi," balas Ziovan sambil tersenyum geli yang menular pada Reyna.

"Kurasa kau benar dan aku sangat senang di sini."

Ziovan kemudian mengajak Reyna berkeliling, melihat-lihat bagian dalam istana yang sungguh megah dan mewah dengan arsitektur khas bangsawan Eropa.

Terdapat banyak sekali ruangan yang membuat Reyna berdecak kagum dengan segala interior dan detail arsitektur yang kerap membuat gadis itu tak bisa berkata-kata.

Tak hanya pilar-pilar yang menjulang tinggi, tangga berkelok dan bercabang lengkap dengan karpet merah yang terbentang. Lampu hias di berbagai sudut, patung-patung dan mahakarya yang tak ternilai harganya di tingginya platfon. Sungguh gambaran nyata istana yang sebenarnya.


Puas berkeliling di sebagian kecil istana, Ziovan mengajak Reyna menuju sebuah ruangan. Kamar tidur itu sangat megah dan mewah dengan tempat tidur berornamen dan dekorasi ala kerajaan.

Warna emas, putih dan biru mendominasi sisi istana bagian ini. Entah bagaimana dengan bagian lain, Reyna tak tahu dan jelas cukup penasaran untuk melihat sisi lainnya.

Berdiri di balkon kamar itu, Reyna asik menikmati sajian pemandangan di bagian depan istana. Sampai ia teringat sesuatu. "Zio, kata wanita itu tadi istana ini tidak untuk disewakan. Terus gimana kamu bisa-"

"Apa dia bilang istana ini milik siapa?" sela Ziovan, berbalik dan setengah bersandar pada pagar pembatas, menatap Reyna.

"Ya, katanya ini milik Lord Coldio Albert. Siapa dia? Kerabat atau temanmu?"

"Dia daddy-nya grandma atau grandpa-nya mom," jawab Ziovan santai tapi tidak dengan reaksi Reyna. "Kakek buyutmu?"

Ziovan hanya mengangguk dan Reyna sibuk mencerna informasi itu yang sempat mengejutkannya.

Coldio Albert? Astaga, kenapa aku tidak menyadarinya? Nama tengah Ziovan sama kan dengan marga pemilik istana ini?

Tapi siapa juga yang bisa menduga hal itu, toh bisa saja itu hanya kebetulan. Lagian marga Ziovan tidak sama dengannya.

"Beliau seorang bangsawan Rey dan grandma adalah putri satu-satunya. Otomatis gradma jadi pewaris tunggal seluruh asetnya," papar Ziovan.

"Jadi sebelumnya grandma tinggal di sini sama om Robert dan tante Emmy ya?"

"Om Robert dan tante Emmy tinggal di Austria. Sedangkan grandma sebelum tinggal bersama mereka dan saat masih ada grandpa tinggal di Slovenia."

"Jadi istana ini hanya sebagai tempat liburan musim panas bagi kami," terang Ziovan lebih lanjut.

"Meski begitu semua tetap berjalan dengan baik di sini, karena ada orang-orang kepercayaan kami yang menjalankan tugas dari generasi ke generasi."

"Dan yang menyambut kita tadi adalah Isaak, kepala penjaga. Dan Barretta, kepala pelayan di sini."

Reyna hanya manggut-manggut, mendengar setiap informasi yang diberikan Ziovan. Ternyata dia belum cukup tahu tentang keluarga Ziovan.

"Kau tahu, Nensy sering liburan ke sini. Istana ini adalah tempat favoritnya."

"Dan kau sendiri?"

"Aku? Bisa dibilang jarang."

"Kenapa?" kejar Reyna.

"Entahlah."

"Tapi mungkin sekarang aku akan sering ke sini," lanjut Ziovan dengan senyuman.

"Alasannya?"

"Apa lagi," balas Ziovan dan senyumnya semakin lebar. "Kau tadi bilang senang di sini kan?"

Reyna tersenyum, harusnya dia sudah tahu itu jawabannya. "Lalu, kenapa kau tidak pernah bilang soal istana ini?"

"Bukan hal yang penting, sayang. Lagian aku pikir, kau akan tahu sendiri saat aku membawamu ke sini pada liburan musim panas nanti."

"Tapi kau membawaku ke sini sekarang," sanggah Reyna.

"Itu karena aku teringat istana ini saat mendengar impian masa kecilmu waktu itu. Dan tak jauh dari sini juga ada air terjun, kebetulan sekali bukan? Jadi ya sudah, kita ke sini."

Reyna tertegun mengetahui fakta itu.
Jadi dia sudah punya rencana ini saat kami di Lauterbrunnen?

Oh astaga, Zio... sungguh, aku tak mampu menebak apalagi rencanamu selanjutnya. Termasuk rencanamu selama kita ada di sini.

***

■Arti Kata Asing■
☆Jerman☆

Willkommen Prinz und Prinzessin : Selamat datang pangeran dan tuan putri

Im Garten ist alles bereit : Semuanya sudah siap di taman

Vielen Dank :Terima kasih banyak

Bitte Prinzessin, hier entlang! : Silakan tuan putri, lewat sini!

Entschuldigung, darf ich fragen? : Permisi, bolehkah saya bertanya?

Natürlich, Prinzessin : Tentu saja, tuan putri

Wie hoch ist die Tagesmiete, um in diesem Palast zu wohnen? : Berapa biaya sewa harian untuk tinggal di istana ini?

Miete, Prinzessin? aber dieser Palast ist nicht zu vermieten : Sewa, tuan putri? tapi istana ini bukan untuk disewa

Dieser Palast gehört Lord Coldio Albert : Istana ini milik yang mulia Coldio Albert

Warum ist es Prinzessin? : Kenapa tuan putri?

Oh es ist okay vergiss es : Oh tidak apa-apa lupakan saja

Oh mein gott, du bist so schön schatz : Ya Tuhan, kamu sangat cantik sayang

Wirklich? : Sungguh?

***
Sabtu, 01 April 2023|18:00 (09/02/23. 11:55》11/02/23. 06:30)

Holla guys....
Gimana chapter ini, ada sweetnya gk sih?😆
Atau malah semakin dibuat melting dengan Zio yg lagi" wujud-tin impian masa kecil Reyna?

Ada yg speechless gk dengan fakta keluarga Zio yg tajir melintir sampai ke kakek buyutnya🤭

Coret" di kolom komentar yg banyak please...

Makasih...

Love you all....🥰

Continue Reading

You'll Also Like

75.8K 7.3K 11
Serayu harus merelakan tubuhnya digunakan sebagai objek pemuas nafsu dari pria bernama Banyuadjie layaknya seorang pelacur. Namun, semuanya tidak bis...
3.2M 200K 53
"Di tempat ini, anggap kita bukan siapa-siapa. Jangan banyak tingkah." -Hilario Jarvis Zachary Jika Bumi ini adalah planet Mars, maka seluruh kepelik...
1M 33.9K 40
"Kau tidak akan hamil," Kegiatan Abigel yang tergesa-gesa ingin meminum obat yang baru saja ia temukan didalam laci terbatuk seketika mendengar suara...
97K 86 9
hubungan terlarang antara guru dan murid