WARNING!: Sexual content! Sensitif! 🔞🔞🔞
"Lalu, mengapa kamu menangis?" tanya Janu.
Senyum Janu tampak getir dan pilu mendapati kenyataannya. Kenyataan bahwa Raka tidak baik baik saja, kenyataan Raka yang menangis untuk dirinya, kenyataan ia yang bodoh selalu membuat Raka terluka, dan kenyataan bahwa mereka saling mencintai tapi pemilik hatinya itu menolak dirinya. Bukan. Karena dunia yang menolak mereka.
"Jangan nangis, gue gak sanggup liat lo nangis," kata Janu hampir berbisik. "Raka, gue harus gimana?" Janu terdengar putus asa.
Tak menjawab, Raka malah bertanya, "Kalo gue ketauan nyium lo disini. Tunangan lo marah gak ya?"
Gila. Raka sudah gila! Mengiginkan milik orang lain namanya pencuri, tapi untuk malam ini, ijinkan Raka menjadi egois. Lalu setelah itu dia akan mengembalikan apa yang ia ambil pada pemiliknya. Sementara Janu yang terkejud masih bisa mengontrol ekspresinya, bibirnya tersenyum tipis, sangat tipis sampai Raka tidak menyadari.
"Gue gak tau. Tapi gue bakal seneng banget kalo lo nyium gue di hari kelulusan kita. One more, keinginan gue buat bales ciuman lo sekarang lebih kuat dari pada rasa takut dimarahi tunangan atau dicaci maki dunia. Gimana dong?"
Raka tersenyum, usai menangis. Lucu sekali kalimat Janu, kalo gitu bukannya Raka berbakat menjadi pelakor?
Sang pemain timnas basket putra itu cukup lama menatap pada mata madu milik Rakata, membuat dada Raka berdegup begitu kencang ketika iris hitam Janu menguncinya.
Setelahnya, Raka meraih kerah seragam di balik jaket biru yang Janu kenakan. Menariknya untuk membuang jarak yang ada.
Janu turun meraih pinggang kecil Raka posesif ketika tangan si manis mengalung di lehernya, dan bibir mereka bertemu. Netra dua anak Adam itu terpejam. Awalnya bibir keduanya hanya diam. Saling menempel satu sama lain. Tapi tidak lama Janu mulai melumat bibir sahabatnya. Lumatan lembut yang cukup membuat Raka berani membalas lumatan itu dengan lidahnya penuh perasaan.
Tangan kanan Janu yang tadinya di pipi Raka berpindah ke bagian belakang kepala cowok manis itu. Menahannya untuk memperdalam lumatannya pada bibir Rakata. Ada kehangatan, keserakahan, luka, kasih sayang, dan cinta luar biasa yang terasa nyata milik Janu dan Raka. Juga... perpisahan.
Saat nafas keduanya hampir habis. Raka yang lebih dulu menjauh. la menatap iris hitam Janu yang sedikit sayu masih menatap bibirnya.
"I want you in bed, Kaisar Janu." Raka berujar parau saat ciuman mereka terlepas.
Dia sadar dengan kalimatnya.
Raka Anugrah Hartono menatap Janunya begitu intens dan mendamba. Malam ini mereka sudah terlalu melewati batas, dan keduanya jelas tidak mau berhenti. Mereka sudah legal, berani bertanggung jawab dengan apa yang diperbuat.
Honsetly, Janu belum pernah bercinta, bahkan dengan tunangannya. Apa lagi Raka, his bottom is virgin. Sayangnya mereka gak sepolos itu, bahkan alkohol didapat sehari setelah KTP milik mereka jadi. Dan mereka sama-sama punya prinsip 'tidak mau bercinta jika salah satunya tidak menyetujui'.
Sialnya, Janu benar-benar tertutup dengan kabut gelap di matanya, bahkan otaknya bilang ini salah. Tapi hatinya menginginkan Rakata. Janu yang tidak bisa mengontrol tubuhnya malah mendekatkan diri untuk memberi kecupan serta gigitan kecil pada bibir si manis sebelum berkata;
"Let's make me yours, Rakata. I'm yours."
Malam itu, Janu menggendong Raka menuju kamarnya ala koala. Menidurkan sahabatnya di atas ranjang, lalu melepas semua pakaian dengan agresif dan membuang ke lantai. Mata yang lebih kecil berbinar lucu waktu melihat bagaimana sempurnanya bentuk tubuh Janu. Terakhir kali Raka melihat Janu tanpa pakaian adalah saat mereka liburan ke Bali, itu pun ada Erza dan Satya, jadi gak terjadi apa-apa. Tapi sepertinya otot-otot Janu bertambah dari sebelumnya? Seingat Raka kotak-kotak perut Janu ada enam waktu itu, sekarang sudah jadi delapan oh shit.
Janu dengan hati-hati menindihnya—bertumpu pada kedua tangannya. Lalu mencumbu seluruh tubuh Raka disertai gigitan, meninggalkan banyak tanda kemerahan. Raka tidak melawan, menerima semua perlakuan Janu yang diselimuti gairah nafsu. Tangan mungilnya meremat keras lengan Janu yang mendekap tubuhnya, seakan takut kalo Raka akan lari. Janu takut Rakanya pergi.
"Raka?"
"Ya, Janu?"
"Berapa nilai untuk sahabat yang bisa membuat sahabatnya memohon untuk dipuaskan?"
"Pak guru mau nilai berapa?" tanya Raka dengan senyum tipis yang dibalas tawa keras oleh Janu.
"Open your legs, baby." Titah Janu seductive.
Raka membuka pahanya malu-malu. Shit, Janu yang berada di atasnya nampak begitu tampan. Si manis menelan ludahnya saat melihat Janu semakin mendekat, memposisikan dirinya di antara kaki Raka—sungguh, Raka tak percaya sekarang dirinya berakhir telajang di bawah Janu. Siap digagahi. Si dominan menunduk, tersenyum miring. Kembali memberikan ciuman lembut pada bibir submissive itu. Kening Raka mengerenyit saat dirasa jari-jari Janu menyentuh lubangnya. Ternyata mengoleskan sedikit lube disana sebelum mengoleskannya pada miliknya sendiri.
Raka bisa merasakan saat kepala kejantanan Janu mulai menembus miliknya. Yang lebih kurus meringis kesakitan waktu milik Janu sudah masuk setengah. "Baby, are you okay?"
Raka menggeleng. "It's hurt Daddy."
Janu sempat merasakan perih di punggungnya karena Raka mencakar pemuda itu. Untuk sesaat Janu hanya diam, memberi kesempatan untuk Raka agar terbiasa sambil memberikan kecupan-kecupan kecil pada wajahnya.
Ini sakit, ini salah.
Tapi biarlah, Janu dan Raka terlalu hancur. Biar derit ranjang menjadi saksi cinta keduanya akan selalu tersimpan pada palung hati masing-masing. Meski waktu berganti, tahun berganti, meski jarak semakin jauh, meski remuk, meski masing-masing akan menikahi yang lain. Janji mereka hingga nafas berhenti, cinta itu tak akan terganti.
"Lo mau berhenti, Raka?" tanya Janu, yang langsung dijawab dengan gelengan ribut oleh Raka. Tatapannya sendu.
"No, just do it. But, wait a minute." Raka mengatur napasnya. Tapi hanya sebentar, karena yang terjadi selanjutnya adalah si manis yang memekik kesakitan karena si tampan mendorong miliknya sepenuhnya. Membuat Raka berlinang air mata.
Janu merasakan betapa hangat dan kuatnya lubang Raka melingkupi dirinya, sambil membisikan kata-kata jangan menangis.
"Katakan, lo mau gue melakukan apa?"
"Cium gue dan bergerak."
Tentu. Janu akan mengabulkannya dengan senang hati, menyisir poni Raka pelan. "Rakata, lo sangat seksi mendesah di bawah gue."
"Ah~" Raka mendesah nikmat waktu Janu dapat menyentuh titik di dalam sana.
"Maka buat gue terus mendesahkan nama lo. Hanya nama lo~ aah Janu!"
Janu menggeram, ia mencium bibir Raka begitu kuat sebelum katanya, "I love you. I love you, because you are everything in my life, my man, my bestfried, my breath, and my home. You are more than that... my Rakata."
"Too. I love you more and more... I have loved you since the moment, since I was 8 years old, since we share a candy. Doesn't change. Never. So, love me for tonight, Kaisar Janu?"
Janu merengkuh tubuh sahabatnya, memberikan kecupan lembut di bibirnya. "Not only for tonight, I'll always love you."
Mereka mendesah keras, hangatnya kulit masing-masing membuat keduanya lupa pada dunia. Ijinkan menit ini menjadi milik Janu dan Raka, tak peduli dunia mau mengutuk mereka. Mereka tak butuh diakui. Hanya malam ini, detik ini, ijinkan dua putra Adam yang saling mencintai itu berbahagia. Dan semua yang kalian tau.... tolong jaga rahasia mereka, Hussssst.
APA YANG KALIAN RASAIN ABIS BACA? Marah? Sedih? Nyesek? Bahagia? Ikut panas? 🫣 Jadi berapa nilai untuk Pak Guru dan muridnya? Komen dibawah.
ID trakter: https://trakteer.id/star95
Seluruh apresiasi yang kalian berikan untuk akun di atas akan didedikasikan untuk memberi makan 8 ekor kucing yang aku rawat, dan kucing liar di sekitar rumah. So, dengan kalian ikut berkontribusi, kalian telah membantu hewan mamalia itu untuk terus hidup.